Drama: The Heirs (2014)
also known : The InheritorsHeritors
The One Trying to Wear the Crown, Bears the Crown – The Heirs
He Who Wishes To Wear the Crown, Endure Its Weight – The Heirs
One Who Wants to Wear the Crown, Bear the Crown – The Heirs
Those Who Want the Crown, Withstand the Weight of it – The Heirs
Genre : Romance,Comedy,Drama,School
Written by Kim Eun-sook
Directed by Kang Shin-hyo
Country of origin South Korea
Originallanguage(s) Korean
No. of episodes 20
CAST :
SINOPSIS LENGKAP
SINOPSIS LENGKAP
Di depan pintu dapur, Tan tak langsung membuka pintu. Ia ragu.
Namun keraguan itu terkalahkan oleh rasa penasaran. Tan membuka pintu dapur dan walau sudah menduga, ia tetap terkejut melihat gadis yang ia selama ini ia cari ternyata ada di dapur rumahnya.
Tapi ia tak segera menyapa Eun Sang. Ia urung masuk, malah. Ia hanya mengintip Eun Sang dari balik pintu.
Eun Sang menunggu-nunggu jawaban dari Tan, tapi tak ada jawaban sama sekali. Maka ia memasukkan handphone ke saku, mengikat rambut dan mulai bekerja, mengganti air untuk merendam daging yang akan ibunya masak besok. Setelah itu keluar dapur melalui pintu pelayan.
Tan kembali ke kamarnya dan memikirkan semua kejadian yang sebenarnya adalah tanda-tanda jelas kalau Eun Sang adalah putri pelayan rumahnya. Hatinya semakin kalut, masih tak percaya akan kebetulan yang ia alami. Dan kentara sekali kalau ia tak menyukai kebetulan ini.
Sebelum matahari terbit, Eun Sang sudah berangkat ke sekolah. Dari jendela kamarnya, Tan melihat kepergian gadis itu dan akhirnya benar-benar percaya kalau gadis itu adalah Eun Sang-nya.
Ia pergi melihat kamar Eun Sang yang dipakai bersama ibunya. Karena tak ada orang yang membuka pintu saat ia mengetuknya, ia pun membuka pintu kamar Eun San. Ia terkejut sekaligus sedih melihat betapa kecil dan sesaknya ruangan itu.
Di dapur, ia melihat pesan yang dituliskan ibu Eun Sang, yang berkata kalau ibu Eun Sang pergi ke pasar. Nyonya Han muncul dan Tan bertanya kenapa ia tak melihat Won selama ini? Nyonya Han yang tak tahu kalau Won menginap di hotel, berkata kalau Won mungkin sedang keluar negeri untuk pekerjaan kantor. Won sering melakukan hal itu.
Tan kecewa mendengarnya. Ia pikir setelah ia kembali ke Korea, ia bisa menemui kakaknya tiap hari. Nyonya Han heran, mengapa Tan harus merasa kecewa tak bisa menemui orang yang begitu membencinya. Tan tersenyum dan menjawab, “Tapi aku menyukainya.”
Aww… coba Won mendengar ucapan adiknya ini.
Nyonya Han mengajak anaknya untuk pergi belanja hari ini, tapi Tan menolak karena ia harus pergi menemui seseorang.
Tan menghadap Nyonya Jung yang sepertinya adalah kepala yayasan sekolah Jeguk. Nyonya Jung sudah menyelesaikan urusan kepindahan Tan, namun memperingatkan Tan agar tak berbuat seperti saat Tan masih SMP. Sekarang ia tak akan membiarkan saja.
Namun Nyonya Jung sedikit melunak saat Tan mengatakan kalau kedatangannya ke Korea kali ini atas inisiatifnya sendiri, dan bukan atas permintaan ayah atau pun ibunya. Ia berkata kalau Tan sekarang sudah dewasa dan karena Tan sudah kembali, berarti Tan tahu bagaimana menendang Won keluar, “Kudengar kakakmu pergi dari rumah.”
Pemberitahuan itu sangat mengagetkan Tan.
Sementara anak yang memilih pergi sekarang sedang menemui Hyun Joo. Sepertinya mereka ini pacaran atau Won sedang mendekati Hyun Joo. Hyun Joo meminta Won untuk segera mengatakan apa yang ingin dikatakan, “Aku akan memberimu waktu 20 menit.”
Won tersenyum mendengar ucapan Hyun Joo. Ia mengeluarkan amplop kusut dan berkata kalau ia menemukan sesuatu yang menarik saat pergi ke Amerika. Ternyata Won memberinya sebuah wishbone. Won menjelaskan kalau dalam tradisi Amerika, jika dua orang mengambil setiap sisi dan menariknya, harapan orang yang menarik sisi yang paling panjang akan terkabul.
Hyun Joo berkata kalau wishbone ini sama seperti ssang-ssang bar (es lilin kembar), yang lucunya Won tak tahu ssang-ssang bar itu seperti apa. Hyun Joo meminta mereka menarik wishbone itu saat ia sedang mengharap sesuatu.
Won heran, apa Hyun Joo tak sedang menginginkan sesuatu? Hyun Joo menggeleng, membuat Won semakin heran, bagaimana mungkin Hyun Joo tak ingin apapun?
“Aku bisa masuk universitas dan bahkan punya kamar sendiri. Aku juga bisa menabung, jadi..”
“Kalau begitu, daripada menjadikannya sebagai sebuah harapan, mari kita buat sebagai keberuntungan,” kata Won sambil mengeluarkan kotak perhiasan. “Ini adalah hadiahku. Pakailah ini sebagai jimat keberuntungan.”
Hyun Joo tak terlihat senang dengan hadiah itu. Ia berkata kalau selama hidupnya ia tumbuh dari bantuan keluarga Won dan ia sekarang sudah bisa mandiri. Won memotong kalau kalung ini bukanlah bantuan tapi adalah hadiah darinya. Ia mengancam akan membuang kalung itu jika Hyun Joo tak menerima, sehingga Hyung Joo pun mengalah dan menerima pemberian itu. .
Tapi Won tahu kalau Hyun Joo akan menerimanya saja tapi tak akan memakainya. Maka ia pun berdiri dan memakaikan kalung itu ke leher Hyun Joo. Melihat ekspresi wajah Hyun Joo yang muram, Won sedikit bercanda, “Kenapa sangat susah sekali untuk memakaikan kalung ke lehermu?”
Kali ini Hyun Joo tersenyum walau masih nampak raut sedih di wajahnya.
Won kembali ke hotel dan diberitahu kalau ada orang yang menunggunya di kamar. Ia mengira kalau yang datang adalah ayahnya, maka ia pun menelepon Sekretaris Yoon. Tapi menurut Sekretaris Yoon, ayahnya sudah ada di rumah karena ia baru saja bertemu dengannya.
Akhirnya manajer hotel berkata kalau yang datang adalah adiknya. Mendengar hal itu, Won langsung marah karena berani-beraninya pihak hotel memasukkan orang tanpa seijinnya. Ia bertambah kesal namun tak bisa berkata apa-apa saat manajer hotel itu menjelaskan kalau ayahnya sendiri yang menelepon mereka untuk membuka kamarnya.
Maka ia pun tak jadi pulang dan malah meninggalkan hotel, meninggalkan Tan yang terus menunggu kedatangannya.
Akhirnya Tan pulang dan makan malam di rumah. Nyonya Han bertanya siapa orang yang ditemui Tan sampai Tan tak makan malam? Tan tak menjawab dan berkata kalau hidangan malam itu sangat lezat sekali. Ia bertanya apakah ibu yang memasaknya? Nyonya Han menjawab bangga, “Aku yang pesan agar seeeemua ini dimasak.”
Tan memandang ibunya kesal, tapi ia menjawab dengan manis, “Bagaimana ibu bisa memesan sesuatu yang sangat lezat?” Hahaha.. Dan lebih lucu lagi melihat reaksi Nyonya Han yang semakin bahagia mendengar pujian putranya, “Aku akan memesannya setiap hari.” LOL.
Ibu Eun Sang masuk untuk menyajikan hidangan lagi. Setelah ia pergi, Tan bertanya apakah gadis yang tinggal di rumah mereka adalah putri pelayan itu? Nyonya Han mengiyakan dan menjelaskan kalau ia kasihan pada mereka. Ibu Eun Sung sudah bekerja selama 3 tahun, tapi baru pindah bersama putrinya ke rumah mereka baru-baru ini saja.
Nyonya Han memuji Eun Sang yang pintar. Karena anggurnya habis, ia memanggil Eun Sang tiba-tiba, membuat Tan kaget. Dan Tan semakin kalang kabut saat mendengar suara Eun Sang.
Ia buru-buru mencari tempat persembunyian, bahkan sempat terpikir untuk sembunyi di kolong meja. Haha.. tapi tentu saja tidak. Ia langsung kabur dari ruang makan, sehingga Eun Sang tak melihatnya.
Eun Sang pun berjalan melewati taman ke gudang anggur dengan menyalakan senter dari handphonenya. Saat ia kembali dari gudang anggur, tiba-tiba taman yang gelap itu perlahan-lahan terang, karena satu per satu lampu nyala. Bahkan air mancurpun juga menyala.
Aww.. Eun Sang sesaat terpesona melihat keindahan taman di malam hari dan kemudian melanjutkan perjalanannya dengan lebih ceria. Dari kejauhan, Tan memandang gadis itu dan ikut tersenyum.
Rupanya ucapan Presdir Lee di lift masih membekas di hati Sekretaris Yoon. Ia mencoba menghilangkannya dengan menambah minumannya segelas lagi.
Won muncul dan memesan segelas minuman juga. Tanpa menunggu persetujuan dari Sekretaris Yoon, ia berkata kalau ia akan duduk, “Anggap saja sekarang adalah waktu lembur.” Ha.
Melihat mood Won yang buruk, Sekretaris Yoon menebak kalau yang menunggu di hotel adalah Tan. Won tak menjawab, malah menuduh Sekretaris Yoon dekat dengan Tan, “Kalau Tan sudah dewasa dan mengambil alih perusahaan, kau pasti akan bekerja untuknya, kan?”
“Kalau Tan sudah dewasa, apakah Anda akan memberikan perusahaan ini untuk ia pimpin?” tanya Sekretaris Yoon balik. Haha.. jawaban yang mengena, membuat Won berkata kalau Sekretaris Yoon ini tak pernah lengah, entah saat sadar atau setengah mabuk.
Percakapan mereka terhenti oleh kedatangan Predir Choi dan Presdir Lee. Sekretaris Yoon dan Presdir Lee bertukar pandang canggung, tapi Presdir Choi tak menyadarinya. Ia malah menyarankan mereka untuk duduk bersama.
Presdir Choi dan Won bercakap-cakap mengenai ekonomi dunia yang sedang memburuk dan Presdir Choi bertanya pasar mana yang ingin ditangkap oleh Won? Won menjawab kalau ia ingin mengambil pasar Afrika Selatang, namun Sekretaris Yoon sangat menentangnya. Sekretaris Yoon menambahkan kalau pasar Afrika Selatan itu seperti pasar Brasil, Rusia, India dan China yang tak stabil, jadi ia khawatir.
“Kau tak dapat melakukan itu. Hal itu beresiko. Itu adalah hal-hal yang dikatakan oleh orang berperingkat bawah. Orang-orang ini tak memiliki ambisi dan mereka tak mau ambil resiko. Mereka itu tak memiliki sikap yang positif,” ujar Presdir Choi menghina, mengagetkan semuanya. Presdir Lee pun juga merasa tak enak.
Dengan tenang Sekretaris Yoon menjawab kalau kata-kata itu sebenarnya adalah tindakan berani dari para bawahan. Tak mau meneruskan perdebatan, Sekretaris Yoon meminta diri untuk pergi sebentar karena ia harus menelepon putranya.
Walau Sekretaris Yoon sudah pergi, Presdir Choi tetap menghina posisi Sekretaris Yoon, membuat Presdir Lee juga pamit untuk pergi sebentar.
Setelah hanya berdua saja, Won mengingatkan Presdir Choi kalau Sekretaris Yoon ini bisa menggigit balik. Tapi Presdir Choi tertawa meremehkan, memang bagaimana caranya Sekretaris Yoon ini bisa melukainya dengan posisinya yang rendah itu? Won hanya tersenyum saat menjawab kalau ia pun juga tak tahu.
Sekretaris Yoon baru saja selesai menelepon Chan Young saat Presdir Lee muncul di hadapannya. Presdir Lee meminta maaf karena sikap calon suaminya yang tidak sopan. Sekretaris Yoon menjawab kalau ia pun juga minta maaf.
Presdir Lee bertanya untuk apa pria itu minta maaf padanya? Sekretaris Yoon menjawab, “Karena ini..,” dan ia langsung meraih Presdir Lee dan menciumnya. Dan herannya, Presdir Lee pun mencium pria itu balik, seakan mengharapkannya.
Kelas Eun Sang sedang belajar bahasa Inggris, dan bahan bacaannya mengenai Hollywood. Hal ini membuat Eun Sang melamun yang langsung dilihat oleh gurunya. Eun Sang langsung diberi pertanyaan, namun Eun Sang sepertinya siswa yang pintar, sehingga bisa menjawab walau baru saja melamun.
Untungnya pelajaran berakhir dan Eun Sang berniat melanjutkan tidurnya. Pada temannya ia berkata kalau ia baru saja pindah dan perjalanan ke sekolah menempuh waktu 2 jam. Tapi bukannya tidur, ia malah kembali melamun akan saat-saat indah bersama Tan.
Pulang sekolah, Eun Sang heran melihat kerumunan di depan gerbang, seperti ada artis datang.
Teman-teman Eun San semuanya heboh melihat cowok cakep yang sedang bersandar di mobil mewah, menanti kemunculan salah satu dari mereka.
Haha.. narsis pasti salah satu sifat dasar Tan.
Teman-teman Eun Sang semakin heboh saat Tan membuka kaca matanya dan membuka mulut, “Di sana ada gadis yang kelihatannya punya ginjal bagus. Maukah kalian mendorongnya kemari?”
Haha.. Eun Sang menunduk, malu karena teman-temannya semakin ribut. Dan senyum Tan semakin lebar saat Eun Sang maju ke depan, “Kelihatannya kau senang bertemu denganku. Kau pasti selalu memikirkanku.”
Eun Sang membantah kalau ia senang melihat Tan lagi. Ia hanya terkejut dan bertanya apakah mengapa Tan kembali ke Korea? Tan menjawab dengan suara lebih keras, ingin teman-teman Eun Sang mendengarnya, “Seperti yang kau lihat sekarang, aku kenal dengan seseorang di sekolah ini. Jadi aku menemuinya dan aku memandangnya, sekarang.”
Ahh… teman-teman Eun Sang kembali berteriak, termehek-mehek mendengar jawaban Tan. Eun Sang pun tersipu dan bertanya mengapa Tan ingin menemuinya? Tan menjawab kalau ia datang karena ingin bertanya pada Eun Sang, “Berikan nomor telepon Yoon Chan Young di Korea.”
Bwahaha..
“Chan Young? Kenapa?”
“Aku tertarik padanya.”
“Karena itulah aku bertanya. Kenapa kau tertarik padanya?”
“Kenapa aku tertarik? Tentu saja karena ia cantik. Rasanya hampir mati karena ia tak mau pergi dari pikiranku.”
Eun Sang menjawab ketus kalau Tan sebaiknya tak usah penasaran, “Chan Young sudah punya pacar. Kau juga kenal. Ia adalah mantanmu, Lee Bo Na. Sekarang aku mau pulang. Aku sibuk.” Tanpa menunggu jawaban Tan, Eun Sang segera berlalu pergi.
“Berhenti saat aku masih meminta dengan baik-baik,” ancam Tan. Tapi Eun Sang tak melambatkan langkahnya. “Aku menyuruhmu untuk berhenti!” Tak menoleh sedikutpun Eun Sang tetap berjalan. “Kumohon.. berhentilah,” seru Tan putus asa. Tapi Eun Sang terus melangkah pergi dan menghilang.
Haha., itu akibatnya kalau buat cewe bete.
Tapi sepertinya mood Eun Sang menjadi lebih baik setelah pertemuan itu. ia tersenyum-senyum saat membuat minum untuk salah satu pembeli di kafe. Chan Young meneleponnya dan Eun Sang berkata kalau ia sedang sibuk bekerja.
Chan Young tak percaya. Bagaimana mungkin sekarang Eun Sang bekerja jika Eun Sang masih sempat mengupdate SNS-nya? Dan foto apa yang baru saja Eun Sang upload itu?
Mulanya Eun Sang bingung, tapi ia langsung dapat menduga apa yang terjadi. Ia menyuruh Chan Young menutup telepon dan ia segera membuka akun SNS-nya. Betapa terkejutnya karena mendapati update statusnya yang berbunyi :
Kim Tan itu sangaaaaat tampan.
Bwahahaha.. Eun Sang kesal melihatnya. Tapi ia segera menyadari kalau tempat Tan mengambil foto adalah di kafenya. Buru-buru ia keluar dari konter dan berkeliling ke seluruh penjuru kafe.
.. dan menemukan Tan melambaikan tangan dengan manisnya. Eun Sang menyuruh Tan untuk log out dari SNS-nya sekarang juga. Tapi Tan malah balik bertanya apa Eun Sang akan log out kalau jadi dia?
Kesal, Eun Sang akhirnya berkata, “Terserahlah. Lebih gampang juga seperti ini, aku bisa langsung menghapus postinganmu.” Ia pun pergi meninggalkan Tan.
Tapi Tan keburu mengacungkan tangannya, “Hei.. Saya sudah siap untuk memesan!”
Hahahaha.. Rasanya Eun Sang mau marah, tapi tak bisa karena si bos melirik, siap-siap marah padanya jika tak melayani pelanggan. Menahan gondok, Eun Sang menghampiri Tan walau berkata dengan mulut terkatup, “Tolong pesan di meja kasir saja.”
Tapi Tan tak mau. Ia ingin pesan disini, “Saya pesan.. nomor telepon Chan Young,” ujar Tan usil, “pakai es, ya.”
Eun Sang menghela nafas menahan sabar, “Baiklah. Aku akan memberitahu agar aku dapat menyingkirkanmu. “ Ia pun mengambil handphone Tan dan memasukkan nomor telepon Chan Young dan mengembalikannya lagi.
Betapa terkejutnya Eun Sang karena melihat Tan langsung menelepon sahatabnya dan tanpa basa-basi langsung bertanya, “Berapa nomor teleponnya Eun Sang?”
Eun Sang langsung merebut handphone yang dipegang Tan dan meminta maaf, tapi ia akan meneleponnya kembali. Ia mendelik marah, “Apa yang kau lakukan?”
“Di Amerika, sepertinya kau selalu mengakhiri ucapanmu dengan berterima kasih. Tapi di Korea, kau berbeda,” Tan tersenyum melihat Eun Sang terdiam. “Aku punya perasaan kalau aku nanti akan menghubungimu lagi, sehingga perlu meminta nomor teleponmu.”
“Kenapa juga kita akan saling menelepon?” tanya Eun Sang heran.
“Siapa tahu? ‘Lihatlah ke lantai dua’. ‘Berbaliklah dan lihat.’ Hal itu bisa saja terjadi.”
Refleks Eun Sang langsung menoleh ke belakang dan melihat ke atas. Tak menemukan apapun, Eun Sang bertanya apa maksud Tan. Tan tersenyum karena berhasil membuat rasa penasaran Eun Sang timbul. Ia bangkit dan merebut handphone Eun Sang terus pergi.
Eun Sang berteriak memanggil Tan, tapi Tan terus berjalan sambil memasukkan me-miscalled handphonnya dengan handphone Eun Sang. Ia berbalik dan berkata kalau ia akan memberitahu apa maksud ucapannya tadi tapi nanti. Untuk sekarang, ia akan keluar dari akun SNS Eun Sang, “Jadi anggap saja sekarang kita impas.”
Eun Sang kesal, bagaimana mungkin yang seperti ini bisa disebut impas. “Berhenti saat aku masih meminta dengan baik-baik,” ancam Eun Sang. Tapi Tan tak melambatkan langkahnya. “Aku menyuruhmu untuk berhenti!” Tak menoleh sedikutpun Tan tetap berjalan. “Kau seharusnya .. berhenti,” seru Eun Sang putus asa. Tapi Tan terus melangkah pergi.
Walau tak berhenti, namun Tan meneleponnya dan berkata kalau ia akan menelepon Eun Sang lagi karena ia harus menemui seseorang. Eun Sang buru-buru bertanya sampai kapan Tan akan tinggal di Korea? Pertanyaan itu membuat Tan menggodanya lagi, “Kenapa? Apa kau berharap agar aku tak pergi?”
Eun Sang langsung membantah, “Aku akan mentraktirmu makan sebelum kau pergi.”
Tan terkekeh geli, “Jadi itu berarti kaulah yang membuatku untuk tetap tinggal.” Tak ada jawaban, malah telepon terputus. Tan berbalik dan kesal karena melihat Eun Sang sudah berbalik pergi dengan cueknya.
Hahaha.. tetap saja kalah. Harusnya tadi Tan berhenti saat Eun Sang memanggil-manggilnya biar benar-benar impas.
Tan menemani Sekretaris Yoon belanja, rutinitas seorang orang tua tunggal setiap jam setengah delapan malam. Tan bercerita kalau ia mencoba menemui Won di hotel, tapi Won tak kunjung datang. Sepertinya Won tahu kalau ia datang.
Sekretaris Yoon menjawab kalau Won memang sulit dihadapi. Tan minta maaf karena menempatkan Sekretaris Yoon di tengah-tengah perseteruan mereka. Ia tak tahu harus bagaimana menghadapi masalah ini.
Dengan bijak Sekretaris Yoon berkata kalau semua ini bukanlah kesalahan Tan. Seakan membela Won, Tan berkata kalau ini juga bukan kesalahan kakaknya. Sekretaris Yoon membenarkan, “Semua ini kesalahan Presdir Kim.”
Tan tertawa mendengar kata-kata itu, “Tunggu sampai ayah mendengarnya.” Sekretaris Yoon mendelik dan menyuruh Tan untuk menunda mengatakan hal itu kepada atasannya karena Chan Young masih SMA.
Kagum pada Sekretaris Yoon, Tan berkata kalau Chan Young sangat beruntung memiliki ayah seperti Sekretaris Yoon. Sekretaris Yoon malah merasa Tan yang beruntung karena memiliki ayah seperti Presdir Kim.
Seakan ini adalah hal yang aneh, Tan bertanya, “Benarkah itu?”
Mungkin seperti itulah perasaan Tan karena saat pulang ke rumah, ia menyapa ayahnya sendiri dengan menunduk hormat dan memilih pergi karena tak ingin mengganggu pembicaraan ayahnya dengan salah satu pegawainya.
Dan yang sebenarnya terjadi, ayahnya menemui salah satu bawahannya yang bertugas memata-matainya dan Won. Orang itu menunjukkan foto-foto yang berhasil ia dapatkan saat menguntit Won dan Tan. Won bersama dengan Hyun Joo dan Tan bersama Eun Sang.
*Eih.. jangan-jangan ini juga orang yang sama yang disuruh Nyonya Han untuk menangkap basah Nyonya Jung. Mati ketawa aja kalau beneran.*
Presdir Kim mendecakkan lidahnya melihat foto-foto yang tersebar di meja itu. Ia hanya memiliki dua orang anak dan kelakuan mereka seperti ini. Ia bertanya tentang profesi Hyun Joo (tutor di daerah Gangnam) dan meminta orang itu untuk menjelaskan arti foto Tan dan Eun Sang saat di Amerika.
Orang itu menjelaskan kalau pertemuan mereka hanya secara kebetulan walau Eun Sang sempat menginap di rumah Tan. Presdir Kim juga melihat foto Tan hari ini, yang khusus pergi ke sekolah Eun Sang untuk menemuinya.
Kecapaian, Eun Sang tertidur saat sedang belajar. Ibu membereskan buku-buku pelajaran Eun Sang dan melihat formulir penggalian minat masuk universitas. Lehernya tercekat melihat apa yang tertulis di sana.
Bidang ilmu yang diminati : tak ada. Universitas yang diminati : tak ada. Harapan di masa depan : sebuah pekerjaan.
Ibu meneteskan air mata melihat putrinya yang tertidur nyenyak, tak berambisi melakukan apapun juga, yang penting hanya bekerja.
Tan baru selesai jogging dan berpapasan dengan Myung Soo yang sangat senang melihatnya kembali. Reaksi Tan mencengangkan Myung Soo, “Apa aku mengenalmu? Apa kau adalah anak yang pernah aku bully?” Myung Soo hampir patah hati karena Tan tak mengingatnya. Tapi Tan langsung tersenyum, “Kenapa juga aku tak mengingatmu? Itu hanya sapaan, Jo Myung Soo.”
Myung Soo tertawa lega dan berkata kalau ia memang bertambah tampan setelah melewati masa puber, tapi sangat mengesalkan kalau Tan sampai tak mengenalinya. Haha.. temennya orang narsis harus narsis juga.
Myung Soo langsung panik saat diingatkan kalau sekarang sudah saatnya masuk sekolah. Buru-buru ia masuk mobil, tapi sempat bertanya tentang gadis yang pernah keluar dari rumahnya.
Tan hendak masuk rumah namun segera bersembunyi di balik tembok saat melihat Eun Sang keluar. Namun terlambat karena Eun Sang sudah melihatnya. Maka ia pura-pura terkejut, seolah melihat Eun Sang untuk pertama kalinya di daerah ini.
Eun Sang pun tak kalah terkejut melihatnya. Ia langsung menarik tanganTan, menariknya pergi, karena sebentar lagi anak kedua di rumahnya akan muncul. Tan langsung berkata, “Ahh.. anak kedua yang benar-benar tampan itu?” Eun Sang kaget mendengar Tan mengetahui tentang hal ini. Tapi ia lebih kaget lagi saat melihat tangannya yang menggenggam pergelangan tangan Tan.
Tan tersenyum dan mengulurkan tangannya lagi, “Kau bisa kok terus menarikku.” Ha, maunya.. Tentu saja Eun Sang tak mau. Eun Sang bertanya apakah rumah Tan ada di lingkungan ini? Tan membenarkan.
Maka Eun Sang mencoba menjelaskan mengapa ia bisa tinggal di rumah sebesar itu karena ia tahu kalau Tan pasti penasaran Tapi Tan berkata kalau ia tak penasaran. Ia hanya ingin penasaran pada satu hal.
Ia mencondongkan tubuhnya ke arah Eun Sang, Tan bertanya kapan Eun Sang akan mentraktirnya makan? Eun Sang menjawab kalau katanya Tan akan meneleponnya, tapi sampai sekarang Tan tak pernah menelepon. Tan senang mendengar jawaban Eun Sang ,“Hmm.. kelihatannya kau menantikan teleponku.”
Kali ini Eun Sang tak membantah. Tanpa menatap Tan, ia berkata kalau ia harus segera pergi kalau tak ingin terlambat ke sekolah. Tan tersenyum mengawasi kepergian Eun Sang.
Dengan kamera di tangan, Myung Soo memberitahu Bo Na kalau Kim Tan sudah kembali ke Korea. Seperti yang diduga, Bo Na terkejut setengah mati dan Myung Soo langsung menjepretkan kamera ke wajahnya, “Momen penting.”
Bo Na melirik Chan Young yang menatapnya heran, maka ia menutupi ekspresi terkejutnya dengan menunduk. Bo Na pura-pura tak mendengar apa yang Myung Soo katakan karena ia sedang bernyanyi dalam hati. Chan Young pun mengulang ucapan Myung Soo kalau Kim Tan sudah kembali ke Korea.
“Siapa? Ohh.. anak yang kau pernah temui di LA? “Ohh.. tapi aku heran apa ya lagu yang kunyanyikan tadi?” Pura-pura tak kenalnya Bo Na membuat Chan Young tersenyum. Bo Na pun melanjutkan ucapannya kalau ia sedang kesal dan frustasi karena tak bisa ingat nama lagu yang ia nyanyikan itu dan ia akan pergi untuk bertanya pada Ye Sol.
Chan Young mengikuti Bo Na yang berjalan semakin cepat, jelas Bona tak ingin diikuti olehnya dan bertanya, "Memang lagunya apa?" Bo Na tak menjawab dan Chan Young pun mencoba 'menebak', "Apakah lagu G.O.D ‘Bohong’? Big Bang ‘Bohong’? T-Ara ‘Bohong’?”
Tapi Bo Na terus mempercepat jalannya, dan akhirnya Chan Young berhenti mengikutinya. Hanya senyum puas menghiasi wajahnya karena berhasil mengusili pacarnya.
(Bersambung)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !