Home » , , , » MY LOVE FROM THE STAR EPISODE 9 (2014)

MY LOVE FROM THE STAR EPISODE 9 (2014)

Written By Regina Kim on Monday, December 29, 2014 | 2:52 AM


Also known as : You Who Came from the Stars,You from Another Star,My Love from the Stars,My Love from Another Star,Man from the Stars,Man from Another Star
Genre : Romance,Comedy,Drama,Sci-Fi
Written by : Park Ji-eun
Directed by : Jang Tae-yoo
Country of origin South Korea
Originallanguage(s) Korean
No. of episodes 21
Production : Executiveproducer(s) Choi Moon-suk
Producer(s) Moon Bo-mi
Location(s) Korea
Cinematography Lee Gil-bok, Jung Min-gyun
Camera setup Multiple-camera setup, Running time 70 minutes
Productioncompany(s) HB Entertainment
Broadcast : Original channel SBS and regional affiliates
Picture format 1080i (HDTV), Original run 18 December 2013 – 27 February 2014

STARRING : 


SINOPSIS LENGKAP :

Prolog episode 9: 

Dosen Min Joon memberikan pelajaran di kelas mengenai eksperimen yang dibuat Harry Harlow, seorang psikologis Amerika. 

Harlow memisahkan seekor bayi kera berbulu merah (yang memiliki kemiripan DNA 95% dengan manusia) dari induknya. Bayi monyet itu di kurung dalam sebuah ruangan dengan dua boneka monyet. 

Satu boneka digantungi kawat logam yang ditempeli botol-botol susu. Sementara satu moneka lagi dibungkus kain halus, tanpa digantungi botol susu. Boneka manakah yang akan dipilih oleh bayi monyet tersebut? Boneka dengan botol susu (makanan)? Atau boneka dengan kain lembut (sentuhan hangat)? 

Seorang mahasiswi menjawab bayi monyet tersebut akan memilih boneka dengan botol susu. Min Joon berkata dugaan awal penelitian tersebut juga menyatakan hal yang sama. Tapi berlawanan dengan hipotesis awal tersebut, bayi monyet rupanya memilih boneka yang terbungkus kain lembut. Ini membuktikan pentingnya sentuhan fisik yang menunjukkan kasih sayang, cinta dan ikatan. 


Kembali pada Min Joon dan Song Yi. Song Yi mengadakan eksperimen 15 detik. Jika setelah 15 detik Min Joon masih menganggapnya sama dengan benda keramik, anak anjing atau pohon, maka ia akan mengakui bahwa ia tidak menarik. Min Joon tidak tertarik tapi Song Yi menariknya duduk dan menyetel timer 15 detik di ponselnya. 

Eksperimen dimulai. Song Yi memasang tampang menggoda. Detak jantung Song Yi 75, Min Joon 60. Song Yi memasang tampang cute. Detak jantung Song Yi 85, Min Joon 69. 

Dalam kuliahnya, Min Joon berkata tatapan mata juga bisa dianggap sentuhan fisik tak langsung. Ketika seseorang menatap mata orang yang mereka cintai, otaknya memproduksi dopamine yang membuatnya merasakan perasaan senang. 


Ketika Song Yi akhirnya menyerah karena tidak bisa membuat Min Joon tertarik padanya, Min Joon malah menariknya dan langsung menciumnya. Detak jantung mereka langsung meningkat. Song Yi 139, Min Joon 140. 

“Ketika kalian berciuman, detak jantung meningkat dua kali lipat dari keadaan normal. Nafas pun meningkat 20 kali lipat, dan tekanan darah meningkat sementara. Akibatnya, jantung berdebar dan rasanya seperti kehabisan nafas. Bahkan orang itu bisa merasa pusing, yang sering kali disalahartikan dengan perasaan jatuh cinta. Tapi semuanya itu hanyalah tipu daya hormon karena sentuhan fisik. Kalian tidak boleh terhanyut olehnya.” 


Hmmm…dosen Min Joon mungkin jenius mengenai teori, tapi ia tidak tahu apapun mengenai praktek. Apa yang terjadi satu jam setelah ciumannya dengan Song Yi? 

Keduanya tidak bisa tidur. Detak jantung Song Yi 135, Min Joon 143. Hah? Kok malah naik? Detak jantung Song Yi terus menurun sementara detak jantung Min Joon meningkat hingga 150. 

Song Yi berpendapat Min Joon yang menciumnya lebih dulu dan hal itu bisa saja terjadi pada orang dewasa. Sehubungan dengan pendapatnya itu, Song Yi langsung bisa tidur dan detak jantungnya kembali normal. 

Sementara Min Joon? Terus naik hingga 160! 


Bahkan hingga 3 jam, 5 jam setelah ciuman itu, detak jantung Min Jooon turun naik hingga 180. Dan terus naik hingga 200. Min Joon mulai menggigil.

Song Yi terbangun dan melihat Min Joon meringkuk di sofa dalam keadaan menggigil dan bergumam tak jelas. Song Yi mengecek dahi Min Joon. 

“Jangan sentuh aku…” gumam Min Joon terbata-bata dengan suara lirih. Denyut jantungnya 238. 


“Kau bilang apa?” tanya Song Yi sambil mendekatkan telinganya ke bibir Min Joon. Denyut jantung Min Joon terus naik hingga 300! 

“Kubilang jangan mendekat!” bentak Min Joon. “Pergi pergi!” 

Song Yi kebingungan melihat Min Joon panik seperti itu. Padahal paniknya karena Song Yi berada terlalu dekat dengannya. 


“Kalian tidak boleh tertipu. Kalian harus bisa membedakan antara debaran jantung dengan jatuh cinta.” 

Sinopsis episode 9: 

Asisten Jae Kyung memberitahu Jae Kyung bahwa orang yang memukulnya di tebing adalah orang yang terekam dalam kamera (kamera dalam teddy bear). 

“Kau bilang namanya Do Min Joon?” tanya Jae Kyung. 

“Iya.” 


Jae Kyung teringat pada malam ia pergi ke apartemen Song Yi. Ia mendengar polisi (Detektif Park) memanggil Min Joon di tempat parkir untuk menanyainya perihal kematian Yu Ra. Ketika itu Jae Kyung sempat berhenti namun tidak menoleh. 

Asisten Jae Kyung berkata besa kemungkinan USB itu ada di tangan Min Joon jika Song Yi tidak memilikinya. Jae Kyung memutar cincin di jarinya.


Min Joon pingsan di sofa. Song Yi mengamati wajahnya di cermin. Ia tersinggung Min Joon langsung jatuh sakit setelah menciumnya. Memangnya ia ini kumpulan virus? 

Song Yi keluar dan mendapat Min Joon diam tak bergerak. Ia mengguncang Min Joon untuk membangunkannya. Tangan Min Joon terkulai lemas. Song Yi kaget. Apa Min Joon mati? 

Ia menaruh kepalanya di dada Min Joon dan terkejut mendengar denyut jantungnya yang super cepat. Bisakah manusia hidup dengan denyut jantung sekencang itu? 


Song Yi mengulurkan tangannya untuk menyentuh Min Joon. Tiba-tiba Min Joon memegang tangan Song Yi. 

“Astaga!” seru Song Yi. “Apa kau baik-baik saja? Kukira terjadi sesuatu denganmu.” 

“Minggir,” ujar Min Joon. 

Song Yi berkata mereka harus pergi ke rumah sakit. Min Joon sangat panas hingga ia bisa menggoreng telur di atas dahinya. Ia hendak membantu Min Joon berdiri tapi Min Joon menepisnya. Ia tidak mau ke rumah sakit. Song Yi bertanya kenapa Min Joon tidak mau pergi. 


Min Joon pindah ke tempat tidurnya (tadinya ia tidur di sofa dan Song Yi di tempat tidur). Demamnya masih tinggi, ia menggigil. Tanaman di rumahnya layu. 

Song Yi menelepon Bok Ja untuk meminta pendapatnya. Bok Ja bertanya bagaimana bisa seseorang hidup dengan suhu tubuh mencapai 50 derajat. Ia pikir Song Yi tidak masuk akal dan hanya melebih-lebihkan. Ia tidak tahu siapa yang sakit. Song Yi berkeras tubuh Min Joon sangat panas. Ia bertanya apa yang harus ia lakukan karena Min Joon tidak mau ke rumah sakit. Bukankah Bok Ja pernah mengurus 3 keponakan? 

“Tentu saja aku tahu. Paling baik di saat demam adalah….buka semua pakaiannya.” 

“Apa aku harus melakukannya?” Song Yi menoleh dan menghampiri Min Joon. 


“Sudah?” tanya Bok Ja. 

“Belum,” kata Song Yi pelan. 

“Lepaskan seluruh pakaiannya dan kompres seluruh tubuhnya dengan kain yang direndam air suam-suam kuku.” 

“Kompres seluruh tubuh? Apa aku harus melakukannya?” 

“Itu cara tercepat. Saat aku melakukannya pada keponakanku, aku juga mengganti popok mereka.” 

Hahahaha….ternyata Bok Ja mengira Song Yi sedang mengurus anak kecil. Song Yi berkata ia tidak bisa melakukannya. Apa anak itu terlalu besar, tanya Bok Ja, berapa umurnya? 

Min Joon bergumam gelisah dan Bok Ja mendengarnya dari telepon. Ia menerka itu suara lelaki dewasa. Song Yi buru-buru menutup telepon. 


Song Yi memutuskan ia harus menyelamatkan Min Joon. Ia mengompres dahi Min Joon dengan handuk lalu mulai membuka kancing bajunya. Kemudian, dengan berusaha tidak melihat, Song Yi menggosok dada Min Joon dengan handuk basah. 

Min Joon terbangun. Ia bertanya apa yang sedang Song Yi lakukan. Song Yi berkata ini cara tercepat untuk menurunkan demam, jadi Min Joon sebaiknya melepaskan pakaiannya. Min Joon tidak mau dan menyuruh Song Yi pergi. 


“Anggap saja dirimu beruntung. Cita-cita pertamaku adalah menjadi Hellen Keller. Kau tahu kan? Malaikat berjubah putih,” kata Song Yi, tanpa beranjak dari tempat tidur. 

“Maksudmu Nightingale.” (Florence Nightingale adalah perawat berdedikasi sementara Hellen Keller adalah penulis buta dan tuli yang juga aktivis politik) 

“Jangan terobsesi dengan detil. Pokoknya orang yang bercita-cita menjadi perawat sedang merawatmu sekarang ini.” Ia berkata ia harus mengompres tubuh Min Joon dengan handuk basah. Jika Min Joon tidak mau ia yang melakukannya, apakah Min Joon mau melakukannya sendiri? 

“Kubilang keluarlah!” ujar Min Joon. Ia memalingkan wajahnya lalu memejamkan mata. 

“Apa kau sakit karena apa yang terjadi semalam? Ini bukan salahmu. Aku sudah memperingatkanmu. Aku ini penuh ‘chemi” (chemistry), penuh pesona. Aku mengerti. Bagaimanapun kau seorang pria dan tidak sanggup menahan diri. Tapi…kau seharusnya tidak…k-ki---, jika kau melakukannya lalu jatuh sakit, maka aku ini apa?” 

Min Joon diam. Song Yi bertanya apa mungkin ini pertama kalinya Min Joon berciuman. Min Joon langsung membuka matanya. 

“Pertama kali?” tanya Song Yi lagi. 


“Tidak.” 

“Tunggu, apa yang sudah kaulakukan selama ini?” tanya Song Yi tak percaya. Ia berkata Min Joon yang menciumnya, tapi ia yang merasa tidak enak karena Min Joon sakit setelahnya. Ia bingung kenapa Min Joon mendadak sakit padahal sebelumnya tidak apa-apa. 

Song Yi lalu membuka jendela untuk membiarkan udara masuk. Berharap dengan begitu demam Min Joon turun. 


Hwi Kyung juga tidak bisa tidur karena memikirkan Se Mi yang mengisyaratkan bahwa ia menyukainya. Sore tadi Hwi Kyung menyuruh Se Mi menelepon pria yang disukainya dan menyatakan perasaannya. Se Mi malah meneleponnya dan menatapnya dengan sedih. 

Hwi Kyung akhirnya menyuruh Se Mi meneleponnya tapi Se Mi mematikan teleponnya. 


Ia mendatangi kakaknya yang sedang bekerja. Ia berkata ia penasaran dengan pria yang terlihat dalam foto rekaman CCTV. Do Min Joon. Ia bertanya berapa usia Min Joon. Ia dengar Min Joon sekarang menjadi dosen, apa mungkin Min Joon memiliki saudara kembar atau kakak? 

Yoo Seok bertanya kenapa Se Mi ingin tahu mengenai hal itu. Se Mi balik bertanya apa hubungan Min Joon dengan Song Yi. Yoo Seok berkata bukankah Se Mi sahabat Song Yi. Seharusnya Song Yi menanyakan itu pada Song Yi langsung. 

Se Mi berkata ia bukan teman Song Yi. Yoo Seok menganggap itu lebih aneh. Jika bukan teman, kenapa Se Mi ingin tahu hubungan Min Joon dan Song Yi. Se Mi jadi kesal karena kakaknya tidak mau memberitahu apapun. Ia mengaku ia merasa Min Joon agak aneh. Aneh bagaimana, tanya Yoo Seok curiga. 


Min Joon terbangun. Ia hendak menutup jendela dengan kekuatannya tapi jendela tidak bergerak. Hmmm…kekuatan Min Joon hilang di saat ia sakit. Akhirnya ia turun dari tempat tidur dan menutup jendela. Ketika berbalik, ia terkejut. 

Di lantai ada “ulat hijau” raksasa. Min Joon menyentuh “ulat” itu dengan kakinya dan bertanya apa yang sedang Song Yi lakukan. Ulat itu adalah Song Yi yang tidur dalam kantung tidur hijau berbentuk seperti ulat. 


Tanpa keluar dari kantung tidurnya, Song Yi bertanya apa Min Joon sudah baikan. Ia ingin berada di sisi Min Joon karena ia khawatir. Tapi udara di kamar sangat dingin karena jendela terbuka. Itulah sebabnya ia tidur dalam kantung tersebut. 

Masalahnya kantung itu tidak mau terbuka. Min Joon berkata ia sudah baik-baik saja jadi Song Yi sebaiknya keluar. 

“Excuse me! Kau bilang apa? Aku baik-baik saja, jadi keluarlah? Apa aku salah dengar? Ata Do Min Joon-sshi sudah gila karena sakit? Bagaimana bisa kau mengatakan itu? Aku semalaman merawatmu. Bagaimana bisa kau sekasar itu? Kekasaranmu telah kembali. Kurasa kau sudah baikan, hah?” celoteh Song Yi. 


Song Yi tidak bisa membuka kantung tidurnya. Min Joon bertanya apa Song Yi tidak bisa berhenti bicara. Song Yi meminta Min Joon membukakan kantung tidurnya dari luar. 

“Kalau begitu diamlah seperti itu dan berhentilah menggangguku,” ujar Min Joon. 

Ia kembali naik ke tempat tidur sementara Song Yi menggeliat-geliat di dalam kantung tidurnya sambil terus mengomel. Benar-benar seperti ulat raksasa XD 


Min Joon tak tahan lagi mendengar celotehan Song Yi. Ia membuka bagian atas kantung tidur hingga wajah Song Yi terlihat. Ia menyuruh Song Yi berhenti bicara karena kepalanya sakit. Bukannya melepaskan Song Yi, Min Joon malah memanggulnya dan menjatuhkannya ke sofa seperti menjatuhkan sekarung beras. Lalu ia kembali naik ke kamarnya. 

“Hai! Begitu aku keluar dari sini, kau akan mati! Aku benar-benar menakutkan saat aku marah!” Song Yi menendang-nendang sekuat tenaga. “Ia mendadak menciumku dan membuatku hampir pingsan. Ugh, dia mempermainkan aku. Si brengsek itu.” 


Seseorang mengambil barang-barang Min Joon dari mejanya di kantor dosen universitas. Sementara itu para dosen heran melihat Min Joon tidak masuk. Min Joon tidak pernah terlambat dan tidak pernah sakit sebelumnya. 

Pengacara Jang pergi ke rumah Min Joon. Ia heran melihat “ulat” raksasa di sofa Min Joon. 

“Siapa itu?” 

“Ayah?” Song Yi menggeliat dalam kantung tidurnya. Song Yi mengira Pengacara Jang ayah Min Joon jadi ia ikut memanggilnya “ayah”. 

“Chun Song Yi-sshi?” 

“Kita bertemu lagi, Ayah! Selamat tahun baru!” Song Yi membungkukkan badannya. Ia meminta Pengacara Jang membebaskannya dari kantung tidur itu. 


Akhirnya Song Yi terlepas.Ternyata Pengacara Jang datang karena Min Joon meneleponnya. Ia bertanya mengapa Min Joon mendadak sakit. Min Joon sakit parah tapi tidak mau pergi ke rumah sakit. 

&#822#8220;Dia tidak perlu ke rumah sakit.” 

“Kenapa?” 

Pengacara Jang tidak menjawab dan menuangkan bubur untuk Min Joon. 


Min Joon tidak mau makan karena lehernya sakit dan tidak bisa menelan apapun. Pengacara Jang menaruh sendok di tangan Min Joon dan bertanya apa yang terjadi. 

“Hal seperti ini pernah terjadi 30 tahun lalu ketika kau bekerja di bank. Ketika kita pertama kali bertemu. Seorang pegawai yang sangat membencimu, meludahi kopimu dan memberikannya padamu. Setelah meminumnya kau pingsan dan sangat sakit selama seminggu.” 

“Min Kyung Wook. Aku masih mengingat wajahnya dengan jelas.” 


Pengacara Jang berkata Min Joon takut hal seperti itu akan terulang. Karena itu Min Joon berhenti makan bersama orang lain. 

“Apa kau makan bersama Chun Song Yi-sshi?” tanyanya. 

“Err….” 

“Tidak mungkin, kau makan bersamaku waktu itu. Kau tidak apa-apa kan waktu itu? Apa yang sebenarnya terjadi? 

“Apa mungkin….itu? Itu….” 

“Apa yang kaubicarakan?” tanya Min Joon berusaha tetap tanpa ekspresi. Ia beralasan ia harus tidur lalu memejamkan matanya. 

“Kau seharusnya menahannya. Kenapa mempertaruhkan hidupmu untuk itu? Kenapa hal ini terjadi di saat kau akan pergi. Ini membuatku sedih. Apakah ada kemungkinan bagimu untuk tinggal? Jika kau pergi di saat kau sangat mempedulikan seseorang. Maka bukankah orang yang ditinggalkan akan menderita, begitu juga orang yang meninggalkannya?” kata Pengacara Jang. 

Setelah pengacara Jang pergi, barulah Min Joon membuka matanya. 


Detektif Park dan Yoo Seok memeriksa kamar sewaaan yang ditinggali penguntit Yu Ra (penguntit itu sudah ditemukan mati di sebuah tempat). Kamar itu dipenuhi poster dan foto Yu Ra. Benar-benar seorang penguntit. 

Yoo Seok menemukan sebuah foto yang membuatnya tertarik. Foto Yu Ra sedang keluar dari sebuah klinik kandungan. Apa mungkin Yu Ra sedang hamil? Tapi hasil otopsi tidak menyebutkan hal itu. Detektif Park berkata otopsi itu hanya memeriksa obat-obatan apa yang ada dalam tubuh mayat. Jika seseorang masih di awal kehamilan dan perutnya belum membesar, maka sulit diketahui dari otopsi bahwa orang itu sedang mengandung. Dan lagi fokus otopsi itu untuk menentukan apakah Yu Ra dibunuh atau bunuh diri. Mereka tidak mengajukan pemeriksaan kemungkinan hamil. 


Mereka pergi menyelidiki ke klinik kandungan tersebut. Sepertinya kehamilan Yu Ra terkonfirmasi. Mereka mengetahui Yu Ra sedang menjalin hubungan dengan seorang pria dan mereka menerka pria itu adalah orang yang datang bersama Yu Ra ke pusat pengalaman kematian. 

Detektif Park menerka pria itu adalah Min Joon. Bukankah Min Joon muncul saat Yu Ra dan Song Yi bertengkar di salon. Detektif Park berkata bagaimana jika Min Joon dan Song Yi mulai saling menyukai karena tinggal bersebelahan, tapi kemudian Min Joon berselingkuh dengan Yu Ra. Min Joon adalah pria tampan dan kaya. Lalu Song Yi mengetahui hubungan mereka dan marah besar. Min Joon memilih Song Yi tapi ternyata Yu Ra hamil. Maka Min Joon memutuskan untuk menyingkirkan Yu Ra dan naik ke kapal tersebut. Hm….Detektif Park kebanyakan nonton melodrama nih ;p 

Yoo Seok mengingatkan Min Joon memiliki alibi pada hari kematian Yu Ra. Dan lagi tidak ada bukti atas spekulasi yang dibuat Detektif Park tersebut. Tapi Detektif Park masih yakin dengan “intuisi”nya itu. 


Pengacara Jang meminta Song Yi menjaga Min Joon baik-baik dan memakan buburnya. 

“Baiklah, Ayah, aku akan melakukannya. Jangan khawatir,” kata Song Yi sopan. 

“Meski ia bersikap kejam, kau tidak boleh meludahi buburnya, ya?” 

“Ah, aku tadinya mau melakukannya.” 

Melihat pengacara Jang bengong, Song Yi berkata ia hanya bercanda. Pengacara Jang berkata Song Yi benar-benar tidak boleh melakukannya, akibatnya bisa sangat serius. Lalu ia pergi. 


Meski merasa ucapan Pengacara Jang aneh, Song Yi terus merawat Min Joon. Ia teringat tulisan di jurnal Min Joon: “catatan tiga bulan terakhir di bumi”. Sepertinya Song Yi menduga Min Joon mengidap penyakit serius dan umurnya hanya 3 bulan lagi. Tapi ia berusaha mengenyahkan pikiran itu. 


Jae Kyung mengetahui perihal kehamilan Yu Ra dari asistennya. Jae Kyung menyadari Yu Ra akan mengungkapkan hal itu di depan semua orang di kapal pada pada hari itu. Ketika itu Yu Ra berkata ia akan mengungkapkan hal yang mengejutkan, dan Jae Kyung juga akan terkejut. Selain itu Yu Ra juga sudah menghentikan pengobatan depresinya. 

Asisten Jae Kyung berkata Yoo Seok masih memikirkan kemungkinan Yu Ra dibunuh dan sedang mencari siapa kekasih Yu Ra. Ada kemungkinan Song Yi akan dipanggil menjadi saksi. Dan jika Song Yi memberitahu polisi hubungan Jae Kyung dan Yu Ra…. 

“Aku harus berhenti di suatu tempat,” potong Jae Kyung. 


Ibu Song Yi menemui seorang pimpinan agensi yang hendak mengontrak Song Yi. Ibu Song Yi sangat senang mengetahui agensi itu bersedia membayar Song Yi dengan mahal, karena saat ini ia sedang dikejar-kejar tagihan. 

Pemilik agensi itu berkata ia bersedia mengontrak Song Yi dengan satu syarat. Song Yi harus mengubah imagenya. Selama ini Song Yi menampilkan sosok lembut dan polos, dan sekarang Song Yi sudah biasa. Sudah waktunya bagi Song Yi untuk berperan dalam film khusus dewasa. 


Rupanya ibu Song Yi masih memikirkan puterinya karena ia langsung marah dan menyiram pemilik agensi itu dengan air. Ia semakin marah ketika pria itu memanggilnya “ibu” (panggilan sopan sebenarnya), dan berkata ia tidak punya putera tua selicik musang seperti pria itu. 

“Carilah ibumu di rumah dan tanyakan padanya mengapa kau hidup seperti pecundang!” 

“Wanita ini!” pria itu marah. “Kau memoroti puterimu sendiri. Mengapa berpura-pura bersikap seperti seorang ibu? Kenapa? Aku membayar terlalu kecil? Kenapa tidak jujur saja dan minta lebih banyak uang? Kau akan melakukannya jika aku memberi lebih banyak uang, bukan? Kau akan membuatnya melakukan segalanya. Kau adalah ibu Chun Song Yi, yang menghidupi dirinya dengan menjual jiwa puterinya. Tapi tidak ada lagi orang yang akan memberimu uang. Hanya aku yang bersedia memberinya kesempatan dengan pakaiannya yang terbuka. Puterimu sudah keluar dari industri ini. Tiket makanmu sudah hilang. Sadarlah.” 

Ibu Song Yi terpana lalu terduduk lemas setelah orang itu pergi. 


Song Yi terbangun dan mendapati ia tertidur di tempat tidur Min Joon tapi Min Joon tidak ada. Song Yi melihat Min Joon sedang berbaring di sofa membacanya. Tanaman di apartemen Min Joon mulai segar kembali. 

Song Yi mendekatinya dan bertanya apa Min Joon sudah baikan. Ia duduk di dekat Min Joon dan melihat plester di tangan Min Joon. 

“Tanganmu belum sembuh? Seberapa buruk lukanya?” Song Yi hendak meraih tangan Min Joon tapi Min Joon menarik tangannya dan berkata ia tidak apa-apa. 


Song Yi bercerita tadi “ayah” Min Joon tinggal sebentar dan sepertinya sangat mengkhawatirkan Min Joon. 

“Sepertinya kau lebih dekat dengan ayahmu daripada dengan ibumu. Sama denganku,” kata Song Yi. 

“Di mana ayahmu?” 

“Aku tidak tahu. Sudah 12 tahun lebih aku tidak melihatnya. Aku merindukannya tapi ia tidak pernah muncul di hadapanku. Kurasa ia membenciku karena aku sangat jahat padanya terakhir kali kami bersama.” 


Apa yang terjadi hingga ayah Song Yi pergi? 

Kilas balik: 

Song Yi pulang dan menemukan adiknya yang masih kecil sendirian. Yoon Jae berkata ia lapar. Song Yi mendengar ayah dan ibunya bertengkar di kamar. 

Ayah dan ibu Song Yi akan berpisah (bercerai). Ibu Song Yi menyuruh ayah pergi tanpa membawa apapun. Tapi ayah ingin membesarkan kedua anaknya sendiri. 


Ibu berkata ayah boleh membawa Yoon Jae, sementara ia yang akan membesarkan Song Yi. Song Yi diam-diam melihat pertengkaran mereka dari luar kamar. 

“Kau ingin membesarkan Song Yi yang menghasilkan uang, dan memberiku Yoon Jae karena ia tidak berguna?” kata ayah sinis. 

“Benar, aku akan membesarkan Song Yi yang bisa menghasilkan uang. Kau tidak akan bisa membantunya mencapai apapun. Aku yang membuatnya menjadi aktris. Aku yang membawanya ke tempat syuting siang dan malam. Mulai sekarang, aku akan mengurusnya karena aku yakin ia akan berhasil.” 

“Aku juga akan melakukannya. Aku juga bisa membawanya ke tempat syuting dan membuatnya sukses. Jika kau bisa mengapa aku tak bisa?! Apa aku gila?! Mengapa aku harus menyerahkan kantung uang sebesar itu padamu? Aku tidak bisa membiarkanmu mendapatkannya!” kata ayah marah. Sebenarnya ayah tidak bermaksud menjadikan Song Yi sumber uang baginya, ia hanya mengucapkan kata-kata itu karena marah. 


Tapi Song Yi terpukul saat mendengarnya. Ayah menoleh dan menyadari Song Yi mendengar ucapannya tadi. Ia segera keluar dan berusaha menjelaskan pada Song Yi bahwa maksud ucapannya tadi bukanlah seperti yang Song Yi pikirkan. 


Tapi Song Yi terlalu terluka dan marah pada ayahnya. Ia tidak mau disentuh ayahnya dan melarang ayahnya memanggil namanya lagi. 

“Mulai sekarang Ayah bukan Ayahku lagi! Jangan muncul di hadapanku lagi. Jika Ayah memanggil namaku sekali lagi, aku akan mati!” 

Ayah tertegun. Song Yi berlari keluar. 


Song Yi berkata pada Min Joon seiring ia bertambah dewasa, ia menyadari ayahnya tidak sungguh-sungguh dengan ucapannya waktu itu. Dan sekarang ia marah karena waktu yang dilewatkannya bersama ayahnya begitu singkat. 

“Seharusnya Ayahku tidak mencintaiku dengan sangat jika ia tidak akan berada di sisiku untuk waktu lama.” 

Song Yi bercerita setelah ia lari keluar karena marah pada ayahnya, ia hampir mati. Ia hampir ditabrak truk tapi seorang ahjusshi menyelamatkannya. 

“Meski aku memikirkan kejadian itu sekarang, aku merasa aneh. Aku hampir ditabrak, tapi dalam sekejap, aku berada di seberang jalan dalam dekapannya. Ahjusshi itu sebenarnya apa? Apa ia manusia atau hantu? Ia berpakaian gelap seperti malaikat maut.” 

“Jika kau berbicara panjang lebar, kau jadi bicara omong kosong,” ujar Min Joon tanpa memberikan reaksi apapun atas cerita Song Yi tadi. Stay cool man ;p 


Song Yi berkata orang yang mendengarnya memang akan menganggapnya tidak masuk akal. Tapi itu kenyataan, bahkan Hwi Kyung juga melihatnya. Dan Se Mi, walau belum ada yang tahu soal ini ;) 

Min Joon menyuruh Song Yi tidur. Tiba-tiba ponsel Song Yi berdering. Song Yi melihat peneleponnya. 

“Oh, Jae Kyung oppa? Kenapa ia sering meneleponku akhir-akhir ini?” kata Song Yi heran. 

Mendengar nama Jae Kyung, Min Joon langsung menggunakan kekuatannya untuk membuat ponsel Song Yi terjatuh. 


Jae Kyung ternyata berada di dalam apartemen Song Yi. Karena Song Yi tidak menjawab teleponnya, ia memanggil-manggil Song Yi. Min Joon mendengar suara Jae Kyung di apartemen sebelah. 

“Chun Song Yi! Apa kau di rumah? Kau tidak di rumah. Dia gadis yang sangat beruntung,” Jae Kyung berbicara sendiri. Tapi Min Joon mendengar kata-kata itu. 


Song Yi membetulkan ponselnya. Ia berkata Jae Kyung terlihat aneh akhir-akhir ini. Tapi Song Yi malah berpikir Jae Kyung menaruh perasaan padanya. Song Yi berkata Jae Kyung menyuruhnya jaga kesehatan dan mengkhawatirkan dirinya. Juga sering mengajaknya makan bersama. 

“Ah, apa yang harus kulakukan? Aku benar-benar benci hal seperti itu. Bagaimana jika kakak beradik itu berkelahi memperebutkan aku? Bagaimana jika kasih sayang persaudaraan Jae Kyung oppa dan Hwi Kyung rusak karena diriku?” 

“Memangnya kaupikir semua pria di dunia ini suka padamu?” 

“Semua kecuali kau,” jawab Song Yi yakin. “Sepertinya kau juga bukan perkecualian. Semalam….agak membingungkan.” 

Min Joon diam saja. Song Yi bertanya seperti apa tipe wanita ideal Min Joon. Tidak ada, jawab Min Joon. 

Song Yi berkata tipe idealnya adalah seseorang yang tinggal di sisinya dalam waktu yang lama…lama sekali. 

“Tidak seperti ayahku yang mendadak menghilang, seseorang yang bisa bersamaku selama sisa hidupku. Jika aku berpikir seperti itu, Kurasa Hwi Kyung yang memenuhi kriteria itu.” 


Awalnya Min Joon terlihat sedih mendengar kata-kata Song Yi, tapi begitu nama Hwi Kyung disebut Min Joon terlihat kesal. Ia bangkit berdiri dan berkata ia harus menyiapkan untuk mengajar besok. 

Song Yi duduk di sofa santai yang tadi diduduki Min Joon, dan memandangi bintang-bintang di langit. 


Min Joon menunggu Jae Kyung di depan apartemen Song Yi. Melihat Min Joon, Jae Kyung menyembunyikan rasa terkejutnya. Ia langsung mengenali Min Joon sebagai pria yang menemukan kamera pengintai di dalam boneka teddy bear. Ia tersenyum licik. 

“Siapa kau?” tanyanya. 

“Itulah yang ingin kutanyakan. Siapa kau hingga kau bisa keluar dari rumah Chun Song Yi-sshi? Setahuku tidak ada orang dalam rumah itu.” 

“Oh, kupikir ia ada jadi aku masuk ke dalam. Tapi ia tidak ada di sana. Jika kau bertemu dengannya, katakan padanya sayang sekali aku tidak bisa menemuinya. Tolong katakan padanya bahwa ia akan segera bertemu denganku lagi.” 


Min Joon tidak mengatakan apapun tapi bisa merasakan nada ancaman dari kata-kata Jae Kyung. Jae Kyung masuk ke dalam lift. 

Pintu sudah akan menutup tapi Min Joon menahan pintu lift hingga terbuka kembali. 

“Ada apa?” 

“Hentikan.” 

“Hentikan apa?” Jae Kyung memainkan cincin di jarinya. Ia melihat ke arah CCTV di dalam lift. 

Lalu ia melangkah ke ambang pintu lift, agar keluar dari pengawasan kamera CCTV. 

“Kau memilikinya. USB itu,” bisik Jae Kyung. “Sebaiknya kau berikan padaku. Demi keselamatanmu dan Chun Song Yi. Ada sesuatu yang tidak kauketahui. Aku bukan seseorang yang bisa dihadapi oleh pemula seperti kau. Alasan kau masih tetap hidup adalah karena aku membiarkanmu hidup. Begitu juga dengan Chun Song Yi. Jadi berterimakasihlah.” 


Jae Kyung melepaskan tangan Min Joon yang memegangi pintu lift. Pintu lift menutup. Min Joon tertegun menyadari ancaman besar yang dihadapi Song Yi. 

Jae Kyung tiba di lantai dasar. Ia terkejut ketika pintu lift terbuka, Min Joon sudah berdiri di hadapannya. Ia heran bagaimana bisa Min Joon lebih cepat dari lift. 

“Begitu kau menyentuh Chun Song Yi, identitas aslimu akan terungkap pada dunia. Aku akan membuat itu terjadi. Dan ada satu lagi yang tidak kauketahui,” Min Joon melangkah ke dalam lift dan berbisik. “Kau tidak akan pernah bisa membunuhku.” 


Min Joon kembali ke apartemen dan menemukan Song Yi tertidur. Ia teringat Song Yi berkata ia menginginkan seseorang yang bisa tinggal di sisinya untuk waktu yang sangat lama, tidak menghilang seperti ayahnya. Lalu kata-kata Pengacara Jang, jika Min Joon pergi setelah perasaannya semakin dalam, yang terluka bukan Min Joon saja tapi juga orang yang ditinggalkan. 


Keesokan paginya Min Joon kembali ke kampus. Se Mi sudah menunggunya. Begitu melihat Min Joon tiba dengan sepedanya, ia langsung menghampiri dan menyapanya. 

Min Joon bingung karena merasa tidak mengenal Se Mi. Se Mi memperkenalkan namanya. Yoo Se Mi, seorang aktris. Min Joon ingat pada drama Se Mi yang ditontonnya bersama Song Yi. 


Se Mi berkata ia teman Song Yi dan ingin membicarakan Song Yi dengan Min Joon. Mereka minum kopi bersama di kampus. Se Mi meminta maaf karena sudah mengganggu kesibukan Min Joon. 

Min Joon bertanya apa yang hendak Se Mi bicarakan. Se Mi bertanya apa Song Yi pernah membicarakan dirinya. Min Joon teringat pada kata-kata Song Yi saat menjelek-jelekkan akting Se Mi. Tapi ia tidak mengatakannya. 

Se Mi berkata Song Yi banyak bercerita mengenai Min Joon. Bahwa Min Joon banyak membantunya dan tampaknya Song Yi bergantung pada Min Joon. 

“Sebenarnya aku dan Song Yi bersahabat sejak SMP. Tapi karena ada kesalahpahaman di antara kami setelah suatu kejadian buruk, kami sekarang tidak berhubungan baik. Aku ingin berbaikan dengannya, tapi aku tidak tahu apakah kau mengenal kepribadiannya.” 

“Tentu saja, aku tahu kepribadiannya.” 

“Tidak akan mudah,” kata Se Mi tersenyum. 

“Tentu saja tidak.” 

Se Mi berkata ia tahu keadaan Song Yi saat ini tidak baik dan ingin membantunya. Tapi jika Song Yi tahu ia yang membantunya, Song Yi akan lebih membencinya. Karena itu ia datang untuk meminta bantuan Min Joon. 

“Karena aku mengkhawatirkannya dan khawatir terjadi sesuatu yang buruk padanya, bisakah aku menghubungimu sewaktu-waktu untuk menanyakan keadaannya? Karena aku tidak bisa menghubunginya langsung.” 

“Tentu saja.” Wah, Min Joon cepat luluh sama wanita yang lembut nih

Se Mi bertanya apakah Min Joon baru mengenal Song Yi akhir-akhir ini atau sudah mengenalnya sejak lama. Min Joon menjawab ia mengenal Song Yi pertama kali saat Song Yi pindah ke apartemen sebelahnya. Se Mi mengangguk, ia berkata syukurlah ada orang seperti Min Joon di dekat Song Yi. 


Mantan asisten Song Yi, Min Ah, naik ke dalam van. Se Mi sedang duduk beristirahat di dalam. 

“Song Yi Oenni,” panggil Min Ah sambil menyodorkan puding. 

Beom yang duduk di kursi pengemudi langsung menoleh dan memandang Min Ah dengan tatapan menegur. Min Ah sadar ia tadi salah memanggil Se Mi. 


Se Mi membuka matanya. Tidak nampak kemarahan di wajahnya. Min Ah meminta maaf. Ia tadi salah memanggil karena kebiasaan. Se Mi bersikap biasa saja. 

“Tidak apa-apa, kurasa hal seperti ini bisa saja terjadi karena kau sudah bersama Song Yi untuk waktu lama.” 

Min Ah masih merasa tak enak. 

Se Mi berkata Min Ah dan Beom pasti merasa berat harus bekerja untuknya sekarang setelah apa yang terjadi pada Song Yi. Min Ah dan Beom buru-buru menyangkal. 


Se Mi tersenyum tipis. Ia berkata pasti menyebalkan bagi Min Ah dan Beom harus bekerja untuknya setelah terbiasa bekerja bersama aktris setenar Song Yi. 

“Jika ada sesuatu yang tidak kuketahui, kalian boleh mengungkapkannya,” kata Se Mi pelan. 

“Benar-benar bukan seperti itu,” kata Min Ah. “Eonni seperti malaikat. Sebenarnya dibandingkan bekerja pada Song Yi oenni, aku lebih suka bekerja dengan eonni.” 

“Benarkah?” 

“Tentu saja!” 

“Apakah begitu?” tanya Se Mi pada Beom. 

“Tentu saja, aku lebih menyukai kakak (Se Mi),” Beom buru-buru menjawab. 

Se Mi tersenyum senang. 


Saat Se Mi syuting, Beom menegur Min Ah karena menyebut Se Mi malaikat. Min Ah berkata Beom sama saja, tadi berkata lebih menyukai Se Mi. Ia mengeluh ini sama saja dengan ditanya, siapa yang lebih kausukai: ayah atau ibu? 

“Waktu kecil, aku akan menjawab lebih menyukai ibu di depan ibuku, dan lebih menyukai ayah di depan ayahku,” kata Beom. “Tapi di dalam hatiku aku lebih menyukai nenek.” 

“Kenapa?” 

“Karena nenek yang membesarkan aku. Hari ini hatiku berkata Song Yi noona, tapi aku berbohong pada Se Mi noona.” 

“Aku juga,” Min Ah mengakui. 


Mereka dihampiri Hwi Kyung yang mencari Se Mi. Ketiganya melihat Se Mi yang sedang syuting adegan kiss. Saat pengambilan gambar, aktor yang berakting mencium Se Mi berkali-kali membuat NG hingga adegan itu harus terus diulang. Dan itu disadari Hwi Kyung. 


Selesai syuting, aktor tersebut menelepon temannya sambil tertawa-tawa berkata Se Mi lebih baik dari Song Yi karena lebih mudah. Iyalah, kalau sama Song Yi pasti sudah dikeplak sol sepatu 

Hwi Kyung sengaja menyenggol aktor nyebelin tersebut hingga terjatuh. Lalu ia menghampiri Se Mi dan bersikap seperti seorang kekasih yang mengkhawatirkan kekasihnya. Aktor itu pergi dengan malu. 


Min Joon memberitahu Song Yi bahwa Se Mi mencarinya. Song Yi tidak terlihat senang. Ia bertanya untuk apa Se Mi mencari Min Joon. Min Joon berkata itu karena Se Mi mengkhawatirkan Song Yi. 

Tapi Song Yi tidak percaya. Ia berkata Se Mi bukan temannya lagi. Khawatir apaan? Apa Se Mi penasaran seberapa menderitanya ia sekarang? 

“Kudengar kalian berteman lama.” 

“Apa hubungannya?” 

“Sepertinya ia orang baik.” 

“Do Min Joon-sshi, sebenarnya kau berpihak pada siapa?” kata Song Yi kesal. 


Min Joon berkata bukan itu masalahnya. Song Yi berkata itulah masalahnya. Apakah Min Joon tidak berpikir pasti ada alasannya kenapa ia tidak menyukai Se Mi lagi? 

“Benar. Semua ada alasannya. Pasti ada alasannya kenapa semua orang meninggalkanmu, Chun Song Yi-sshi.” Oucchhh…

Song Yi tersinggung. Apa Min Joon berkata bahwa ia menjadi seperti ini karena kesalahannya sendiri? 

“Sebelum menyalahkan orang lain karena tidak berpihak padamu, pikirkan mengapa kau tidak bisa membuat mereka berpihak padamu. Alasan kau kesepian adalah dirimu sendiri,” kata Min Joon tegas. 

“Aku tidak kesepian! Siapa bilang aku kesepian!” 

“Jika tidak, kenapa kau tinggal di sini? Jika kau tidak bisa pergi pada keluargamu atau temanmu, kenapa kau tinggal di rumah pria asing? Apa yang kauketahui mengenai diriku? Mengapa bergantung padaku? Kau kesepian. Karena tidak ada orang atau tempat yang bisa kautuju.” 

“Keluar!!!” Teriak Song Yi marah. 

“Ini rumahku,” Min Joon mengingatkan. 

“Jangan katakan satu patah katapun dan enyahlah!” bentak Song Yi dengan perasaan terluka. Lalu ia lari ke kamar. 


Hwi Kyung bertanya mengapa Se Mi tidak meneleponnya setelah menerima sms-nya semalam. Se Mi mengaku ia takut. 

Hwi Kyung berkata ia sudah berpikir banyak setelah menjawab telepon Se Mi waktu itu (ketika Se Mi mengisyaratkan bahwa ia menyukai Hwi Kyung). Ia menyadari selama ini ia clueless 

Ia mengaku menyukai Song Yi pertama kali pada Se Mi dan surat yang ia tujukan pada Song Yi juga ia titipkan pada Se Mi. Ia selalu mencari Se Mi jika ia mengalami masalah dengan Song Yi dan membutuhkan nasihat. Ia bisa membayangkan betapa beratnya semua itu bagi Se Mi. 

“Maafkan aku,” kata Hwi Kyung sungguh-sungguh. 

Se Mi menahan air matanya. 


“Tapi, kurasa aku akan terus menerus minta maaf. Aku tahu betul rasanya menyukai seseorang yang tidak membalas perasaanmu. Aku tahu betul betapa ini menyakitkan bagimu. Jika aku memikirkannya, aku merasa sangat sedih. Tapi apa yang bisa kulakukan untukmu di saat aku memiliki perasaan untuk orang lain. Satu-satunya hal yang bisa kulakukan adalah menolakmu. Untuk itu, aku minta maaf.” 

Se Mi menangis. Hwi Kyung meminta Se Mi menemuinya setelah Se Mi bisa mengatasi perasaannya. Ia tidak ingin kehilangan Se Mi sebagai teman. Ia lalu pergi meninggalkan Se Mi. 


“Hwi Kyung-ah!” panggil Se Mi. “Tetangga Song Yi, Do Min Joon….apa kau tidak merasa pernah melihatnya sebelumnya?” 

Hwi Kyung bertanya apa yang mendadak Se Mi bicarakan ini. Se Mi mengeluarkan foto dan menyerahkannya pada Hwi Kyung. Foto yang diambil Se Mi 12 tahun lalu. Hwi Kyung terkejut. 

“Sudah kubilang, orang yang menyelamatkan Song Yi dari kecelakaan 12 tahun lalu…adalah pria itu. Kubilang aku mengetahuinya. Itu adalah foto yang kuambil waktu itu. Apa yang kaupikirkan saat kau melihatnya? Kurasa mereka orang yang sama.” 

“Bagaimana mungkin? Sudah 12 tahun. Kau berubah, aku berubah.” Kenapa Min Joon tidak berubah? 

Se Mi berkata ia juga tidak tahu apa yang terjadi. Namun yang penting adalah pria yang mirip dengan pria 12 tahun lalu, kembali muncul di sisi Song Yi. Ia menambahkan bahwa Song Yi belum tahu bahwa Min Joon adalah pria yang menyelamatkannya 12 tahun lalu. 


Hwi Kyung segera memacu mobilnya. Ia teringat Song Yi pernah berkata bahwa ia lupa wajah pria yang menyelamatkannya namun ia ingin bertemu dengannya lagi. Ia ingin bertanya mengapa orang itu menyelamatkannya. 

Song Yi akhirnya keluar dari kamar dan melihat Min Joon sudah pergi. Ia bertanya-tanya apakah Min Joon benar-benar pergi karena ia menyuruhnya pergi. Song Yi mengeluh ia lapar. 

Ternyata Min Joon pergi membeli ayam dan bir kesukaan Song Yi 


Bel berbunyi. Song Yi membukakan pintu. Hwi Kyung kaget melihat Song Yi yang membuka pintu apartemen Min Joon. 

“Mengapa kau? Mengapa kau ada di rumah DO Min Joon?!” ujarnya marah. “Di mana Do Min Joon?!” 

Song Yi heran mengapa Hwi Kyung seperti ini. Hwi Kyung menarik Song Yi agar keluar dari apartemen Song Yi. Song Yi menepis tangannya. Ia berkata tidak ada lagi tempat yang ia tuju jadi ia ke rumah Min Joon. Ia bercerita ada orang yang mengacak-acak apartemennya sepulangnya dari rumah sakit. Saat itu ia ketakutan dan tak ada lagi tempat yang ia tuju. 


Tentu saja ini semakin menyakiti hati Hwi Kyung. Tidak ada tempat? Bagaimana dengan rumah ibu Song Yi? Atau hotel? 

Song Yi berkata ia tidak mau ke rumah ibunya dan sebagai seorang aktris mana bisa ia pergi ke hotel (pasti langsung muncul berita negatif). Hwi Kyung tidak peduli, asalkan bukan di rumah Min Joon. Kenapa tidak ke rumahnya? 

“Bicaralah yang masuk akal!” 

“Aku akan membelikanmu rumah! Pokoknya kau tidak boleh di sini. Di manapun boleh asal bukan di sini!” 

“Lee Hwi Kyung, tenanglah.” 

Hwi Kyung berkata ia dan keluarganya memiliki vila di Cheongpyeong. Di sana ada pelayan yang memasak dan banyak bodyguard. Ia menyuruh Song Yi pergi ke sana. Song Yi hanya menatapnya. 

“Kumohon padamu. Kau mengalami masa sulit akhir-akhir ini, kan? Kau bisa istirahat di sana.” 

Akhirnya Song Yi menyuruh Hwi Kyung mengambil mobil. Ia akan turun setelah mengemas barangnya. Hwi Kyung nampak lega dan berterima kasih. 


Song Yi mengemas barangnya. Ternyata ia ingin memberi pelajaran pada Min Joon. Min Joon pasti merasakan ada yang kosong setelah ia pergi. 

Min Joon tiba di gedung apartemen. Di lobi, ia bertemu dengan Hwi Kyung. Hwi Kyung menatapnya dengan penuh selidik. Berusaha mengingat malam kecelakaan itu dan wajah pria yang menyelamatkan Song Yi. Ia ingat! Dan orang itu sekarang berdiri di hadapannya. Hwi Kyung terpana. 

“Ada apa?” tanya Min Joon. 


Song Yi hendak meninggalkan catatan untuk Min Joon. Ia berterima kasih atas bantuan Min Joon selama ini dan memberitahu kalau ia akan tinggal di vila Hwi Kyung di Cheongpyeong untuk sementara. Lalu Song Yi berubah pikiran. Jika memberitahu ke mana ia akan pergi, sama saja dengan meminta Min Joon mencarinya. Ia meremas kertas itu dan hendak membuangnya. 

Tapi ada sesuatu yang membuatnya tertarik di dalam tempat sampah itu. Tempat sampah itu berisi penuh tissue dengan noda darah. Song Yi memungut sesuatu. Pecahan kaca bernoda darah. 


Melihat Hwi Kyung tak henti-hentinya menatapnya, Min Joon bertanya mengapa Hwi Kyung bersikap seperti ini. 

Song Yi mengamati pecahan kaca itu. Ia teringat saat mobilnya hendak jatuh dari tebing, seseorang turun dari langit dan menghentikan mobilnya. Waktu itu kaca lampu mobil pecah berhamburan. Seperti pecahan kaca yang ada di tangannya saat ini. 


“Siapa kau?” tanya Hwi Kyung. 

“Apa?” Min Joon tidak mau meladeni lagi Hwi Kyung yang bersikap aneh. Ia berjalan pergi. 

Hwi Kyung menghentikannya. 

“Apa kau, mungkin….orang yang menyelamatkan Song Yi 12 tahun lalu?” 

Min Joon tertegun. 


Epilog episode 9: 

“Aku tidak banyak menyelamatkan orang dengan menggunakan kemampuanku. Memperlihatkan kemampuanku sama saja dengan mengungkapkan identitasku. Tidak banyak orang yang akan menerimaku apa adanya tanpa berusaha mencari keuntungan. Aku sendiri tidak tahu batas dari kemampuanku. 

Untuk berpindah tempat, aku bisa berpindah sejauh 300 km jika aku tahu lokasinya dengan tepat. Aku juga bisa menghentikan waktu selama 1 menit. Kondisi kesehatanku adalah yang terpenting. 

Ketika aku bertemu Pengacara Jang, kondisiku sangat buruk. Aku hampir membunuhnya. “ 


Kilas balik pada tahun 1976 ketika Min Joon bekerja di sebuah bank. Seorang rekan memberinya kopi dan menyuruhnya minum. Nama pegawai itu Min Kyung Wook. Min Joon, yang saat itu bernama Heo Yoon, tanpa curiga meminumnya. 

Di dalam kantor manajer, ia mendengar seorang pemuda memohon pinjaman uang untuk operasi ibunya. Ibunya telah bekerja keras selama ini agar ia bisa mengikuti ujian negara. Jika ibunya mati maka ia akan mati juga. Orang itu terus memohon. Tapi manajer tidak mempedulikannya. 


Pemuda itu adalah Jang muda. Putus asa, ia pergi ke atap bank dan hendak bunuh diri dengan menerjunkan dirinya. Min Joon menyusulnya ke atap, namun kondisinya tidak baik karena sudah minum kopi yang diludahi. Ia berteriak agar Jang berhenti. 


Jang malah melompat. Min Joon menggunakan kekuatannya untuk menghentikan waktu. Hanya saja karena ia lemah, pelan-pelan waktu berjalan. Untunglah Min Joon sekuat tenaga menggunakan kekuatannya hingga akhirnya ia bisa menarik Jang dari udara dan mendaratkannya dengan selamat (sama seperti ketika ia menyelamatkan tandu Yi Hwa 4oo tahun lalu). 


Jang terkejut. Apa Min Joon hantu? 


(Bersambung)
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Google Translate

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Love and Like Movie - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger