Home » , » THE HEIRS (2014) EPISODE 4-2

THE HEIRS (2014) EPISODE 4-2

Written By Regina Kim on Monday, December 1, 2014 | 9:37 PM


Drama: The Heirs (2014)
also known : The InheritorsHeritors
The One Trying to Wear the Crown, Bears the Crown – The Heirs
He Who Wishes To Wear the Crown, Endure Its Weight – The Heirs
One Who Wants to Wear the Crown, Bear the Crown – The Heirs
Those Who Want the Crown, Withstand the Weight of it – The Heirs

Genre : Romance,Comedy,Drama,School
Written by Kim Eun-sook
Directed by Kang Shin-hyo
Country of origin South Korea
Originallanguage(s) Korean
No. of episodes 20


CAST : 



SINOPSIS LENGKAP

Nyonya Han tidur sekamar dengan Tuan Kim, namun di tempat tidur terpisah. Ia mengeluh semalaman tidak bisa tidur nyenyak karena ia sangat mengkhawatirkan Tan. 

“Kau mendengkur…” kata Tuan Kim menahan geli. Kalau mendengkur artinya tidur nyenyak kan^^ 

Nyonya Han kesal dan berdalih kalau udara di kamar kering. 


“Apakah hati Tan sudah siap untuk pulang?” tanya Tuan Kim tanpa mengalihkan pandangan dari surat kabar yang sedang dibacanya. 

Nyonya Han berkata Tan pergi bukan atas keinginan Tan sendiri. Bahkan jika Tan belum siap pulang, ia akan mengembalikan Tan. Selama 3 tahun ini ia sudah cukup berhati-hati karena Won. 

“Apa kau bahkan merindukan Tan?” tanya Nyonya Han pada Tuan Kim. 

“Tentu saja,” kata Tuan Kim. “Akan lebih baik jika aku memiliki keduanya (Won dan Tan).” 

Mendengar itu Nyonya Han bertanya apakah Tuan Kim benar-benar dengan ucapannya barusan. Jika Tan pulang maka Tuan Kim harus menangani Won. 

“Jika ia tidak bisa kembali karena terlalu takut pada kakaknya, lebih baik ia tidak pulang,” kata Tuan Kim. 

Nyonya Han tidak mau tahu, ia langsung menelepon Tan. Tapi seperti biasa, Tan tidak mengangkat teleponnya. 


Tan sedang duduk merenung di bangku taman sekolahnya. 

“Aku selalu membayangkannya. Orang-orang yang kesepian di sekitarku. Sekali saja, aku berharap ketidakhadiranku membuat mereka merasa kesepian. Aku ingin pulang, Ayah….” 

Ia membayangkan ayahnya selalu berdiri di dekat jendela menunggu kedatangannya. 


“Aku merindukanmu....Ibu…” 

Ia membayangkan ibunya duduk di tempat tidurnya, merindukannya. 

“Setelah mengirimku pergi dengan begitu kejam, aku ingin percaya kalau sekali saja itu membuat Kakak menyesal.” 

Ia membayangkan dirinya mengatakan itu pada kakaknya. 


Kemudian Tan menelepon Sekretaris Yoon. Lalu ia menyerahkan tugas essay pada gurunya dan berterima kasih. Judul esaynya: 

“Ia yang Hendak Mengenakan Mahkota, Mengemban Mahkota.” (Ini adalah judul asli The Heirs.) 

“Ia yang hendak mengenakan makhota, harus menahan beban dari mahkota itu,” ujar Tan dalam hati sambil meninggalkan sekolahnya untuk terakhir kalinya. 


Tan kembali ke Korea. Ia disambut oleh Sekretaris Yoon dengan hangat. Sekretaris Yoon berkata ayah Tan sangat senang dan Nyonya Han sudah menelepon 4 kali jadi sebaiknya Tan menelepon jika sempat. 

Mendengar nama mereka, Tan langsung merasakan beban pertama. Ia tahu ia harus bertemu kakaknya lebih dulu. 


Won terkejut saat Tan tiba-tiba ada di hadapannya. Dengan dingin ia bertanya berapa lama Tan akan berkunjung (lalu kembali ke Amerika). 

“Aku berencana tinggal.” 

“Kubilang berapa lama kau berkunjung?” ujar kakaknya. 

Tan menatap kakaknya dengan sedih. 


“Apakah kau tidak ingat apa yang kukatakan padamu ketika kau pergi ke Amerika? Atau kau tidak mengerti?” 

“Aku tahu apa yang kakak khawatirkan.” 

“Kau tahu tapi kau tetap datang.” 

“Aku benar-benar ingin melihat keluargaku jadi aku ingin pulang.” 

“Untuk menangis?” sindir Won. 

“Kakak boleh bilang apa saja, tapi aku tidak akan kembali (ke Amerika). Aku hanya akan makan dan bermain-main di sini. Tolong biarkan aku tinggal. Hal yang Kakak khawatirkan, tidak akan terjadi.” 

“Apa? Seorang sepertimu tidak bisa mengatakan apakah hal yang kukhawatirkan akan terjadi atau tidak (dengan kata lain, seorang anak harap tidak pantas merebut posisinya). Berhentilah mengacau dan dengarkan aku. Lebih penting lagi, kau kehilangan kesempatan yang telah kuberikan padamu. Kesempatan untuk saudara tiri membina hubungan akrab. Itulah yang terjadi saat kau pulang ke rumah. Kau tidak mau pergi? Maka tinggallah. Dan lagi apa yang bisa kulakukan padamu? Semua orang di pihakmu,” Won melirik Sekretaris Yoon. 


Won pergi meninggalkan ruangannya. Meninggalkan Tan terpaku dengan hari terluka. Sekretaris Yoon pergi meninggalkan Tan sendirian untuk mengikuti Won. 

Sigh….jika ini hanya karena Tan terlahir sebagai anak di luar nikah, lalu apa salah Tan? Bukan keinginannya untuk dilahirkan sebagai anak di luar nikah. Ia tidak bisa memilih dilahirkan dalam keluarga seperti apa dan ibu seperti apa. Apa kesalahannya hingga Won memperlakukannya seperti itu? 

Won marah karena Sekretaris Yoon tidak memberitahu perihal kepulangan Tan. Terlebih lagi Sekretaris Yoon yang menjemput Tan. Sekretaris Yoon mengira ayah Won sudah memberitahunya. 

Won menyuruh Sekretaris Yoon memesan kamar hotel. Ia akan tinggal di luar rumah. Saat Sekretaris Yoon bertanya apa yang akan ia katakan pada Tuan Kim nanti, Won berkata biar saja ayahnya berasumsi sendiri. 


Tan pulang ke rumah. Nyonya Han langsung memeluk puteranya. Sementara Tuan Kim memandangnya pun tidak. Malah sibuk memandangi jari-jari tangannya sendiri. 

Nyonya Han mengeluh Tan tidak pernah menjawab telepon darinya. Tan berkata ibunya terlalu sering menelepon, apakah ayahnya tidak memperlakukan ibunya dengan baik. Tan bergurau untuk memancing reaksi ayahnya. 

Nyonya Han mempergunakan kesempatan itu untuk mengadu. Ia berkata Tuan Kim membentaknya karena mendengkur. Pokoknya ia merasa sedih. 


“Ibumu melebih-lebihkan seperti biasanya. Bagaimana rumah(di Amerika)? Apakah cukup baik untuk ditinggali? Aku meminta mereka untuk membangun dengan baik,” tanya ayahnya. 

Ibu Eun Sang masuk membawakan teh untuk mereka. Tan berkata rumahnya terlalu besar. Pada pagi hari bersinar terlalu terang dan malam hari sangat gelap. 

“Jika gelap, berarti kau bisa melihat bintang dengan baik. Bagaimana dengan sekolah? Apa kau mempelajari sesuatu?” 

“Aku hanya bermain-main.” 

Tuan Kim dan Nyonya Han nampak kaget dan kecewa. Tuan Kim menyuruh Tan pergi beristirahat. 


Tan pergi ke kamar yang telah ditinggalkannya selama 3 tahun. Nyonya Han mengikutinya dan terus mengoceh mengenai betapa sedihnya ia karena tidak bisa melihat Tan tumbuh besar. Ia bertanya apakah Tan di Amerika memiliki banyak teman, yang berambut pirang? 

“Anak-anak berdada besar,” jawab Tan sekenanya. 

“Kau tidak menyentuh narkoba, bukan?” 

“Terlalu mahal.” 

Nyonya Han mulai bertanya mengenai kunjungan Rachel. Tan segera beralasan ia hendak mandi agar ibunya segera pergi. 


Pelayan yang membereskan barang Tan menemukan kaus kaki yang ditinggalkan Eun Sang di Amerika (kaus kaki itu sepertinya dijemur Eun Sang di pintu kamar rumah Tan di Amerika, lalu tertinggal), dan memasukkannya ke keranjang cucian. 

Tan mengeluarkan dreamcatcher pemberian Eun Sang dari tasnya. Lalu menggantungnya di ambang jendela kamar. 


Eun Sang memotret kartu boarding pass pesawatnya dan mempostingnya di SNS. 

“Sama seperti tidak ada cara untuk membuktikan aku bermimpi, tidak ada cara bagiku untuk membuktikan tempat itu juga hanya mimpi. Apakah aku benar-benar pernah di sana?” 

Eun Sang melihat ke langit. Tanpa ia sadari, Tan juga melihat ke langit dari dalam rumah. Padahal Eun Sang duduk di halaman rumah Tan. 


Keesokan harinya, Tan merasa mendengar suara di dapur, ia membuka pintu dan melihat sekilas seorang gadis berambut panjang keluar dari dapur melalui pintu belakang. 

Eun Sang juga melihat ada seorang pemuda baru berkeliaran di rumah. Namun ia tidak melihat wajah Tan karena Tan mengenakan hoodie. Ia tahu dari ibunya kalau putera kedua pemilik rumah seudah kembali. 


Suatu subuh, Eun Sang dibangunkan oleh ibunya dan ibunya meminta Eun Sang segera pergi dari rumah dan kembali lagi saat hari sudah malam. Ibunya berkata suasana di rumah sedang tidak baik. Karena kedatangan putera kedua, putera pertama tidak pulang selama beberapa hari. Akibatnya Tuan Kim dalam mood jelek dan Nyonya Han lebih histeris dari biasanya. Jadi Ibu Eun Sang menyuruh Eun Sang segera pergi sebelum terjebak dalam kekacauan itu. 


Myung Soo pulang bersama Young Do dengan taksi. Myung Soo turun dan berkata ia hanya akan menunjukkan wajahnya pada ayahnya lalu pergi lagi. Young Do menawarkan untuk menunggu di ujung jalan. Tapi Myung Soo berkata ayahnya sangat tidak menyukai Young Do. 

Young Do berkata jika ada kesalahapahaman antara ayah Myung Soo dan dirinya maka mereka bisa mencari tahu penyelesaiannya. Myung Soo berkata akan lebih bagus jika memang ada kesalahpahaman, tapi ayahnya pokoknya tidak menyukai keberadaan Young Do. Ia menyuruh Young Do menunggunya di minimarket dekat jalan itu. 


Rupanya rumah Myung Soo berada pada satu jalan dengan rumah Tan. Ia melewati rumah Tan saat tiba-tiba pintu terbuka dan Eun Sang melangkah keluar. Myung Soo kebingungan, mengapa ada seorang gadis keluar dari rumah. Tapi Eun Sang yang masih mengantuk seolah tidak melihat dan mendengar Myung Soo. Ia berjalan pergi begitu saja. Myung Soo bertanya-tanya apakah Tan pindah rumah. 


Young Do sedang membuat ramen di minimarket ketika ia melihat seorang gadis berjalan sambil setengah memejamkan mata ke minimarket itu. Gadis itu membeli sebotol minuman lalu meminum seluruh isinya dalam satu kali teguk. Penasaran, Young Do terus memperhatikan gadis itu. 

Eun Sang yang tidak menyadari dirinya sedang diperhatikan, duduk di bangku depan minimarket lalu melanjutkan tidurnya. Young Do duduk di bangku seberangnya. Ia melambaikan tangannnya di depan wajah Eun Sang tapi Eun Sang memang tertidur. Young Do duduk memperhatikan Eun Sang sambil memakan ramennya. 


Dua orang anak kecil berebut mainan di dekat Young Do. Suara mereka sangat berisik. Young Do menegur mereka dan menunjuk Eun Sang yang sedang tidur. Anak-anak itu malah menangis keras-keras…lebih keras dari teriakan mereka. Hingga Young Do pun sepeerti hendak menangis XD 


Eun Sang sepertinya mendengar keributan itu. Ia bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan pergi dengan mata setengah terpejam, sama sekali tidak mempedulikan Young Do dan anak-anak yang sedang menangis. 

Anak-anak itu menangis memanggil ibu mereka. Myung Soo menjemput Young Do dengan mobilnya dan bertanya apa yang sedang Young Do lakukan. 


“Anak-anak itu mengajakku berkelahi. Mereka meledekku karena tidak punya ibu,” ujar Young Do. 

“Apa kau terluka?” tanya Myung Soo. Pfft…. 

Young Do melihat ke arah Eun Sang yang berjalan menjauh. Ia berkata hatinya yang terluka. 


Bo Na berjalan menyusuri gedung Mega Entertainment mencari ayahnya. Ia bertanya pada sekelompok grup penyanyi dan memuji OST mereka daebak (kalau ngga salah ini grup VIXX yang menyanyikan salah satu OST Heirs ya?). Bo Na menyanyikan satu kalimat tapi ternyata itu lagu Lee Hong Ki yang juga menyanyikan OST untuk Heirs. Ups….Bo Na buru-buru pergi^^ 

Ia pergi ke ruangan lain dan memuji penampilan mereka. Tapi sang vokalis berkata mereka bahkan belum sempat tampil. Hahaha… 


Di panggung, sekelompok boy band telah menyelesaikan reka man mereka. Hee Chul (cameo) naik ke panggung menyapa mereka. 

Bona menghampiri mereka lalu menyapa Hee Chul. Ia bertanya apa Hee Chul MC untuk hari ini. Hee Chul bertanya siapa yang lebih disikuai Bo Na, Kyu Hyun atau dirinya? 

“Aku…Chan Young!” 


“Ah…Chan Young.” 

“Oppa mengenal Chan Young?” tanya Bo Na kaget. 

“Tentu saja tidak. Apa dia kekasihmu? Kekasih atau sandera?” 

“Ah…kau ini seperti kakek-kakek. Apa kakek melihat ayahku?” 

“Bagaimana bisa kau memanggil Oppa-mu dengan sebutan Kakek? Di Taiwan, aku menempati posisi pertama selama 60 minggu dan mendominasi tangga lagu…” omel Hee Chul. 

Bo Na malah sibuk melihat ponselnya karena ada sms masuk. “Apa yang sedang kaulakukan bersama pria itu?” 

Bo Na celingak-celinguk. 

“Bo Na, kau harus melihat pada Oppa-mu!” seru Hee Chul dari panggung. Tapi Bo Na sudah tidak peduli lagi. 


Apalagi ketika ia melihat Chan Young di salah satu tempat duduk penonton. Ia langsung berlari menghampiri. Chan Young khawatir Bo Na terjatuh dengan berlari seperti itu. 


Bo Na tiba di hadapan Chan Young. Ia bertanya bagaimana Chan Young bisa tahu ia di sini. Chan Young berkata ia bertemu dengan ayah Bo Na di depan pintu masuk. Ia baru tiba 3 jam yang lalu. Bo Na tidak tahu Chan Young kembali hari ini karena kemarin Chan Young tidak memberitahunya saat di telepon. 

Chan Young berkata dengan begitu Bo Na akan lebih terkejut. 

“Aku sangat merindukanmu,” kata Bo Na. 

“Aku juga.” 

“Aku lebih merindukanmu.” 

“Aku tidak bisa kalah dalam hal ini. Aku merindukanmu,” Chan Young menarik Bo Na dalam pelukannya. 

Bo Na tersenyum. Mulai sekarang Chan Young tidak boleh pergi jauh lagi. Chan Young berkata mereka akan pergi bersama mulai sekarang. 


Bo Na teringat sesuatu, bagaimana dengan Eun Sang? Bukankah mereka tinggal bersama? 

“Mengapa aku meninggalkan kekasih cantik seperti ini dan tinggal bersama seorang teman?” kata Chan Young. Duh, cowo ini benar-benar pintar merayu^^ 

Bo Na mengajak Chan Young makan. Bukankah tadi kau sedang mencari ayahmu, tanya Chan Young. Bo Na berkata itu tidak penting lagi. 

“Aku tidak akan punya seorang anak perempuan,” kata Chan Young. Bisa-bisa nanti seperti Bo Na yang tidak menghiraukan ayahnya setelah punya kekasih. 

“Siapa bilang kau akan punya anak?” ujar Bo Na kaget. 


Chan Young dan ayahnya memasak makan malam bersama. Mereka sangat kompak hingga Bo Na kagum melihat mereka. Sekretaris Yoon berkata makanan ini adalah makanan kesukaan Chan Young (semacam mie kuah ngga tau apa namanya^^). 

Bo Na baru tahu karena Chan Young berkata makanan kesukaannya adalah sushi. Sekretaris Yoon berkata puteranya benar-benar tahu cara berpacaran, padahal biasanya Chan Young tidak makan ikan kecuali dibakar. 


Chan Young berkata ayahnya pun akan seperti itu jika memiliki kekasih. 

“Apakah kau ingin Ayah memiliki kekasih?” tanya Sekretaris Yoon. 

“Aku tidak setuju, Appa-nim. Sampai Chan Young kuliah, fokuslah padanya.” 

“Benarkah? Kalau begitu karena Chan Young harus kuliah, kau putuslah dengannya,” kata Sekretaris Yoon. 

Bo Na cepat-cepat memuji masakan calon ayah mertuanya. Chan Young menceritakan pengalamannya di Amerika pada ayahmya. Ia berkata di Amerika tidaklah mudah, ia sering gugup setiap kali ia harus membayar sesuatu. 

“Ah, kau bertemu dengan Tan di sana.” Kata Sekretaris Yoon. 


“Yah, mungkin karena kami bertemu saaat masih kecil hingga ia tidak mengenaliku.” 

“Apa itu Kim Tan?” tanya Bo Na pelan. 

“Apa kau mengenal Tan?” tanya Sekretaris Yoon. 

“Aku tidak mengenalnya,” kata Bo Na cepat. 

Chan Young jelas tahu Bo Na adalah mantan kekasih Tan, tapi ia tidak menyebutnya. Sementara Bo Na bersikeras ia tidak mengenal Tan. Chan Young tersenyum melihat tingkah Bo Na. 


Bo Na pergi mengeluh pada Myung Soo. Ia berkata ia akan dicampakkan. Ada kemungkinan Chan Young sudah tahu ia pernah berpacaran dengan Kim Tan karena mereka berdua bertemu di Amerika. 

“Heol, mereka bertatapan lalu mencampakkamu?” tanya Myung Soo. 

“Sini, biar aku memukulmu.” 

Bo Na berkata ia tidak tahu Chan Young sudah tahu atau belum tapi ia akan segera dicampakkan. Ia bertanya-tanya apa yang sudah dikatakan Kim Tan pada Chan Young, tidak mungkin Tan sudah melupakan dirinya. Myung Soo menghela nafas panjang melihat ke-geer-an Bo Na. 

Bo Na pikir keduanya memperebutkan dirinya. Ia bertanya-tanya apakah Tan akan menuntut dengan mengatakan Chan Young telah memukulnya. Myung Soo berkata yang terjadi akan sebaliknya, Tan memukul Chan Young. 

“Hei, Chan Young-ku pintar berkelahi, tahu! Jangan berpihak pada Kim Tan dan jangan berpihak pada Yoo Rachel!” kata Bo Na kesal. Heh...Bo Na kan bersahabat dengan Myung Soo, kenapa ia tidak bisa berpikir Chan Yoiung dan Eun Sang juga seperti itu ya? Kan sama saja >,< 


Tan membuka SNS Eun Sang dan melihat postingan kartu boarding pass-nya. 

“Sama seperti tidak ada cara untuk membuktikan aku bermimpi, bagiku tidak ada cara untuk membuktikan tempat itu juga hanya mimpi. Apakah aku benar-benar pernah di sana?” 

Tan mengetik komentar balasan: “Kau ada di sana. Aku bisa bersaksi untuk itu.” 

“Hei, kau belum log-out juga?! Apa kau benar-benar mau di log-out dari kehidupan?” ketik Eun Sang kesal. 


Tan malah tersenyum senang melihat balasan Eun Sang. Ia balas mengetik ia tidak akan log-out. Apa ia terlihat penuh sopan santun bagi Eun Sang? Bukankah ia pengedar nerkoba? Kau di mana? Apa ginjalmu sehat? 

“Ginjalku sehat. Memangnya kenapa? Jika kau memerlukannya, maka datangalh dan ambil sendiri jika kau mau.” 

“Jujurlah padaku, kau benar-benar ingin aku muncul kan?” 


Mereka sama-sama membuka pintu. Tapi mereka tidak bertemu. Tan membuka pintu keluar rumah, sementara Eun Sang membuka pintu masuk ke dalam pintu samping rumah. 

Eun Sang menyerahkan belanjaan pada ibunya. Tan bertanya-tanya mengapa Eun Sang tidak membalas lagi. Ia berpapasan dengan ibu Eun Sang. Satu hal membuatnya menoleh. Ibu Eun Sang memakai kaus “I love California”. 


Eun Sang menyajikan keju untuk Nyonya Han. Ia heran melihat Nyonya Han memakai kaus kaki, yang sama persis dengan miliknya. Tapi perhatiannya teralihkan saat ia melihat Nyonya Han mengomeli ibunya yang salah membawa wine. 


Sambil menahan kekesalan, Eun Sang berkata mulai sekarang ia yang akan mengambilkan wine untuk Nyonya Han. Nyonya Han menganggap itu ide bagus, anggap saja sebagai balas jasa karena telah tinggal gratis di rumah ini. 

Perasaan Eun Sang terluka. Ibu Eun Sang merebut kembali botol wine dari tangan Eun Sang dan memberi isyarat Eun Sang harus belajar. 

“Untuk apa aku belajar? Aku bahkan tidak bisa membayar sewa kamar,” Eun Sang memberi isyarat. Ia mengambil wine kembali dari tangan ibunya. Ibu Eun Sang berusaha menahan kesedihannya, sementara Nyonya Han sama sekali tidak peduli pada apa yang terjadi. 


Eun Sang turun ke gudang wine. Melihat luasnya gudang wine itu yang lebih luas dari kamarnya bahkan apartemennya yang dulu, hatinya terasa sakit. Bahkan wine hidup lebih mewah dari dirinya. 

Tan terus menanti balasan komentar Eun Sang. Saat ia menoleh, ia melihat sekilas seorang gadis masuk ke dalam rumah. Ia masuk ke dalam rumah dan melihat bayang seorang gadis melintas dari balik kaca. 


Ia bercerita pada ibunya kalau akhir-akhir ini ia merasa melihat seorang gadis berambut panjang berkelebat. Ibunya berkata gadis itu anak pembantu rumah tangga mereka. Gadis itu tinggal di rumah mereka karena uang jaminan rumah dibawa kabur oleh sang kakak. Ia sudah meminta anak gadis itu tinggal di sana seolah-olah tak tinggal di sana, tapi bukan seperti hantu. Ia juga menyebut namanya walau kurang begitu ingat. “Cha….Eun Sung?” 


Tan tertegun. Mengapa begitu banyak hal yang mirip? Nama? Kakak yang melarikan uang? Juga ibu yang bekerja keras dan harapan Eun Sang agar Grup Empire bangkrut. Tapi Tan ingin memastikannya. 

Ia mengetik: “Kau sedang apa? Cepat balas.” 

Tidak ada jawaban. Tan berkali-kali merefresh SNS-nya. Akhirnya muncul jawaban. 

“Aku sedang minum.” 


Tan langsung menuju dapur. Tapi di depan pintu ia ragu. 

Pelan-pelan ia membuka pintu. Dan di sanalah Eun Sang. Sedang minum sambil memperhatikan ponselnya. 


(Bersambung)
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Google Translate

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Love and Like Movie - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger