Home » , , , » MY LOVE FROM THE STAR EPISODE 10 (2014)

MY LOVE FROM THE STAR EPISODE 10 (2014)

Written By Regina Kim on Tuesday, December 30, 2014 | 6:21 PM


Also known as : You Who Came from the Stars,You from Another Star,My Love from the Stars,My Love from Another Star,Man from the Stars,Man from Another Star
Genre : Romance,Comedy,Drama,Sci-Fi
Written by : Park Ji-eun
Directed by : Jang Tae-yoo
Country of origin South Korea
Originallanguage(s) Korean
No. of episodes 21
Production : Executiveproducer(s) Choi Moon-suk
Producer(s) Moon Bo-mi
Location(s) Korea
Cinematography Lee Gil-bok, Jung Min-gyun
Camera setup Multiple-camera setup, Running time 70 minutes
Productioncompany(s) HB Entertainment
Broadcast : Original channel SBS and regional affiliates
Picture format 1080i (HDTV), Original run 18 December 2013 – 27 February 2014

STARRING : 


SINOPSIS LENGKAP :


Song Yi mengamati pecahan kaca berlumuran darah dan teringat kejadian malam itu. Min Joon tiba-tiba muncul untuk menghentikan mobil dengan menggebrak kap mobil hingga lampu kacanya hancur. Kecurigaan itu muncul kembali.


Begitu pula Hwi Kyung. Ia bertanya siapa Min Joon sebenarnya. Min Joon tak menjawab pertanyaan Hwi Kyung dan berlalu pergi. Namun Hwi Kyung mencekal tangannya, dan memperjelas maksudnya. “Apakah kau mungkin orang yang 12 tahun yang lalu, orang yang menyelamatkan Song Yi..,” Hwi Kyung tak menyembunyikan nada penasaran dan cemas saat bertanya, “Apakah kau adalah orang itu?”



Min Joon menepis tangan Hwi Kyung. Ia tak tahu apa yang sedang dibicarakan Hwi Kyung. Tapi Hwi Kyung yakin karena ia telah melihat foto yang memotret kejadian hampir tabrakan itu. Dengan nada datar, Min Joon berkata kalau di dunia ini banyak orang yang mirip satu sama lain, apalagi kejadian itu terjadi 12 tahun yang lalu,”Bukankah kejadian itu sudah cukup lama bagimu untuk benar-benar yakin?”

“Itu benar. Jadi bagaimana mungkin kau masih tetap sama seperti 12 tahun yang lalu? Berapa umurmu sekarang?” tanya Hwi Kyung.

“Kau salah orang,” jawab Min Joon singkat.


“Kuharap juga begitu,” ujar Hwi Kyung. “Aku datang kemari dengan harapan kalau kau juga akan mengatakan itu. Tapi.. bukan hanya foto, kau juga ada dalam ingatanku. Orang itu adalah dirimu.”

Min Joon tak menggubris tuduhan Hwi Kyung. Terserah Hwi Kyung mau percaya atau tidak, semuanya itu tak menjadi masalah baginya. Tapi bagi Hwi Kyung hal ini menjadi masalah baginya karena Song Yi sekarang bersama Min Joon, orang yang identitasnya tak jelas. Dan hanya orang bodoh saja yang diam saja melihat hal ini. Hwi Kyung memperingatkan Min Joon agar tak ikut campur pada kehidupan Chun Song Yi.


Min Joon meninggalkan Hwi Kyung. Bertepatan dengan itu, muncul SMS dari Song Yi yang mengatakan kalau ia tak bisa turun sekarang karena masih ada yang harus ia bicarakan dengan Min Joon. Hwi Kyung menjadi cemas.


Melihat Song Yi berdiri menghadangnya, Min Joon bertanya kesal, “Apa?” Ia berlalu dari hadapan Song Yi saat Song Yi mengungkit lagi kejadian kecelekaan di tebing dimana katanya ia tak datang ke lokasi kecelakaan.


Song Yi mengacungkan pecahan kaca itu dan berkata kalau di tempat sampah ia menemukan pecahan kaca itu seperti bagian dari lampu mobilnya dan ada darah di kaca itu. “Malam itu kau pergi ke sana dan menghentikan mobilku. Kaca lampu pecah dan pecahannya mengenai tanganmu. Kau mengobati lukamu dan kaca ini adalah bukti yang tertinggal. Jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi.”


“Aku tak pernah menganggapmu sebagai orang bodoh, tapi kurasa kau memang orang yang bodoh,” sindir Min Joon. “Apa kau pikir kaca lampu mobilmu itu adalah satu-satunya kaca yang pecah di dunia ini? Saat vas kaca pecah dan kakimu juga terluka karenanya, kan?”


“Bentuknya berbeda dari vas itu..” Song Yi mencoba membela pernyataannya.

“Bukankah katanya kau pergi ke rumah sakit?” potong Min Joon. “Apa kata mereka? Apakah menurut mereka kau ini normal? Ataukah ini semacam delusinasi?”


Min Joon meninggalkan Song Yi yang tercenung dikonfrontir seperti itu. Ia menatap pecahan kaca itu, masih penasaran namun juga ragu.


Ia pun mengikuti Min Joon ke perpustakaan dan bertanya apakah ada orang yang melihat Min Joon pergi ke kantor polisi malam itu? Tetap menekuni buku yang dipegang, Min Joon menyuruh Song Yi ke kantor polisi Gangnam untuk mengkonfirmasi.


Song Yi masih tak menyerah dan menantang Min Joon dengan memeriksa luka di tangannya, jadi ketahuan apakah luka itu karena pecahan kaca atau hanya lebam.


Sementara Hwi Kyung menanti dengan cemas di luar apartemen, Song Yi terkejut mendapati kenyataan saat ia membuka plester di tangan Min Joon. Tak ada luka sedikitpun di tangan Min Joon. Min Joon menyuruh Song Yi untuk melepaskan tangannya.


Song Yi mengaku kalau pada hari itu tak hanya satu atau dua hal aneh yang ia alami, “Aku tak dapat menjelaskan secara pasti tapi saat itu kau benar-benar aneh.”

Min Joon menghela nafas dan berkata kalau semenjak ia bertemu dengan Song Yi, hidupnya menjadi kacau. Jadi alangkah baiknya jika Song Yi pergi saat ini juga.


Song Yi menatap kecewa pada Min Joon yang kembali menekuni bukunya. Ia berdiri dengan kesal dan mengumumkan kalau tanpa disuruh Min Joon pun, ia juga sudah berniat untuk pergi.

Tanpa mengalihkan pandangan dari bukunya, Min Joon menyuruh Song Yi agar segera melakukannya, membuat Song Yi terluka. Ia beranjak pergi, tapi menoleh dan bertanya apakah Min Joon tak penasaran kemana ia akan pergi?


Min Joon hanya diam dan mengambil buku lainnya, sibuk membaca. Song Yi pun pergi, dan saat itu baru terlihat betapa kacau perasaan Min Joon sekarang.


Sebelum pergi, Song Yi baru mengetahui kemana Min Joon tadi pergi saat melihat bungkusan ayam di atas meja. Wajahnya menyiratkan sedikit kegembiraan mengetahui Min Joon tak mengabaikannya.



Hwi Kyung pun juga lega melihat Song Yi keluar dari apartemen Min Joon dan menggenggam tangan Song Yi untuk membawanya pergi.


Sepertinya ayam di atas meja itu yang meluluhkan perasaan kesal Song Yi pada Min Joon. Karena ia ternyata tak menginap di vila Hwi Kyung, tapi malah mendamparkan diri (ini EYD bukan, ya?) di rumah Bok Ja.


Haha.. kasihan Bok Ja yang harus menerima Song Yi menginap di rumahnya, apalagi rambut Song Yi yang tergerai membuat rontokan rambut Song Yi berceceran di mana-mana.


Tapi Song Yi cuek, dan malah bertanya apakah Bok Ja sedang naksir seseorang? Ia melihat ada burung-burung kertas di kamar, dan biasanya Bok Ja selalu membuat burung kertas saat naksir seseorang untuk diberikan pada orang itu.


Bok Ja malah balik bertanya pada Song Yi yang terus memandangi handphone-nya. Apa Song Yi sedang naksir seseorang dan menunggu telepon dari orang itu? Song Yi melempar handphonenya dan berseru kalau ia tak sedang naksir seseorang.


Tapi Bok Ja mengaku kalau ia telah menemukannya. “Seseorang yang sepertinya tak pernah ada di bumi ini. Seperti seseorang yang turun dari sebuah bintang yang indah.Pria yang memiliki aura dan karisma. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama.”


Cie cie… Bahkan Song Yi pun membuka selimutnya dan bertanya apakah Bok Ja hanya pernah bertemu sekali saja dengan pria itu? Bok Ja tersenyum dan berkata kalau ia pernah menemuinya sekali lagi.


Aww… Dengan lagu 80-an (Song Mil Gae – A Chance Encounter, salah satu OST Heartstrings) dan setting Winter Sonata, Bok Ja berjalan di tengah pohon cemara. Dan ternyata ia bertemu dengan the one-nya. Min Joon yang melewatinya dengan sepeda.


Ia langsung menghadang pria pujaan hatinya yang ternyata juga tak mengenalinya dan malah bertanya, "Kau siapa?"


Pantang mundur, Bok Ja menyodorkan stoples isi burung kertas sebagai ungkapan rasa cintanya. Dan apa reaksi Min Jon? “Aku tak mau membelinya,” jawab Min Joon pendek dan meninggalkan Bok Ja.


Duh.. perihh..


Hwi Kyung menyuruh orang untuk memasang kunci pintu dengan sistem scan sidik jari untuk apartemen Song Yi. Ia juga memasang CCTV dan alarm untuk keamanan. Song Yi kesal karena Hwi Kyung juga memanggil ibu dan Yoon Jae ke rumahnya.


Di depan ibu, Hwi Kyung dengan polosnya berkata, “Kau tak mau tinggal di villa. Kau juga tak mau menginap di hotel. Kau juga berkata tak suka tinggal di rumah ibu.” Haha..


Si ibu lebih polos lagi (atau pura-pura) tak tahu kalau Song Yi tak menyukainya malah bertanya, “Kenapa kau tak suka rumahku?”


Ibu menyuruh Song Yi untuk melapor ke kantor polisi sementara Yoon Jae tak ingin meninggalkan kakaknya sendiri. Ibu pun memutuskan untuk tinggal di rumah Song Yi, membuat Hwi Kyung senang karena berarti ia dapat sering-sering mengunjungi rumah Song Yi. Tapi Song Yi malah menyuruh Hwi Kyung untuk membawa ibunya pergi saat Hwi Kyung pergi nanti.


Ibu kesal dan menyalak kalau ia juga tak sudi tinggal di rumah Song Yi. Namun sebelum pergi ia mewanti-wanti Song Yi untuk tak menerima telepon dari Presdir Kang atau berbicara dengannya.


Asisten Jae Kyung memberitahukan kecepatan lift di apartemen Song Yi adalah 120 meter per menit dimanajarak lantai 23 ke lantai 1 adalah 69 m, yang berarti memakan waktu 34,5 menit kalau lift tak pernah berhenti. “Secara fisik, mustahil seorang manusia bisa turun dari lantai 23 ke lantai satu dengan kecepatan konstan. Ia harus melewati satu lantai setidaknya 1,5 detik.”

Jae Kyung bertanya apa ada kemungkinan lain? Asistennya menjawab bisa jika menggunakan lift lainnya. Tapi lift itu sedang tak difungsikan. Jae Kyung tertawa, “Aku benar-benar melihatnya ada di lantai 23 dan kemudian di lantai 1. Jadi.. apakah aku melihat sesuatu hal yang mustahil?”


Jae Kyung tertawa terbahak-bahak, tapi dari tatapannya terlihat kalau perasaannya jauh dari rasa geli.


Pengacara Jang khawatir saat mendengar cerita Min Joon dan takut Jae Kyung akan menangkap kejanggalan yang terjadi. “Kenapa Anda terbawa emosi dan melakukan kesalahan? Anda tak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya.”


Min Joon menjelaskan kalau dari tatapan mata Jae Kyung, ia tahu kalau Jae Kyung mengincar Song Yi. Pengacara Jang mengusulkan agar Min Joon menceritakan yang sebenarnya pada Song Yi, sehingga Song Yi berhati-hati dan tak dekat-dekat dengan Jae Kyung.


Tapi Min Joon menolak. Jae Kyung bukan tipe orang yang bisa dihindari dan Song Yi juga sebaiknya tak mengetahui siapa Jae Kyung yang sebenarnya. “Jika ia tahu rahasia itu, ia akan ada dalam bahaya yang lebih besar.”


“Lalu bagaimana dengan Anda?” sergah Pengacara Jang. “Anda hidup dalam diam selama 400 tahun, menunggu hari kembalinya Anda. Selama beberapa dekade, saya membuat laporan kematian Anda. Hilang, kecelakaan, kebakaran, tenggelam. Tapi tahukah Anda, tak seperti kejadian-kejadian itu, tapi Anda benar-benar bisa mati.”


Min Joon diam menunduk, mendengar ucapan Pengacara Jang selanjutnya, “Sebelum Anda kembali ke tempat asal Anda, Anda benar-benar bisa mati di sini! Apa Anda tak memikirkan hal itu?”


Detektif Park dan Jaksa Yoo pergi ke rumah Yoo Ra untuk menggali informasi tentang pria yang dekat dengan aktris itu. Mulanya adik Yoo Ra tak mau memperpanjang masalah ini, tapi Detektif Park memberitahu kalau Yoo Ra meninggal dengan keadaan hamil dan ada kemungkinan kasus ini adalah pembunuhan.


Adik Yoo Ra menangis saat Jaksa Yoo menambahkan kalau Yoo Ra terbukti tak mengkonsumsi obat anti depresan lagi yang berarti Yoo Ra menginginkan bayi tersebut dan tak ingin bunuh diri.


Akhirnya mereka mendapat informasi dari adik Yoo Ra kalau kakaknya mungkin sedang berkencan dengan seseorang karena mendapat hadiah yang sangat mahal, walau Yoo Ra tak mau memberitahukan siapa orang itu, yang ia tahu orang itu sangat kaya dan mereka akan segera menikah.

Jaksa Yoo akan melihat daftar histori di handphone Yoo Ra untuk mencari tahu siapa orang itu. Tapi Detektif Park memiliki dugaan sendiri. Orang kaya itu adalah Do Min Joon. Tapi Jaksa Yoo langsung mementahkannya. “Apa orang kaya di Korea ini hanya satu?”


Min Joon melihat mobil Jae Kyung melintas dan langsung melesat menghilang. Kebetulan seorang anak melihat Min Joon menghilang dari kotak telepon umum dan memberitahukan pada ibunya, “Seorang Paman menghilang di udara. Seperti peri!” Untungnya ibu itu hanya tersenyum dan menganggap anaknya berimajinasi saja.


Berpindah ke dalam halaman rumah, Min Joon mengawasi Jae Kyung yang keluar dari mobil dan mendengar instruksi Jae Kyung pada asistennya untuk mengawasi Do Min Joon.


Jae Kyung mendengar Hwi Kyung bicara pada Song Yi tentang kondisi di rumahnya. Ia pura-pura bertanya tentang keadaan Song Yi dan “Apa kau tahu.. orang yang disebut Do Min Joon? Apa kau pernah melihat ada yang aneh pada orang itu?”


Hwi Kyung langsung menoleh heran. Untungnya ia berkata tidak dan menjelaskan singkat kalau Min Joon adalah tetangga Song Yi dan mereka sering berpapasan. Ia malah bertanya mengapa Jae Kyung sekarang sering memperhatikan Song Yi?


Jae Kyung tersenyum dan berkata kalau ia memperhatikan gadis itu karena gadis itu adalah gadis yang disuka Hwi Kyung dan Hwi Kyung juga pernah memintanya untuk membantu Song Yi jika perlu.

Uhh.. creepy. Bahkan Hwi Kyung pun juga merasa aneh dengan sikap kakaknya itu.


Min Joon mengambil USB milik Yoo Ra. Bayangan seorang wanita dengan darah di aspal dan seseorang mengambil USB itu dari tangan wanita itu, terbayang lagi di benaknya.


Min Joon memutar video itu kembali dan ia melihat wanita yang ditemui Yoo Ra di rumah sakit jiwa itu meminta Yoo Ra untuk meminta Yoo Ra untuk mengeluarkannya dari rumah sakit dan memperingatkan Yoo Ra agar menjauh dari pria itu jika tak ingin mati.


Video berikutnya adalah saat Yoo Ra memasang kamera rahasia di mobil dan bertanya pada Jae Kyung tentang keberadaan mantan istri Jae Kyung, negara mana yang membuat mantan istri Jae Kyung meninggalkan pria hebat seperti Jae Kyung. Jae Kyung menjawab singkat kalau mantan istrinya ada di Inggris.


Yoo Ra juga bertanya mengapa Jae Kyung tak pernah meneleponnya secara langsung, harus lewat orang lain? Jae Kyung menjawab diplomatis kalau karena keartisan Yoo Ra, Yoo Ra pasti ingin merahasiakan hubungan mereka. Yoo Ra menjawab kalau ia sebenarnya ingin menyombongkan hubungan mereka ini. Jae Kyung menanggapinya dengan tersenyum dan memutar cincinnya.

Hmm… ada apa di cincin itu, ya? Kenapa Jae Kyung suka sekali memutar-mutar cincin itu?


Di kamar, Song Yi membaca novel yang dipuja-puja oleh Min Joon dan menggerutu karena ternyata novel itu isinya tentang seorang pendeta yang punya hubungan spesial dengan 8 wanita.


“Menghina!” seru Song Yi kesal dan melempar novel itu. Ia membuka handphonenya dan membuka percakapan di Line dengan Min Joon. “Apa kau di rumah?” Tak ada respon. Song Yi menulis lagi, “Tidur?” Tetap tak ada tanda kalau Min Joon telah membacanya.

Min Joon baru saja selesai mandi dan melihat ada pesan di handphonenya. Tapi ia hanya membaca tapi tak membalas, membuat Song Yi kesal. Tapi ia yakin kalau Min Joon pasti akan menghubunginya.


Dengan pede, ia mulai menghitung (jadi inget Gu Jun Pyo) waktu handphonenya berbunyi. Dan ternyata handphonenya berbunyi. Wahh… Song Yi keren.


Ternyata bukan Min Joon. Telepon itu dari manajemen apartemen yang menagih uang sewa apartemen Song Yi. Song Yi mendatangi orang itu dan harus menghadapi kenyataan pahit kalau uang tabungannya tak cukup untuk membayar uang sewa. Ia juga tak bisa mengambil pinjaman karena Song Yi tak punya asset lagi untuk dijaminkan dan status kredit Song Yi juga buruk karena Song Yi sering menarik uang.


Song Yi hendak membantah kalau ia tak pernah menarik uang, tapi langsung teringat kalau ada orang lain yang bisa menggunakan kartunya. Yaitu ibunya sendiri.

Song Yi hanya bisa menghela nafas.


Maka ia pun berencana menjual mobilnya. Tapi ia langsung sadar dan buru-buru meminta maaf, “Boom Boom ah.. Aku minta maaf! Anggap saja kau tak mendengarnya, ya?”


Maka di kamar, ia pun menatap ke koleksi tas-tasnya, berpikir untuk menjualnya. Namun ia juga kembali sadar, “Duh.. Apa aku sudah gila? Anak-anak ini seperti diriku sendiri.” Ia segera berlari kabur dari kamar itu.



Tapi ia akhirnya kembali lagi dan dengan perlahan mengambil salah satu tas dan berjanji padanya, “Setelah kehidupanku membaik, eonni akan datang untuk menjemputmu. Aku berjanji padamu, waktunya tak akan lama.” Song Yi memeluk tas itu dengan penuh kasih, “Jagalah dirimu untuk sementara waktu ini, ya. Berhati-hatilah agar tak tergores.”


Dan Song Yi pun membawa tas, sepatu dan mantel pada kenalannya, seorang pemilik butik preloved dan menjualnya dengan separuh harga. Ia yakin kalau pelanggan temannya itu pasti akan berebutan jika tahu kalau barang-barang itu adalah miliknya.


Tapi kenalannya malah berkata kalau pelanggannya akan membeli jika tahu kalau barang-barang itu bukan milik Song Yi dan tanpa basa-basi bertanya, “Song, apa kau butuh uang?”


“What?” tanya Song Yi dan tertawa, “Excyuuusse me? Apa yang kau katakan? Kau pasti sudah salah paham. Aku hanya ingin memberikan sesuatu pada masyarakat. Aku baru merasa kalau aku tak perlu mendandani diriku dengan barang-barang bermerek karena aku sudah menjadi sebuah merek. Jadi aku sedang membantu orang yang membutuhkan sekarang.”

Tapi temannya itu malah berkata kalau orang-orang Cheongdamdong bukan tipe orang yang membeli dengan harga murah. Ia sekarang akan memberi Song Yi uang namun ia meminta agar Song Yi membawa semua barang-barangnya pergi dan jangan pernah kembali lagi ke tokonya.


Song Yi pun melakukan apa yang dilakukan orang lain. Melelangnya di internet. Ia melelangnya dengan deskripsiTas, sepatu dan mantel milik Chun Song Yi. Saat ia mengisi kolom nomor telepon yang bisa dihubungi, ia sejenak ragu.


Min Joon sedang mengajar tentang Prinsip Psikologi dari William James, yaitu hukuman yang lebih kejam adalah disingkirkan dan diacuhkan oleh masyarakat. Dan pada kenyataannya, manusia lebih lemah dari yang dikira, yang mudah merasa sangat senang atau terluka karena perlakuan orang di sekitarnya.


Kuliah Min Joon terganggu oleh SMS-SMS yang muncul di handphone-nya, meminta diskon dan menawar harga barang. Setelah selesai kuliah, Min Joon menelepon pengirim SMS itu dan mengetahui kalau orang itu sedang menawar tas Song Yi.

Ha. Kayanya ada teori baru deh : Jika disingkirkan oleh masyarakat, maka carilah seseorang yang membuatmu bisa tetap berhubungan dengan masyarakat – Chun Song Yi.


Ibu Song Yi datang dan mengeluh kalau ia menerima tagihan pelanggaran kontrak lagi. Tapi kali ini Song Yi merasa tak pernah melakukan perjanjian kontrak itu. Dan ia tahu siapa yang melakukannya. Song Yi berkata kalau ia akan menemui Presdir Ahn besok. Ibu menawarkan diri untuk pergi bersamanya, tapi Song Yi sudah berpikir untuk mengajak seseorang untuk pergi besok.


Min Joon muncul di balkon karena dipanggil Song Yi. Song Yi ingin membicarakan hal itu, tapi Min Joon mendahuluinya dengan meminta Song Yi untuk mencabut nomor handphone-nya sebagai nomor kontak jual beli. Ia sudah hampir gila karena orang-orang itu menghubunginya dan minta diskon.


“Tak ada diskon,” jawab Song Yi lugas. “Aku sudah merasa tak enak karena menjual anak-anakku. Jawab saja kalau ia tidak bisa memberi diskon.”


“Bukan itu yang penting,” ujar Min Joon kesal.

“Memang itu tidak penting,” potong Song Yi. “Aku harus ke kantor agency-ku besok. Ikutlah denganku.”

“Kenapa aku harus ikut?”

“Karena aku harus melakukan tuntutan.”

“Apa itu bukah keahlianmu? Membuat tuntutan?” sindir Min Joon.


Tapi kali ini Song Yi tak terusik dengan sindiran itu. Dengan nada serius, Song Yi berkata kalau ia pergi sendiri, ia merasa kalau ia akan ketahuan. “Ketahuan kalau aku bukan Chun Song Yi yang sebelumnya.” Song Yi mengulurkan tangannya, “Untuk membuat diriku kelihatan kuat, aku mengecat kukuku dengan motif macan, tapi pikiranku tidak kuat.”

Min Joon kali ini benar-benar mendengarkan Song Yi yang merasa kalau ia tak punya kepercayaan diri. Ia tak masalah jika ketahuan tak punya uang karena uang masih bisa dicari. “Tapi aku merasa akan hancur jika ketahuan diriku yang compang-camping seperti ini.”


Song Yi menoleh dan menatap Min Joon, “Jadi agar aku tak ketahuan, aku meminta Tuan Do Min Joon-ku yang pintar ini untuk membelaku.” Song Yi tersenyum namun matanya menyiratkan keraguan dan permohonan, “Oke?”


Maka datanglah Song Yi dengan atribut perangnya. Boot hitam runcing dan maskara mencuat yang membuat ia nampak sangar. Min Joon mengikuti di belakangnya.


Namun Presdir Ahn juga sudah siap dengan pengacaranya. Song Yi mengatakan kalau Presdir Ahn tak bisa semena-mena menyuruhnya mengganti rugi perjanjian yang bahkan tidak pernah ia lihat sebelumnya. Tapi Presdir Ahn berkilah kalau Song Yi sebelumnya sudah mempercayakan semua keputusan padanya.


Song Yi membantah kalau ia sudah meminta kalau Presdir Ahn harus meminta persetujuannya lebih dulu. Presdir Ahn pun membentak, “Chun Song Yi, apakah kau tahu berapa banyak kerusakan yang kau akibatkan pada perusahaanku?”


Min Joon pun memotong,”Aku sudah mempelajari kontraknya.” Presdir Ahn baru menoleh pada Min Joon dan bertanya siapa dia. Song Yi menjawab pendek, “Pengacaraku.”


Min Joon pun menjelaskan kalau banyak sekali pelanggaran yang telah dilakukan Presdir Ahn, “Pihak A harus memastikan kalau kehidupan pihak B tak dilanggar.”


“Sebentar,” potong Song Yi serius, membuat Min Joon berhenti. “Aku adalah pihak B? Kenapa? Aku lebih suka jadi pihak A.”


Hahaha.. gubrak banget komentar pentingnya Song Yi. Min Joon mendelik kesal pada Song Yi, membuat Song Yi mengkerut dan mundur, “Okay..”


Min Joon kembali melanjutkan kalau pihak A tak diperkenankan untuk menandatangani kontrak tanpa persetujuan pihak B. “Dan jika terjadi penalty, maka pihak A yang harus membayarnya. Dan dalam sepengetahuan saya, ini berarti Nona Chun Song Yi dapat menerima kembali semua denda ganti rugi yang telah ia bayarkan. Jika Anda tak mengakuinya, maka kami akan maju ke meja hijau dan kami tentu saja akan menang.”


Presdir Ahn tergeragap dan menoleh ke pengacaranya. Pengacaranya tak berani menatap Presdir Ahn dan menunduk, mempertegas kalau pernyataan Min Joon itu benar.


Yay! Song Yi tersenyum menang dan berkata santai, “Tiba-tiba aku teringat sebuah pepatah, ‘Bajingan yang selalu kabur dan sembunyi di Betigogae di malam hari.”


“Beoti.. apa?” tanya Presdir Ahn bingung mendengar pepatah yang dikutip Song Yi dari Min Joon, namun hal itu membuat senyum Min Joon yang sangat jarang itu muncul.


Di luar, mereka bertemu dengan Se Mi dengan asisten dan manajernya. Se Mi menyapa Song Yi dan Min Joon. Song Yi tak membalas sapaan Min Joon malah melirik Min Joon tajam saat Min Joon membalas sapaan Semi.


Se Mi seolah tak merasa sikap judes Song Yi dan mengajak mereka untuk minum kopi. “Apa Anda memiliki sedikit waktu?” tanya Se Mi pada Min Joon.


Sikap Se Mi itu tak luput dari perhatian Song Yi dan ia segera menjawab, “Kami benar-benar si..”


“Kami ada waktu,” jawab Min Joon.

Song Yi menoleh kaget pada Min Joon.


Sementara si manajer dan asisten memesan kopi, Se Mi berkata lembut pada Song Yi kalau mereka ini tak pernah tak bertemu hingga selama ini. Song Yi menanggapinya judes, “Kenapa kau seperti ini? Bicara saja sama seperti yang terakhir dulu.”


Se Min menunduk dan dengan perlahan meminta maaf karena sebelumnya ia merasa kecewa atas Song Yi yang tak pernah mengakui ketulusannya, “Aku tahu kalau menolak posisi untuk menggantikanmu sebenarnya adalah hal yang tepat. Aku juga tak menyukai diriku yang tak mampu menolaknya. Karena itu bukan aku yang sebenarnya.”


Song Yi menatap Se Mi muak dan berkata pelan, “Hei.. jangan pura-pura.”

Tapi Min Joon mendengar dan menegurnya, “Chun Song Yi!”


“Jika kau tak tahu, jangan ikut campur!” bentak Song Yi. “Yoo Se Mi. Aku tahu benar kalau kau itu licik. Tapi aku tak tahu kalau kau juga seperti itu, bahkan kepadaku. Setelah kau ketahuan olehku kenapa kau sekarang malah menemuiku dan menurunkan ekormu?”


“Hentikan!” potong Min Joon marah.

“Tidak.. tidak..,” ujar Se Mi lirih. “Song Yi berhak melakukan itu padaku.”

Min Joon tercenung mendengar ucapan Se Mi. Tapi tidak dengan Song Yi. Song Yi mendesis marah, “Jika kau seperti ini, kau ingin menjadikanku seperti apa?”

Asisten itu muncul dengan membawa kopi, namun terjatuh hingga kopi itu membasahi meja dan baju ketiga orang itu. Refleks si asisten dan manajer langsung panik melihat baju Se Mi yang basah padahal baju itu untuk shooting.


Song Yi yang sibuk membersihkan tumpahan itu, tertegun melihat kesibukan dua orang yang dulu menemaninya, sekarang sibuk memperhatikan Se Mi. Se Mi malah bertanya kondisi Song Yi. Si manajer dan asisten menoleh pada Song Yi dan nampak merasa bersalah. Song Yi hanya diam.


Se Mi pun menoleh pada Min Joon, “Profesor, apakah Anda tak apa-apa?” Se Mi mengambil tisu dan membersihkan tumpahan kopi dari tangan Min Joon.


Song Yi menatap tangan Min Joon yang dibersihkan itu. Tak tahan lagi, ia menggebrak meja dan berdiri, “Kau sudah selesai bicara kan? Manajer Do, ayo kita pergi sekarang.”


Tanpa menoleh, Song Yi beranjak pergi. Min Joon pun bangkit dan melepas jasnya dan menyampirkan jas itu ke bahu Song Yi. Dengan tangan memeluk bahu Song Yi, Min Joon menunduk pada Se Mi dan berjalan menemani Song Yi.

Si manajer dan asisten bengong, “Profesor itu dan woori noona, kapan mereka menjadi sangat dekat?”


Se Mi merasa tak suka. Entah karena si manajer berkata woori noona (noona-ku) untuk Song Yi atau merasa usahanya membuat Min Joon tak suka pada Song Yi, sia-sia.


Di mobil, Song Yi menggerutu pada Min Joon yang katanya tak punya tipe gadis ideal, tapi ternyata tipenya adalah seperti Se Mi. Min Joon menyuruh Song Yi untuk menghentikan ucapannya yang tak masuk akal.


Tapi Song Yi yang masih cemburu malah mengkritik Min Joon yang katanya tak suka disentuh, tapi malah diam saja saat Se Mi mengelapnya. “Bahkan kau juga tampak menikmatinya.”

Min Joon akhirnya diam saja, membuat emosi Song Yi yang tadinya tinggi menjadi turun dan ia memuji usaha Min Joon dalam menghadapi Presdir Ahn dan merasa Min Joon pantas menjadi manajernya karena memiliki pengetahuan yang luas.

“Chun Song Yi,” panggil Min Joon.

“Ya?” sahut Song Yi sopan. Tapi menyadari kalau ia memakai bahasa jondae (formal) yang berarti ia menganggap Min Joon lebih tua, Song Yi mengubah nada bicaranya dengan banmal (informal), “Apa?”


“Tegakkan kepalamu sepanjang hidupmu,” Min Joon tiba-tiba memberi nasehat, membuat Song Yi heran. “Entah kau mengenal dunia atau tidak, dunia tak akan mempermudahkanmu. Walau kau merasa seperti tertabrak, walau kau mungkin merasa akan mati akan ketidakadilan yang kau terima, dunia tak akan pernah peduli.”


Song Yi menatap Min Joon yang terus memandang ke jalan namun mulutnya terus bicara, “Kau sekarang berada di pinggir jurang. Jika kau salah langkah, kau akan jatuh ke rimba tak bertepi dan hilang tanpa jejak. Jadi..”

“Jadi,” potong Song Yi pelan, “Aku meminta Manajer Do untuk tetap berada di sisiku.”

Min Joon menoleh pada Song Yi dan bertanya mengapa Song Yi percaya padanya. “Jangan percaya padaku juga. Aku.. tak dapat terus berada di sisimu.”

“Kenapa? Apa mungkin karena sekarang aku miskin? Karena itukah? Karena aku mungkin tak bisa menggajimu? Tak mungkin. Aku ini Chun Song Yi,” ujar Song Yi dengan percaya diri. “Aku tak mungkin menahan gajimu. Walau tentu saja aku tak bisa memberimu banyak karena kondisiku sekarang ini. Makanya aku tak akan memberimu banyak pekerjaan. Yang perlu kau lakukan hanyalah berada di sisiku setiap waktu saat kuminta.”


Song Yi melihat Min Joon tak menjawab maka ia bertanya, “Apakah kau tetap tak bisa melakukannya juga? Kau tak bisa?” Song Yi nampak kecewa melihat Min Joon terus diam. Walau sebenarnya Min Joon nampak galau.


Sesampainya di lantai 23, Song Yi mencoba membuka percakapan dengan bertanya apakah Min Joon masih demam? (Tidak) Atau mengajak Min Joon makan malam karena ia juga harus makan malam. (Tidak). Min Joon langsung menutup pintu apartemennya tanpa sapaan selamat tinggal.


Di apartemennya sendiri, Song Yi melihat Yoon Jae sedang menonton ET di tabletnya (Btw, Steven Spielberg-ssi, your alien is so wrong. I bet you don’t know that the real alien is not as scary as your alien, but as handsome as Do Min Joon-ssi). Yoon Jae memberitahu kakaknya kalau ibu meninggalkan kimchi untuk mereka.

Song Yi langsung mendapat ide. Ia menyuruh Yoon Jae untuk ke sebelah dan memberikan kimchi itu pada tetangga sebelah. Ia berhutang budi pada tetangga sebelah dan mereka seharusnya berbagi jika punya makanan enak. “Kau pergi ke sana dan langsung kembali lagi.”


“Kau saja yang pergi dan langsung kembali. Memang kau siapa, menyuruh-nyuruhku?” gerutu Yoon Jae yang langsung dapat hadiah tendangan dari Song Yi. Melihat Yoon Jae tetap nonton, Song Yi mengintip film apa sih yang sedang ditonton adiknya itu. Ia memukul kepala Yoon Jae saat tahu film ET yang ditonton, “Dasar! Umurmu berapa sih, tontonannya malah ET? Apa kau ini masih SD?”


Sambil cemberut dan menggerutu, Yoon Jae akhirnya bangun dan mengambil bungkusan kimchi. Song Yi berteriak menyuruh Yoon Jae untuk memberitahukan kalau dialah yang mengirimkan kimchi dan ia ada di rumah.


Yoon Jae menyerahkan dan Min Joon menerima. Sudah selesai. Yoon Jae kembali dan Song Yi terus bertanya ini itu tentang Min Joon dan Kimchi, membuat Yoon Jae yang sudah selesai melakukan tugasnya, jadi kesal.


Akhirnya saat Song Yi menyuruh Yoon Jae untuk mengambil kotak kimchi-nya kembali, ia pun berteriak, “Ambil saja sendiri kalau kau mau!”


“Aku?” Song Yi langsung berdiri dengan gaya jual mahal. “Kalau kau menyuruhku seperti itu, aku tak bisa apa-apa lagi.”


Song Yi langsung berlari ke kamar dan memilih-milih baju. Hehe.. ini mau ketemu tetangga aja kaya mau ke pesta. Dan Song Yi pun pergi menemui tetangga itu.


Rambut disanggul ke atas, dengan rok manis dan make up tipis, Song Yi berkata dengan penuh keanggunan. Tapi Min Joon tak melirik dandanan Song Yi sedikitpun saat membuka pintu. Ia malah bertanya ketus, “Apa lagi?”

“Aku ingin mengambil kotak kimchi,” jawab Song Yi. Tangannya terulur untuk membuka pintu lebih lebar lagi.

“Sebentar,” jawab Min Joon pendek dan kembali menutup pintu.


Refleks Song Yi menarik tangannya kembali dan berteriak, “Kau hampir menjepit jariku!” Tapi Song Yi tak menyerah dan memencet password di pintu.


Min Joon kaget saat melihat Song Yi sudah ada ada di dalam rumah. Song Yi tersenyum manis dan berkata kalau Min Joon tak mengganti password rumahnya. Ia heran karena ia selalu lupa password rumahnya sendiri, tapi ia tak pernah lupa password Min Joon, “Aneh, ya?”


Song Yi berkeliling melihat-lihat apartemennya,memuji apartemen Min Joon yang sudah kembali rapi dan tanamannya sudah segar kembali. Ia juga memberitahu kalau kimchi buatan ibunya itu enak sekali, apalagi setelah ditaruh diluar sehari sebelum dimasukkan dalam lemari es. Min Joon mengangguk dan mengangsurkan kotak kimchi itu, membuat Song Yi bingung.


Dengan nada bosan, Min Joon bertanya, “Bukankah kau kemari untuk mengambil kotak ini?”

Song Yi segera tersadar maksud kedatangannya tadi. Ia mengambil kotak itu, namun tak segera pergi. Ia bertanya tentang calon pembeli tas yang menghubungi Min Joon. Min Joon menjawab kalau pembeli itu tak SMS lagi setelah ia menolak untuk menurunkan harganya.


“Kau harusnya menurunkan 20 ribu won!” kata Song Yi menyarankan. Tapi Min Joon malah menyuruh Song Yi untuk mengganti contact person di website itu sebelum ia marah. Song Yi pun menyetujuinya walau dengan enggan, “Kau ini sangat pelit.”


Min Joon mendelik dan matanya melirik ke luar, menyuruh Song Yi segera pergi. Akhirnya Song Yi pun pergi dengan sedikit menghentakkan kakinya.


Min Joon menghela nafas. Hihihi.. kayaknya susah ya menyingkirkan Song Yi?


Yoon Jae yang asyik menonton ET, kaget mendengar teriakan kakaknya, “Apa kau sudah gila?!!” Ternyata kakaknya itu bicara sendiri. Ia kembali menonton video tak peduli kakaknya yang ngomel-ngomel sendiri, mengatai dirinya memang sudah gila dan bertanya-tanya apakah ia memang ingin tinggal di rumah itu?


“Chun Song Yi, ayo sadarlah!!”


Di kamar, Song Yi masih bicara dengan alter egonya, heran kenapa ia, Chun Song Yi bisa tertarik pada Min Joon. Tapi ia kembali membayangkan, “Kakinya yang panjang.. aku menyukainya. Tubuhnya yang bagus. Wajahnya yang kecil dan matanya..”

Chun Song Yi berbaring dan melamun, “Saat terakhir aku melihatnya, sepertinya ia berolah raga agar badannya bisa seperti itu.”


Tapi ia bangkit dan tersadar, “Tapi tetap saja. Aku ini kurangnya apa jika dibandingkan Do Min Joon?”


Ia mengingat kualitas Do Min Joon yang lulusan Harvard dan sudah menjadi professor. “Walau itu ciuman pertamanya, tapi ciuman itu tidaklah buruk.”


Begitu sadar akan ucapannya, ia mendelik dan berteriak, “Omo omo omo!! Apa aku memikirkan lagi ciuman dengan manusia itu? Apa mungkin aku merindukannya? Tidak.. tidak .. tidaaakkk!!”


Di kantor, Detektif Park dan Pengacara Yoo menemui jalan buntu karena mereka tak menemukan hal yang mencurigakan, baik dari histori kartu kredit atau panggilan telepon. Jadi bagaimana mungkin Yoo Ra bisa hamil?


Perbincangan mereka terhenti karena Se Mi muncul. Detektif Park kaget karena melihat aktris top datang ke kantornya. Dan menemui Pengacara Yoo.


Se Mi ternyata datang untuk membawakan baju ganti untuk Pengacara Yoo dan memintanya untuk sering pulang ke rumah karena ibu mereka mengkhawatirkannya. Pengacara Yoo mengiyakan dan bertanya mulai bertanya tentang Han Yoo Ra.


Se Mi heran mendengar kakaknya masih menyelidiki kasus kemtian Yoo Ra yang disudah dinyatakan sebagai kasus bunuh diri. Bahkan orang-orang sudah melupakannya. Tapi kakaknya malah bertanya, “Apa kau tahu Han Yoo Ra sedang berhubungan dengan siapa?”


“Pria?” tanya Se Mi kaget. Ia teringat saat di kapal ketika Song Yi bertanya pada Jae Kyung dan menanyakan hubungannya dengan Yoo Ra. Tapi Se Mi tak menjawab malah bertanya mengapa kakaknya menanyakan hal itu. Pengacara Yoo menjawab kalau ia menduga kasus kematian Yoo Ra berhubungan dengan seorang pria.


Hwi Kyung mencari kakaknya di kamar tapi ia tak menemukannya. Ia malah mendengar handphone Jae Kyung berbunyi, telepon dari K. Ia menerima panggilan itu dan terkejut saat mendengar seorang wanita mengiba, meminta Jae Kyung untuk melepaskannya, “Kau tahu kalau aku tidak gila. Tapi orang-orang di sini tak mau mempercayaiku.”

Hwi Kyung hendak bertanya pada wanita itu, tapi handiphone itu sudah keburu direbut oleh Jae Kyung yang dengan tajam menegurnya yang sembarangan mengangkat teleponnya. Hwi Kyung meminta maaf dan bertanya siapa wanita yang meminta dirinya dikeluarkan?


Berbeda seperti sebelumnya yang selalu berwajah ramah, Jae Kyung berkata kalau wanita itu adalah orang gila. “Saat kau bekerja, tak dapat dihindarkan kau akan bertemu dengan orang yang aneh, Hwi Kyung. Ini hal yang kau tak perlu tahu. Jangan khawatir.”


Hwi Kyung mengerti, namun dari ekspresinya, ia tak terlalu percaya.


Min Joon menelepon Pengacara Yoo dan berkata kalau ia ingin bertemu karena ada sesuatu yang ingin ia bicarakan dengan Pengacara Yoo.


Dan ternyata pembicaraan itu telah disadap oleh asisten Jae Kyung yang mencatat tempat dan waktu pertemuan itu.


Min Joon mendapat pesan dari Song Yi yang meminta untuk bertemu. Dan mereka pun sekarang berada di balkon, dengan Song Yi mengumpulkan keberanian untuk bertanya, “Do Min Joon-ssi, apa yang sebenarnya telah kau lakukan?”

“Seperti apa?” tanya Min Joon tak mengerti.


“Kau telah melakukan sesuatu padaku,” tuduh Song Yi. “Tak mungkin aku seperti ini jika kau tak melakukan sesuatu.”

“Katakan dengan jelas agar aku mengerti,” ujar Min Joon tak sabar.

“Aku jelas-jelas yang mencoba menggodamu dalam waktu 15 detik. Apa aku yang malah digoda?” tanya Song Yi ragu.

“Apa?”

“Menurut pendapatmu, bagaimanakah aku?” Sedetik kemudian, Song Yi terperangah seolah tersadar dan langsung berbalik, “Jangan, jangan, jangan! Jangan dijawab. Kau akan mati kalau kau menjawabnya!”


Min Joon bingung melihat Song Yi yang seakan jadi bipolar. Song Yi menjelaskan kalau sekarang ia merasa sangat malu, “Jadi aku akan berkata dengan memunggungimu. Kau hanya perlu mendengarkan saja.”


Ia berbalik dan melanjutkan ucapannya, “Aku biasanya tak seperti ini. Tentu saja aku menyadari apa yang telah kau lakukan selama ini dan aku berterima kasih karenanya. Tapi apa aku tipe orang yang tak dapat membedakan rasa terima kasih dengan perasaan lainnya? Tentu saja tidak. Jika aku ingin berterima kasih, aku seharusnya berterima kasih pada Hwi Kyung.


Tapi kenapa aku selalu memperhatikanmu? Aku ini orang yang seharusnya diperhatikan. Airport fashion-ku, lipstick yang aku gunakan, rambut indahku. Aku selalu menjadi bahan perhatian orang lain. Kenapa aku.. kata-katamu.. kenapa kau.. ciuman denganmu..,” Song Yi memejamkan mata frustasi, “Ah, apa aku sekarang jadi gila? Menurutmu bagaimana aku sebagai wanita? .. Jangan! Kau mati kalau menjawabnya!”


Tak ada jawaban di belakang, membuat Song Yi curiga jangan-jangan Min Joon telah meninggalkannya. Ia segera berbalik dan melihat ke balkon sebelah.


Min Joon masih berada di tempatnya semula, namun kali ini tertegun dan terus memandangi Song Yi. Song Yi tak dapat mengalihkan pandangannya dari Min Joon.


Entah berapa lama mereka ada di balkon, tapi Song Yi kembali, bukan dengan perasaan lega, tapi malah semakin frustasi. Dan tak dapat tidur hingga keesokan harinya.


Dua pelanggan kafe Bok Ja sekarang sedang menggosip tentang berita baru tentang Song Yi yang menjadi preman saat sekolah dulu.

Salah satu dari mereka bahkan pernah membaca artikel dari seorang blogger yang dekat dengan tetangganya sepupunya iparnya teman sekolah Song Yi (haha.. jauh amaaattt!!) yaitu Song Yi di sekolah suka mengunyah permen karet (tanda seorang pemberontak). “Anak yang dibully tak hanya satu dua saja, mereka semua bisa mati kalau tertangkap olehnya.”


Mereka pun bertanya-tanya kalau mungkin saja Song Yi membully mendiang Yoo Ra yang sangat baik itu. Dan mendadak terdengar suara, “Apa kalian yakin?”


Mereka tersentak kaget, karena di belakang mereka Song Yi berdiri dengan muka kejam dan bertanya, “Apa kalian yakin aku seorang pem-bully? Dan mereka akan mati jika tertangkap olehku?”


Haha.. kedua orang itu jadi ketakutan. Song Yi ini memang bukan tipe artis yang suka klarifikasi, tapi malah provokasi.


Pada Bok Ja, Song Yi mengomel kalau ia seharusnya mengadakan konferensi pers untuk mengklarifikasi masalah ini. Ia tak bersalah, kenapa juga ia harus bersembunyi? Bok Ja pun mengajarkan cara terbaik untuk melakukan konfrensi pers.


Yaitu, jangan tersenyum. Buat ekspresi paling depresi dan paling menyedihkan. Tatapan mata harus menunduk 15 derajat ke bawah. Apapun yang dikatakan orang, ekspresi Song Yi harus terlihat seperti akan menangis.

Song Yi mempraktekkan semuanya, dan Bok Ja harus mengakui kalau Song Yi sangat mahir karena ekspresinya bagus sekali. Bok Ja menambahkan Song Yi tak boleh memakai aksesoris, harus berbaju hitam, perlu juga memakai sarung tangan dan siapkan sapu tangan, “Karena kau harus menangis di saat terakhir. Selama konferensi pers, kau harus selalu tampak ingin menangis, tapi jangan pernah menangis. Kalau seperti itu level rendahan. Kau harus menangis di 5 menit terakhir.”

Haha.. panduan ini kayanya perlu deh buat para selebritis yang mau curhat. Bahkan Song Yi juga memuji Bok Ja yang sangat professional.


Bok Ja bertanya dimana Song Yi akan mengadakan konferensi pers? Song Yi ingin menyewa ruangan paling besar di hotel. Tapi ia tak punya agency untuk melakukannya dan ia sekarang sudah jatuh miskin. Bok Ja heran dengan cara hidup Song Yi sekarang ini.


Ia semakin heran dan hanya bisa berdecak saat ada telepon masuk ke handphone Song Yi untuk menawar sepatu. Mulanya Song Yi berpura-pura mengecilkan suaranya agar tersamar, tapi ia tak bisa terus menyamar karena naik darah saat penelepon itu menuduh sepatu itu adalah barang KW.


Pengacara Yoo pergi memarkirkan mobil di sebuah gedung. Tapi begitu keluar, ia langsung dipukul hingga pingsan. Pemukul itu menaruh pena Min Joon di dekat tubuh Pengacara Yoo.


O oh.. Ada kamera CCTV yang merekam kejadian itu. Semoga tidak dirusak.


Min Joon sedang menunggu kedatangan Pengacara Yoo saat ia melihat mobil ambulans lewat dan orang-orang di jalanan ribut. Ia menajamkan pendengarannya dan mendengar mereka bicara kalau ada orang yang pingsan. Firasatnya tak enak dan ia segera pergi ke area parkir.


Benar saja. Ia melihat pengacara Yoo dibawa masuk ke dalam ambulans dan buru-buru dilarikan ke rumah sakit.


Lampu salah satu mobil menyala, dan Min Joon melihat pengendara mobil itu tersenyum padanya. Jae Kyung menatapnya dan tersenyum.


Ia pun pergi mengikuti Jae Kyung yang seolah memang sengaja untuk diikuti, karena ia terus menyetir tanpa merasa terburu-buru.


Sesampainya di rumah, Song Yi hanya bisa menumpahkan kekesalannya di kamar karena Min Joon tak menghubunginya sama sekali. Ia berjanji tak mau berurusan lagi dengan Min Joon.


Tapi tiba-tiba senyumnya terkembang, “Eih.. dimana ya ikat rambut unguku? Aku benar-benar menyukai barang itu.” Matanya semakin berbinar, “Ahh.. kurasa aku meninggalkannya di rumah Manajer Do. Aku harus bagaimana, ya?”


Uhh.. saya tak suka melihatnya. Saat Song Yi masuk ke rumah Min Joon yang sepi, sementara Min Joon entah ada di jalanan mana dan mengikuti Jae Kyung. Apakah Jae Kyung sengaja membuat Min Joon menjauh dari rumahnya agar ia bisa menyuruh orang melukai Song Yi?


Di sebuah tempat yang sepi, akhirnya Jae Kyung menghentikan mobilnya. Mereka pun turun dari mobil, tapi Jae Kyung tersenyum menang, seakan ia berhasil melakukan sesuatu.


Song Yi memanggil-manggil Min Joon di perpustakaan Min Joon yang gelap. Duh, Song Yi-ah.. ayo keluar!


Min Joon bertanya apakah Jae Kyung yang telah melukai Jaksa Yoo? Jae Kyun menjawab santai, “Kau kan sudah kuberitahu, alasan kenapa kau dan Chun Song Yi masih hidup karena aku yang membiarkan kalian untuk hidup. Jadi bersyukurlah. Aku benci pada orang yang tak tahu bagaimana cara bersyukur.”


Min Joon mengeluarkan USB itu dan bertanya apakah Jae Kyung akan berhenti jika ia serahkan USB ini?


Jae Kyung tersenyum dan mengiyakan dan mengambil pistol untuk diarahkan ke kepala Min Joon. Pistol itu adalah pistol pembius binatang, tapi ia telah mengisinya dengan zoletil dan rampun sehingga Min Joon bisa pingsan tanpa merasakan sedikitpun rasa sakit. “Biasanya aku tak melakukan hal seperti ini, tapi kau telah memancingku untuk membunuhmu sendiri.”

Jae Kyung membeberkan rencananya setelah ini. “Kematianmu akan dianggap sebagai usaha bunuh diri karena kau tak tahan menahan tekanan karena telah membunuh Han Yoo Ra dan mencoba membunuh Jaksa Yoo. Dan pada saat ini, di komputermu mungkin sudah menyimpan surat wasiat darimu.”


Entah komputer Min Joon sudah tertulis surat wasiat atau belum, tapi di dalam perpustakaan dimana Song Yi melihat-lihat isi perpustakaan, ada seseorang bersembunyi di balik kursi kerja. Ahh… si asisten itu!!


Melihat pistol yang teracung ke arahnya, Min Joon teringat ucapan Pengacara Jang yang mewanti-wanti agar ia tak sekali-kali menunjukkan kemampuannya di hadapan orang lain lagi atau ia akan kehilangan semua yang selalu ia lindungi selama ini.


Berhadapan dengan lawan seperti Jae Kyung, tentu sangat membahayakan Min Joon karena sebelumnya Jae Kyung juga telah melihat kemampuannya.


Tapi sebelum menarik pelatuknya, Jae Kyung berkata kalau ia akan menyingkirkan Min Joon sehingga lebih mudah untuk menyingkirkan Song Yi, “Walau jika urutannya berbeda tak masalah.”

Ahh.. berarti ada kemungkinan Song Yi akan dibunuh dulu?


Belum sempat Min Joon menghindar, pistol Jae Kyung meletus.


Tapi pelurunya mengenai udara. Min Joon seperti hilang ditelan angin. Jae Kyung kaget setengah mati dan mencari ke seklilingnya. Tak ada tanda-tanda Min Joon di sekitarnya.


Hingga Min Joon muncul kembali di belakangnya dan berkata, “Bukankah sudah kukatakan kalau kau tak akan pernah dapat membunuhku?”

(Bersambung)
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Google Translate

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Love and Like Movie - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger