Home » , , , » MY LOVE FROM THE STAR EPISODE 11 (2014)

MY LOVE FROM THE STAR EPISODE 11 (2014)

Written By Regina Kim on Tuesday, December 30, 2014 | 6:41 PM


Also known as : You Who Came from the Stars,You from Another Star,My Love from the Stars,My Love from Another Star,Man from the Stars,Man from Another Star
Genre : Romance,Comedy,Drama,Sci-Fi
Written by : Park Ji-eun
Directed by : Jang Tae-yoo
Country of origin South Korea
Originallanguage(s) Korean
No. of episodes 21
Production : Executiveproducer(s) Choi Moon-suk
Producer(s) Moon Bo-mi
Location(s) Korea
Cinematography Lee Gil-bok, Jung Min-gyun
Camera setup Multiple-camera setup, Running time 70 minutes
Productioncompany(s) HB Entertainment
Broadcast : Original channel SBS and regional affiliates
Picture format 1080i (HDTV), Original run 18 December 2013 – 27 February 2014

STARRING : 


SINOPSIS LENGKAP :

Jae Kyung berkata ia harus membereskan Min Joon dulu sebelum membereskan Song Yi. Ia menembak Min Joon dengan senjata anestesinya, tapi Min Joon tiba-tiba hilang. 

Detik berikutnya, ia merasa Min Joon ada di belakangnya. Kaget dan sedikit takut, itulah yang dirasakan Jae Kyung saat ini. 

“Sudah kubilang, kau tidak bisa membunuhku,” kata Min Joon datar. 


Jae Kyung berbalik cepat namun Min Joon tidak ada. Ia menoleh ke sana kemari. Tiba-tiba Min Joon muncul di hadapannya. 

“Hentikan. Jangan lakukan apapun,” kata Min Joon sambil mendekati Jae Kyung. 

Tersenyum bagai orang gila, Jae Kyung kembali menembak. Wuuush…Min Joon menghilang. Jae Kyung tertawa dan berteriak marah. 

“Berainya kau memerintahku!!! Keluar…keluar… KELUAR!!!!” 

Buk! Min Joon memukulnya dari belakang. Jae Kyung tersungkur. Pingsan. 


Asisten Jae Kyung bersembunyi di balik kursi Min Joon ketika Song Yi turun ke perpustakaan Min Joon. Melihat Song Yi semakin dekat, ia mengeluarkan benda seperti antena dan hendak menyerang Song Yi. Tapi tiba-tiba ia mendengar Song Yi menelepon. 

“Oh, Yoon Jae. Ini aku. Apa maksudmu di mana? Kau tahu aku ada di sebelah. Apartemen 2302,” kata Song Yi sambil kembali ke atas. 


Begitu keluar apartemen Min Joon, Song Yi langsung lemas. Dengan ketakutan ia buru-buru kembali ke apartemennya dan mengunci semua pintu. Ia berteriak memanggil adiknya. 

“Ada apa?!” Yoon Jae menghambur pada kakaknya yang terduduk lemas di lantai. 

Song Yi menyuruh adiknya menelepon bagian keamanan gedung karena ada penyusup di apartemen sebelah. 


Apa yang menyebabkan Song Yi ketakutan? Ia sedang berjalan-jalan di perpustakaan Min Joon sambil bertanya-tanya apakah Min Joon sedang pergi kencan ketika ia melihat bayangan seorang pria melalui kaca lemari buku. 

Ia langsung mengeluarkan ponselnya dan berpura-pura sedang mengangkat telepon dari Yoon Jae. Untunglah ia tetap bersikap tenang hingga tidak membuat penyusup itu panik. 


Yoon Jae bertanya untuk apa kakaknya ke apartemen sebelah. Apa mereka dalam hubungan tertentu hingga Song Yi tahu password masuk apartemen Min Joon? Song Yi tidak menjawab pertanyaan itu dan menyuruh Yoon Jae segera menghubungi bagian keamanan. 

Yoon Jae melakukannya. Lalu ia meminta Song Yi berhenti gemetar seperti anak anjing. Song Yi berkata ia berhasil selamat hanya karena ia seorang aktris dengan kemampuan aktingnya yang meyakinkan. Yoon Jae memutar bola matanya. 


Terdengar suara bel di pintu. Untunglah Yoon Jae bertanya lebih dulu sebelum membuka pintu. 

“Saya dari bagian maintenance,” suara di luar menjawab. 

Suara itu tidak asing bagi Song Yi. Itu adalah suara dokter yang memberinya suntikan di rumah sakit dan menculiknya. Ia langsung melarang Yoon Jae membuka pintu. 

Yoon Jae bertanya lagi pada orang yang di luar. Tapi orang itu sudah tidak terlihat dari lubang pintu. Yoon Jae kemudian menelepon bagian keamanan. Dan benar saja, bagian keamanan belum naik ke atas. Jadi orang yang mengetuk pintu tadi bukanlah pekerja gedung ini. 

Song Yi bertanya-tanya mengapa hal seperti ini terus menerus terjadi. Ia teringat pada Min Joon dan menelponnya. 


Ternyata Min Joon sempat terkena tembakan anestesi Jae Kyung. Ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan untuk mencabut panah anestesi. Dalam keadaan hampir pingsan, ia mengangkat telepon Song Yi. 

“Do Min Joon-sshi, kau di mana? Baru saja aku ke rumahmu. Ada seseorang di sana.” 


Min Joon langsung teleport. Ponselnya terjatuh di mobil. Song Yi terus memanggil-manggil Min Joon yang tidak terdengar suaranya. Saat menelepon itu ia mendengar suara bel pintu. 

Song yi dan Yoon Jae dengan hati-hati mendekati pintu. 

“Siapa?” tanya Song Yi takut-takut. “Siapa di luar?” 

“Aku….Do Min Joon.” 

Song Yi langsung membuka pintu. Ia bertanya apa yang terjadi, barusan mereka bicara di telepon. 

“Kau tidak apa-apa?” itulah kata-kata pertama Min Joon. 


Song Yi mengangguk, dengan wajah heran. 

Min Joon langsung ambruk. Song Yi dan Yoon Jae memeganginya. 


Song Yi dan Yoon Jae menggotong Min Joon ke kamar dan membaringkannya di tempat tidur Song Yi. 

“Apa-apaan ini?” ujar Yoon Jae. 

Song Yi tak mengerti apa yang ditanyakan adiknya. Ia memeriksa suhu tubuh Min Joon dan khawatir karena tubuh Min Joon terasa dingin. Ia meminta adiknya membawakan termometer. 

“Kakak tahu password rumahnya. Dan kalian juga dalam hubungan tertentu hingga kakak meminjamkan tempat tidur?” tanya Yoon Jae curiga. 


“Aku juga pernah meminjam tempat tidurnya,” jawab Song Yi cuek. Hahaha XD 

“Apa?! Apa kalian berpacaran?” 

Song Yi membantahnya. Tapi Yoon Jae tidak percaya, jika tidak kenapa saling meminjamkan tempat tidur? Song Yi berkata itu bukan urusan Yoon Jae, anak SMA tidak tahu apa-apa mengenai dunia orang dewasa. Ia menyuruh lagi untuk mengambilkan termometer. 

Song Yi melihat Min Joon dengan khawatir. Min Joon pernah bilang ia lebih baik dari dokteryang ada, tapi Min Joon yang terus menerus sakit. Terluka dan demam, sekarang malah pingsan. Ia meraba dahi Min Joon. Tatapannya tertuju pada wajah Min Joon. 

“Pria apa yang bulu matanya begitu panjang?” gumamnya. 

Ia hendak menyentuh bulu mata Min Joon dan terkejut ketika mendengar suara Yoon Jae menutup laci. 


“Kakak melakukan dosa apa hingga begitu kaget,” ledek Yoon Jae. 

Song Yi menaruh termometer di telinga Min Joon. 

Yoon Jae masih penasaran. Ia bertanya apa kakaknya menyukai pria ini. Song Yi tertawa tak percaya. 

“Hei, apakah kakakmu ini orang yang akan menyukai seseorang di saat ia hanya menganggapku sebagai keramik? Apa aku wanita seperti itu?” 

“Bukankah ini cinta bertepuk sebelah tangan?” ledek Yoon Jae lagi. 

“Sudah kubilang bukan! Keluarlah! Get out!” 


Song Yi melihat angka yang tertera di termometer. 

“28 derajat? Hei, hei…mungkinkan temperatur seseorang mencapai 28 derajat?” tanya Song Yi. 

“Yang benar saja,” kata Yoon Jae tak percaya. Ia keluar dari kamar Song Yi. 

Song Yi kembali mengecek temperatur Min Joon dan hasilnya tetap sama. Ia bertanya-tanya apa termometernya rusak. Tapi ketika ia memegang tangan Min Joon memang rasanya dingin seperti es. Ia bertanya-tanya apakah mereka harus pergi ke rumah sakit. 


Ibu Yoo Seok menangis menunggui anaknya dioperasi. Se Mi berkata ayahnya berhasil mendapatkan tiket dan akan naik pesawat pulang 3 jam lagi. Ibunya berkata ia tidak mau hidup lagi jika terjadi apa-apa pada puteranya. Se Mi meminta ibunya tidak bicara seperti itu dan memeluknya. 

“Orang brengsek dan gila seperti apa yang melakukan itu pada anakku,” ujar ibu Se Mi marah. 


Detektif Park menyelidiki asal usul bolpen yang ditemukan di tempat Yoo Seok dilukai. Sebenarnya itu bolpen Min Joon yang diambil diam-diam oleh asisten Jae Kyung dan menaruhnya di dekat Yoo Seok agar terlihat seolah-olah Min Joon yang melukai Yoo Seok. 

Ternyata bolpen itu bolpen edisi terbatas yang diukir oleh ahli ukiran berdasarkan pesanan pribadi. Dan ahli itu hanya membuat 3 buah bolpen seperti itu. Harganya puluhan juta won. 

Detektif Park merasa itu petunjuk bagus karena tidak ditemukan sidik jari pada bolpen tersebut (fiuuuhhh…). Ia memerintahkan anak buahnya untuk mencari siapa saja pemilik ketiga bolpen tersebut. 


Jae Kyung pulang ke rumah. Di pelipisnya ada luka lecet akibat ia jatuh tersungkur ke tanah. 

Di dalam, Hwi Kyung sedang makan malam bersama kedua orang tuanya. Hwi Kyung yang memang mulai curiga sejak telepom wanita misterius pada kakaknya, bertanya pada orangtuanya mengenai kabar kakak iparnya (mantan istri Jae Kyung). 

Orangtuanya tidak suka Hwi Kyung mengungkit istri Jae Kyung. Ayah berkata bukankah istri Jae Kyung pergi belajar ke Inggris setelah apa yang terjadi dengan Jae Kyung. Hwi Kyung berkata ia tidak pernah bisa menghubungi kakak iparnya setiap kali ia pergi ke Inggris. Ayahnya menganggap mereka tidak perlu membicarakan orang yang telah memutuskan semua hubungan dengan mereka. 


Jae Kyung masuk bergabung dengan mereka. Ibunya melihat luka di wajah Jae Kyung dan menanyakannya. Jae Kyung beralasan ia terluka saat berolahraga. 

“Tapi apakah kalian tengah membicarakan seseorang?” tanyanya. 

“Huh? Tidak,” jawab ayahnya singkat. 

Hwi Kyung menoleh pada kakaknya dan bertanya apakah kakaknya juga tidak mendengar kabar dari mantan istrinya. 

“Untuk apa menghubungi orang yang telah putus denganku?” jawab Jae Kyung. 

“Mungkin telepon waktu itu….” 

“Hentikan! Mengapa kau terus menyinggung orang yang sudah bukan bagian dari keluarga ini lagi,” potong ayahnya kesal. 

Jae Kyung pun terlihat kesal. 


Keesokan paginya Yoon Jae melihat sesuatu yang membuatnya kaget. Kakaknya memasak!! 

Song Yi pergi ke kamarnya untuk membangunkan Min Joon yang sudah tidur selama 10 jam. 

Dalam mimpinya, Min Joon teringat ketika ia diselamatkan oleh seorang tabib setelah peristiwa di tebing. Tabib Heo Jun, tabib terkenal jaman Joseon yang sudah pernah dibuat dramanya^^ 


Tabib Heo Jun melihat wajah dan bibir Min Joon biru, sekujur tangan dan kakinya dingin. Sepertinya terkena racun arsenik. Ia menyuruh salah satu asistennya untuk memeriksa nadi Min Joon. 

Dari rona wajah Min Joon, ia menebak Min Joon memiliki tipe denyut nadi yang terkadang cepat lalu lambat. Asistennya memuji Heo Jun yang bisa menebak tipe denyut nadi hanya dengan melihat rona wajah. 

Tapi ketika ia benar-benar meraba denyut nadi Min Joon, ia terkejut. Ia tidak pernah merasakan denyut nadi seperti ini sebelumnya. Denyut yang jelas, cepat dan tajam. Heo Jun mengira asistennya meraba bagian yang tidak tepat. 


Ia turun tangan untuk merasakan sendiri seperti apa denyut nadi Min Joon. Ia terkejut. Namun ia tidak mau begitu saja mengakui kesalahan diagnosanya. Ia mencoba mendengarkan denyut jantung Min Joon. Ia merasa aliran energi dalam tubuh Min Joon tidak lancar. 

Ia kembali menyuruh asistennya mengecek tangan Min Joon. Pasti kulit tangannya sangat kasar hingga nadinya tidak bisa terasa dengan baik. Asisten melakukannya dan melaporkan kulit tangan Min Joon sangat mulus . Heo Jun kebingungan menghadapi kasus aneh ini. 


Min Joon akhirnya sembuh. Ia berterima kasih atas bantuan Heo Jun. Heo Jun mengungkapkan ketakjubannya karena Min Joon begitu cepat pulih. Ia juga berkata Min Joon memiliki denyut nadi yang misterius, yang sangat berbeda dari semua orang. 

“Tentu saja. Saya datang dari sana,” Min Joon menunjuk ke langit, ke sebuah bintang yang bersinar. “Saya datang dari bintang itu. Walau bintang itu terlihat berbeda dari sini, lingkungannya sangat mirip.” 

“Sepertinya Anda belum pulih benar,” kata Heo Jun. Mengira otak Min Joon yang rusak. 

“Saya tidak berasal dari bumi ini,” kata Min Joon. 


“Do Min Joon….Do Min Joon…Apa kau baik-baik saja?” sayup-sayup Min Joon mendengar suara Song Yi. “Bangunlah.” 

Min Joon membuka matanya dan melihat Song Yi. Ia melihat sekelilingnya lalu duduk. 

“Ini di mana?” 


“Di kamarku. Kau tidur selama 10 jam lebih. Apa yang terjadi kemarin?” tanya Song Yi. “Aku hendak bertanya sejak kemarin tapi aku menahan diri. Apa kau mengidap penyakit serius?” 

“Tidak,” jawab Min Joon. 

“Apa mungkin…jangan-jangan…mungkin penyakit kronis yang mematikan…bukan seperti itu, kan? Diarimu juga….tidak begitu, bukan?” tanya Song Yi khawatir. 

“Tidak,” kata Min Joon dengan sikap diinginnya. Ia turun dari tempat tidur. 


Song Yi mengajaknya sarapan (telur lipat yang gosong buatan Song Yi) tapi Min Joon tidak mau. Yoon Jae memperhatikan mereka berdua. Kasian Yoon Jae….Song Yi cuma masak 1 telur untuk Min Joon sementara Yoon Jae makan kimchi ;p 

“Kenapa?” tanya Song Yi frustrasi. Ia beralasan ia merasa hutang budi saat tinggal di apartemen Min Joon dan ini adalah kesempatan baginya untuk membalas budi itu. 

“Tidak apa-apa tidak membalasnya,” kata Min Joon. 


Song Yi tetap menghalanginya. Bagaimana jika di sana masih ada penyusup? Min Joon berkata ia akan mengurusnya, Song Yi tidak perlu ikut campur. Ia kelar dari apartemen Song Yi. Song Yi sangat kecewa. 

“Kakak bilang itu bukan cinta bertepuk sebelah tangan,” ledek Yoon Jae. 

“Memang bukan,” ujar Song Yi galak. 

“Memang iya,” gumam Yoon Jae. 


Song Yi menyusul keluar apartemen. Tapi di luar ia melihat Min Joon sedang berbicara dengan Se Mi. Song Yi melihatnya dengan sebal dan bertanya untuk apa Se Mi datang ke apartemennya. 

“Aku tidak datang ke apartemenmu. Aku datang karena ada perlu dengan Do Min Joon-sshi.” 

“Kenapa? Ada urusan apa?” kata Song Yi kaget. 


Se Mi berkata pada Min Joon bahwa ada beberapa hal yang ingin ia tanyakan sehubungan apa yang ia sudah katakan tadi. 

“Apa yang kalian bicarakan tadi?” tanya Song Yi. “Ada masalah apa?” 

Min Joon malah membuka pintu apartemennya dan mempersilakan Se Mi masuk. Se Mi berterima kasih. 

“Hei! Do Min Joon-sshi sedang kurang sehat saat ini,” ujar Song Yi. “Jangan lama-lama.” 


Se Mi tersenyum mengiyakan. Ia dan Min Joon masuk ke dalam. Pintu pun ditutup. 

Yoon Jae heran melihat kakaknya menempel di tembok. Kaya cicak raksasa hihihi^^ Ia bertanya apa yang sedang kakaknya lakukan. 

“Do Min Joon mendengarkan menyanyi dan berteriak dan langsung protes. Bagaimana bisa ia mendengarku padahal ruangan kedap suara ini begitu sempurna?” celoteh Song Yi sambil terus berusaha menguping pembicaraan Se Mi dan Min Joon. Kenapa ngga pake cangkir kaya Jin Rak (Flower Boy Next Door)? 


Min Joon baru tahu kalau Yoo Seok adalah kakak Se Mi. Ia menanyakan keadaan Yoo Seok. Yoo Seok baru dioperasi semalam karena mengalami pendarahan otak. Operasi sudah selesai tapi Yoo Seok masih belum sadarkan diri. 

“Kudengar dari detektif Park, kakakku pergi ke sana kemarin untuk menemui Do Min Joon-sshi.” 

Min Joon membenarkan. Ia berjanji bertemu dengan Yoo Seok di sebuah kafe di gedung tersebut. Se Mi bertanya untuk apa Min Joon menemui kakaknya. 

“Aku harus menyerahkan sesuatu padanya,” kata Min Joon. 

Se Mi bertanya apakah ada orang lain lagi yang mengetahui pertemuan mereka. Ia merasa ada orang yang mengetahui rencana mereka dan pergi ke sana menunggu kakaknya. Ia bertanya apakah Min Joon punya dugaan siapa orang itu. 

Tentu saja Min Joon memiliki dugaan Jae Kyung pelakunya. Tapi ia tidak memberitahu Se Mi dan berkata apa yang terjadi pada Yoo Seok adalah kesalahannya. 

Se Mi berkata ia tidak menanyakan itu untuk menuduh Min Joon. Min Jon berkata ia akan melakukan segalanya untuk menyelesaikan kasus ini. Se Mi berkata tidak ada yang bisa ditemukan dari rekaman CCTC. Tidak ada bukti kecuali sebuah bolpen yang ditemukan di tempat itu. Polisi bilang akan sulit mencari pelakunya. 


Song Yi masih bertengger di tembok. Ia mengomel wanita dan pria seharusnya ada jarak. Apa yang mereka lakukan berduaan di rumah? 

“Apa yang harus dibicarakan di rumah dan tidak di luar? Aish kenapa mereka begitu lama,” omel Song Yi. 

Min Joon yang mendengar omelan itu tersenyum geli. Ia mengantar Se Mi keluar. Song Yi ikut keluar dari apartemennya. 


“Sudah mau pergi?” tanyanya. 

“Hmmm…sampai nanti,” kata Se Mi. Se Mi ini makin lama makin kelihatan sikap pura-puranya. 

Min Joon hendak ikut masuk ke dalam lift. 

“Mau ke mana?” Song Yi buru-butu bertanya. 

“Market (supermarket).” 

“Market? Baguslah. Aku juga akan pergi ke sana. Kurasa kita bisa pergi bersama.” 

Min Joon menahannya. Apa Song Yi akan pergi dengan pakaian seperti itu? Song Yi berkata ia akan mengambil jaketnya sebentar dan menyuruh Min Joon menunggu. Min Joon menghela nafas panjang. 


Song Yi buru-buru mencari pakaian yang cocok. Namun ketika ia keluar dengan dandanan rapi, Min Joon sudah tidak ada. 


Tapi bukan Song Yi namanya kalau ia cepat menyerah. Ia menyusul Min Joon ke supermarket. Ia mengajak Min Joon berbagi belanjaan. Bukankah Min Joon tinggal sendirian, sedangkan ia hanya berdua dengan Yoon Jae? Ia mengusulkan mereka membeli bungkusan besar lalu membaginya. 

“Aku hanya membeli seperlunya. Aku tidak membeli banyak barang tidak berguna hanya karena promosi buy one get one,” kata Min Joon galak. 


Song Yi terus mengikuti Min Joon sambil berceloteh. Ketika Min Joon membeli tahu, Song Yi berkata ia tidak terlalu suka tahu karena tidak ada rasanya. Ia hanya makan tahu jika sudah disayur. 

Lalu ia menawarkan kentang. Giliran Min Joon yang berkata ia tidak suka kentang. 

“Kenapa? Jika kau merebusnya dan memakannya, rasanya sangat enak,” protes Song Yi. Yup, that’s my girl Potato girl = patataragazza 

Ia bertanya biasanya Min Joon mencelup kentangnya ke dalam garam atau gula. Garam, jawab Min Joon. Song Yi berkata kentang itu rasanya enak jika dicelup ke dalam gula. Errr…really??? 

“Mulai sekarang, cobalah makan kentang dengan gula.” 

“Tidak bolehkah aku menentukan sendiri dicelup ke mana?” 

“Tentu saja bisa. Bagaimana dengan ayam? Kau suka bagian paha atau dada?” 

“Dada,” kata Min Joon kesal karena ditanyai terus. 

“Aku suka paha…” 


Song Yi juga menyadari itu. Tapi ia malah senang. Dengan begitu mereka tidak perlu berebut makanan seumur hidup mereka. Min Joon tertegun mendengar itu. 

“Tidak ada alasan bagiku untuk makan bersamamu seumur hidupku,” ujarnya pada Song Yi. 


Mereka selesai berbelanja. Karena Min Joon tidak membawa mobil, Song Yi menawarkan untuk mengantar Min Joon dengan mobilnya. Tanpa bicara Min Joon masuk ke dalam taksi dan pergi meninggalkan Song Yi. 

Rapat di kantor Hwi Kyung dibatalkan karena Jae Kyung sakit. Hwi Kyung terlihat heran tapi tidak mengatakan apa-apa. Atasan Hwi Kyung bertanya pada Hwi Kyung, Jae Kyung sakit apa? 

“Kenapa Bapak bertanya pada saya?” tiba-tiba Hwi Kyung sadar. “Bapak sudah tahu?” 

“Tentu saja aku tahu kau adik dari Direktur kami.” 


“Bagaimana Bapak bisa tahu?” 

“Sejak kau menaruh foto keluargamu menjadi latar belakang desktop. “ 

Hwi Kyung mengerti. Pantas saja selama ini atasannya selalu berpihak padanya. Pasti atasannya merasa tidak nyaman selama ini. 

“Ya, sedikit. Tidak, tidak, tidak…” atasannya buru-buru meralat. 

Hwi Kyung jadi merasa bersalah dan meminta maaf dengan membungkuk. 


Hwi Kyung pergi ke kantor kakaknya. Jae Kyung tidak ada. Ia menggunakan kesempatan itu untuk menunggu di sana. Ia hendak memeriksa laci kakaknya tapi semua laci terkunci. 


“Sebelumnya ia mengurusku dengan baik. Walau menggerutu, ia membelikan aku ramen saat aku menginginkannya. Ia juga membeli obat untuk mengobati kakiku saat kakiku terluka. Dan saat aku dioperasi usus buntu, ia mendampingiku semalaman. Ketika aku terkunci dalam mobilku karena dikepung wartawan, ia membelaku dan mengatakan aku seharusnya hanya bersembunyi saat aku melakukan kesalahan. Seiring waktu berlalu mungkin aku jadi bergantung pada orang itu dan mulai menyukainya. Karena itu aku menyatakan perasaanku padanya. 

Tapi orang itu berubah 180 derajat. Seperti angin dingin yang bertiup tepat ke arahku. Ketika aku mengatakan sesuatu, ia bahkan tidak membalasnya. Sekarang ia benar-benar mengabaikan aku. Menurut kalian kenapa ia seperti itu padaku?Apakah orang itu memiliki perasaan padaku? Atau tidak?” tutur Song Yi…seperti Min Joon yang biasa berbicara pada kamera dalam epilog. Apakah ia sedang berbicara dalam sebuah acara? 


Lampu hijau menyala..pelanggan tetap toko Bok Ja berpendapat Min Joon memiliki perasaan pada Song Yi. Buktinya ia membelikan ramen dan meminjamkan buku. Artinya orang itu menyukai Song Yi. 

Tapi pelanggan satu lagi mematikan lampu hijau itu. Ia dan Bok Ja berpendapat sebaliknya. Jika orang itu suka kenapa tidak menerima perasaan Song Yi saat Song Yi menyatakannya? Rupanya Song Yi curhat pada mereka dan menanyakan pendapat mereka. 


Bok Ja berkata tidak mudah bagi seorang wanita untuk menyatakan duluan. Jika pria itu berubah 180 derajat dan menutup hatinya begitu Song Yi menyatakan perasaannya, itu artinya pria itu menganggap Song Yi sebagai beban. 

Pelanggan yang memberi lampu hijau berkeras pria itu menyukai Song Yi. Pria itu hanya jual mahal. 

“Lihat dari sudut pandang lain. Ia bukan wanita normal. Ia Chun Song Yi!” 

“Betul. Karena aku Chun Song Yi? Karena ia pikir akan terlihat mudah jika ia langsung mengatakan iya?” Song Yi kembali bersemangat. 

Bok Ja tidak setuju. Biasanya jika pria menyukai seseorang, mereka akan ikut campur. Contohnya Hwi Kyung. Jika pria itu benar-benar menyukai Song Yi, bukankah seharusnya sikapnya seperti itu? Song Yi jadi sedih. 


Ia kembali ke apartemen dan mempertimbangkan untuk menemui Min Joon. Ketika ia hendak menekan bel, pintu terbuka. 

“Apa yang kaulakukan?” tanya Min Joon. 

“Kau hendak ke mana?” tanya Song Yi. 

“Memancing,” jawab Min Joon ketus. 


Song Yi mengikuti Min Joon masuk ke dalam lift dan bertanya apakah ia boleh ikut. Ia juga suka memancing dan suka ikut ayahnya ketika ia kecil. 

“Tidak boleh.” 

“Ada sesuatu yang hendak kukatakan juga.” 


Min Joon akhirnya membiarkan Song Yi ikut. Sepanjang perjalanan Min Joon diam membisu. 

“Agak aneh mengatakan hal ini dengan mulutku sendiri. Tapi aku adalah wanita nomor 1 di Korea yang para pria ingin kencani. Tentu saja akhir-akhir ini melambat. Tapi tetap saja, aku penah jadi nomor 1. Dan akan menjadi nomor 1 lagi. Aku yang seperti itu, dengan jelas telah mengatakan sesuatu padamu, kan? Kau tahu apa yang kubicarakan. Tapi kau tidak merespon apapun. Bukan itu saja, kau mengabaikan aku sepenuhnya. Unbelievable. Bagaimana bisa kau bersikap seperti ini padaku? Aku tidak mengerti,” Song Yi mengungkapkan isi hatinya. 

“Apa kau mau turun?” 

“Di jalan tol?” 

“Itu yang kukatakan.” 

“Oke, aku akan berbicara nanti saja.” 


Mereka tiba di tempat tujuan. Song Yi bagai anjing lepas dari kandang. Ia berteriak dan berputar-putar menikmati udara bebas yang sudah lama tidak dirasakannya. Di tempat tidak ada orang lain. Hanya ada Min Joon dan udara segar yang sudah lama tidak dihirupnya. Ia menikmati tempat itu dengan meluncur mengelilingi danau yang beku itu. 


Min Joon mendirikan tenda dan membuat lubang untuk memancing. Song Yi menghampirinya dan merangkulnya. Ia mengoceh ia pernah berskating waktu kecil. Jika ia meneruskannya mungkinkah ia akan melebihi Kim Yuna (atlet skating terkenal Korea)? Apakah Min Joon membuat kopi? Ia bersikap seperti mereka sedang liburan berdua ke tempat ini. 


Akhirnya Min Joon tak tahan lagi. Ia menghentikan Song Yi. 

“Karena kau benar-benar ingin mendengar jawabanku, kau jauh-jauh datang ke sini?” 

“Bukan,” Song Yi mengakui. “Aku ingin bersamamu. Tapi, aku juga ingin mendengar jawabanmu.” 


“Baiklah, kurasa aku harus mengatakannya. Kukira aku sudah pernah mengatakannya tapi kau sepertinya kau tidak mengerti. Jadi aku katakan dengan jelas. Aku tidak menyukaimu. Karena kau bersikap seperti ini, aku semakin tidak menyukaimu.” 

Song Yi menatap Min Joon dengan perasaan terluka. 


“Jadi kenapa kau menolongku? Kenapa kau berada di sisiku saat aku menghadapi masa sulit? Mengapa?” 

“Karena kau menyedihkan. Dan juga karena kau selebritis, sejujurnya aku merasa tertarik. Aku melakukannya karena penasaran. Tapi kau mengira aku melakukannya karena aku menyukaimu, bukan? Membuatku merasa bersalah… Tapi karena kau wanita dengan harga diri tinggi, kurasa kau tidak perlu sejauh ini. Jika aku tahu akn menjadi seperti ini, aku tidak akan melakukan semua itu.” 

“Jadi kau ingin aku melakukan apa?” 

“Aku ingin kau pergi dari hadapanku.” 

Air mata mengalir deras di pipi Song Yi. 


“Tapi…kenapa aku merasa….kau sedang berbohong saat ini,” katanya pelan. 

Song Yi menunduk. Lalu ia berbalik pergi. Berjalan meninggalkan Min Joon sambil menangis. 


Song Yi terus berjalan meski hari mulai gelap. Ia menangis dan terus menangis. 

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di dekatnya. Hwi Kyung turun dan memanggilnya. Dengan wajah basah oleh air mata, Song Yi bertanya bagaimana Hwi Kyung bisa ke sini. Hwi Kyung menghela nafas panjang dan meminta Song Yi naik ke mobil. 

Min Joon merenung sendirian di depan tendanya. 


Song Yi terus menangis di dalam mobil. Hwi Kyung sangat pengertian. Ia membiarkan Song Yi menangis sepuasnya. 

“Maafkan aku,” kata Song Yi. 

“Tidak apa-apa.” 

“Aku pernah menduganya tapi tidak pernah mengerti perasaan ditolak setelah menyatakan cinta. Aku benar-benar menderita!” Song Yi menangis keras. 


“Itu hanya terasa di awal. Setelah 15 tahun mengalaminya, akan terasa semakin mudah. Kau menolakku pertama kalinya di depan seluruh teman sekelas,” Hwi Kyung mengingatkan. 

“Kau pasti sangat merasa sangat malu. Aku saja sangat malu meski tidak ada yang melihat.” 

“Tentu saja,” kata Hwi Kyung. 

Song Yi berkata berbicara dengan Hwi Kyung membuatnya merasa lebih baik. 

“Jika pada tengah malam, kau tiba-tiba merasa amarahmu meledak, berhati-hatilah. Kau akan mengerti rasanya menendang-nendang di udara. Juga, tengah malam kau mungkin ingin meneleponnya karena marah. Tapi jangan lakukan itu. Ingatlah betapa kau membenci hal seperti itu,” kata Hwi Kyung, spesialis patah hati. 

“Aku ingat. Sangat mengganggu.” 

“Sangat mengganggu?” protes Hwi Kyung dengan nada bergurau. Jelas ia yang pernah menelepon Song Yi di tengah malam setelah Song Yi menolaknya, dan Soong Yi membenci hal itu. 

Song Yi tertawa kecil. 


“Juga jangan mendengarkan lagu sedih,” Hwi Kyung menasihati. “Jika kau mendengarnya, kau tidak akan bisa mengendalikan emosimu.” 

Song Yi bertanya lagu siapa yang membuat Hwi Kyung sulit mengendalikan emosi. Hwi Kyung tidak menjawab, tapi ia teringat waktu itu ia menyanyikan lagu sedih di noraebang (karaoke). 


“Gadis jahat. Ia seharusnya menerima cintamu,” ujar Song Yi. “Jika aku menerimamu waktu itu, lalu kita berpacaran selama beberapa waktu, kau akan melihat diriku yang sebenarnya dan akan muak padaku. Dengan begitu kau bisa menemukan seseorang yang menyukaimu dan pergi padanya.” 

Hwi Kyung terdiam ketika mendengar kalimat terakhir Song Yi. Song Yi bertanya bagaimana Hwi Kyung bisa menemukannya. 

“Apa orang itu meneleponmu?” 

Hwi Kyung membenarkan. 

“Sepertinya ia tidak ingin aku pulang sendirian.” 

“Hei, itu hanya bentuk kepedulian. Sama seperti yang kaulakukan padaku. Tidak berarti apapun. Apa bagusnya dia? Aku terus berusaha selama 15 tahun namun tidak berhasil, mengapa berhasil untuknya? Kau bahkan tidak mengenalnya selama itu.” 

Song Yi sendiri tidak bisa menjawabnya. 


Pengacara Jang pergi menyusul Min Joon. Min Joon berkata ia tidak bermaksud meminta Pengacara Jang untuk datang dengan meneleponnya tadi. Tapi Pengacara Jang bisa merasakan di balik kata-kata Min Joon di telepon bahwa Min Joon membutuhkan teman. Min Joon berkata ia senang Pengacara Jang datang. 

“Ah, istriku sudah mulai cerewet. Aku lelah jadi aku senang datang ke sini. Dia tidak seperti itu ketika muda, tapi ia semakin cerewet seiring bertambahnya usia,” curhat Jang. 

“Pangacara Jang, bagaimana rasanya menjadi tua bersama?” 

Pengacara Jang menatap Min Joon dengan prihatin. 

“Bersama-sama….aku ingin menjadi tua bersamanya.” 


Malam semakin larut. Song Yi tidak bisa tidur dan terus melihat ponselnya. Min Joon terlihat tak bersemangat dan terus membisu. 

Pengacara Jang melihatnya dengan khawatir. Ia melihat Min Joon sepertinya kurang sehat dan menyarankan agar Min Joon sebaiknya pulang saja. 

Min Joon kembali berkata kau ia merasa dingin. Pengacara Jang berkata akhir-akhir ini Min Joon sering berkata dingin padahal sebelumnya tidak pernah seperti itu. Hal ini membuatnya sangat cemas. 

Min Joon bercerita ia pernah diselamatkan oleh seseorang ketika ia hampir mati. Orang itu adalah tabib Heo Jun. 


Heo Jun sudah menerima kalau Min Joon bukan berasal dari bumi. Ia bertanya apakah Min Joon bisa kembali ke tempat asalnya kapan saja. Min Joon berkata itu tergantung pada alam semesta. Tapi jika ia menunggu, pasti ada jalannya. Sekarang tidak ada jalan lain kecuali menunggu. 

Heo Jun berkata selama ia merawat Min Joon selama 3 bulan, ia sudah menyaksikan banyak hal dan sering kali membuatnya terkejut. 

“Tapi ada satu hal yang saya khawatirkan. Tubuh manusia terdiri dari yin dan yang, dan lima unsur bumi. Jika salah satu dari unsur tersebut tidak bisa berada dalam keseimbangan yang tepat dengan langit dan bumi, maka hidup tidak bisa dipertahankan. Pada dasarnya alam semesta tidak berbeda dari hidup manusia. Jika energi mengalir dengan baik, kau tidak akan sakit. Sebaliknya, jika energi tidak mengalir dengan baik, kau akan sakit. Tapi dalam tubuh Anda, energi langit dan bumi tidak mengalir. Berapa lama Anda bisa terus mempertahankan keseimbangan di sini? Suatu hari nanti, semua energi Anda akan menurun. Saya berharap Anda bisa kembali ke tempat asal Anda sebelum Anda menjadi lemah.” 


Min Joon berkata sepertinya batas yang disebutkan oleh Heo Jun tadi sudah dekat saat ini. 

“Jadi maksudmu kau tidak bisa tinggal di sini meski kau menginginkannya?” tanya Jang. 

“Jika aku melawan hukum alam dan tinggal di sini, kurasa tidak butuh waktu lama bagiku untuk mati.” 

Pengacara Jang terkejut. Artinya sekalipun Min Joon tidak kembali ke planet asalnya, Min Joon akan mati di bumi. 


Serangan tengah malam yang disebutkan Hwi Kyung mulai terjadi. Song Yi menendang-nendang udara. Ia minum soju untuk melampiaskan kegundahannya. 

Keesokan paginya Song Yi bangun dan melihat Yoon Jae hendak berangkat sekolah. Yoon Jae berkata ia harus belajar. 

“Tumben kata “belajar” keluar dari mulutmu,” kata Song Yi. 

“Setelah melihat kakak semalam, aku memutuskan aku harus belajar dengan sangat baik agar tidak menyia-nyiakan hidupku.” 

“Memangnya aku kenapa?” 

Yoon Jae tidak menjawab, hanya menatap kakaknya lalu pergi. 


Setelah Yoon Jae pergi, barulah Song Yi teringat apa yang dilakukannya semalaman. Ia mabuk. Sebentar menangis, sebentar berteriak. 

“Manajer Doooo!! Manajer Dooo!!!” 


Song Yi segera mengecek ponselnya. Ia telah menelepon Min Joon sebanyak 79 kali. Lebih tepatnya missed call karena Min Joon tidak menjawab teleponnya. 

“Kenapa? Kenapa kau tidak menjawab?! Kau membeli ponsel karena aku memintamu, tapi kenapa kau tidak menjawab?! Kenapa!!!” Song Yi mengoceh dengan suara keras. Menangis, sedetik kemudian ia tertawa, “Kaupikir aku tidak akan menelepon lagi, bukan? Aku akan terus menelepon sampai kau menjawab! Do Min Joooooon!!!” 


Bahkan Song Yi pun shock mengingat tingkahnya semalam. Dengan takut-takut ia memeriksa Line-nya. Song Yi terkejut melihat rentetan ocehan yang dikirimkannya pada Min Joon. 

“Hei, brengsek. Apa Myeongshimbogam (buku kesukaan Min Joon) menyuruhmu melakukan ini? Kau anak nakal yang tersengat petir di tahun Byoongja. Pergilah ke Beotigogae dan duduklah di sana semalaman!!” 

“Tidak bisakah kau memikirkannya lagi? Aku akan bersikap baik.” 

emoticon nangis di depan ponsel. 

“Apakah kau menolakku karena waktu itu aku memecahkan vas? Aku akan menggantinya. Ayo kita ke Incheon (bandara) sama-sama.” 


Song Yi terduduk lemas membaca semua itu. Ia pergi menggosok gigi dengan lesu dan mata yang belepotan maskara luntur. Tiba-tiba ia berteriak. 


Semalam ia menggedor-gedor pintu apartemen Min Joon sambil menangis keras-keras dan mabuk. Min Joon membuka pintu. 

“Ada apa?” 

Song Yi menyodorkan sepatu perak berkilatnya. 

“Sepatuku….sepatuku yang kaucuri. Kau menyukainya, kan? Sangat menyukainya hingga diam-diam kau mencurinya. Kau boleh menyimpannya. Sepatu yang menyimpan kenangan kitaaaa…!!!” Song Yi kembali berteriak dramatis. 

Ngakak liat adegan Song Yi mabuk XD Harusnya Hwi Kyung memberi nasihat tambahan: jangan minum alkohol saat patah hati 


Hwi Kyung sengaja tinggal di rumah dan tidak bekerja hari ini dengan alasan agak flu. Setelah kakaknya pergi bekerja, ia menggunakan kesempatan untuk memeriksa barang-barang milik kakaknya. Di salah satu laci meja kerja kakaknya, ia menemukan 2 buah paspor. Satu milik kakaknya, satu milik kakak iparnya. Jika kakak iparnya studi ke Inggris, kenapa ia tidak membawa paspor? 


Atas dorongan apa Hwi Kyung menyelidiki kakaknya? Rupanya semalam ia menunggu Min Joon pulang. Ketika bertemu Min Joon, ia berterima kasih karena tadi sudah menghubunginya dan tidak membiarkan Song Yi pulang sendirian. 

“Apa kau menunggu hanya untuk mengatakan itu?” tanya Min Joon. 

“Dan 12 tahun lalu, karena telah menyelamatkan Song Yi…aku juga berterima kasih untuk itu.” 

“Sudah kubilang itu bukan aku.” 

“Walau Song Yi tidak tahu kaulah orangnya, sepertinya ia sangat menyukaimu.” 


Min Joon berjalan pergi karena tidak mau membahasnya. 

“Apa kau benar-benar tidak menyukai Song Yi-ku?” tanya Hwi Kyung. “Atau ada alasan lain?” 

Min Joon berbalik. 

“Orang yang kausukai menyukaiku, tapi kau malah penasaran soal itu? Jika kau benar-benar menyukai gadis itu, jangan pedulikan perasaan orang lain tapi lindungi gadis itu dengan caramu sendiri. Dan, Lee Jae Kyung….” 

“Bagaimana kau tahu kakakku? Kakakku juga pernah menanyakanmu,” kata Hwi Kyung kaget. 

“Benar, kakakmu. Lindungi Chun Song Yi dari dia.” 

“Apa maksudmu?” 

Min Joon berkata ia belum terlalu mengenal Hwi Kyung, jadi ia tidak bisa memberitahu lebih banyak. 


Ibu Song Yi senang ketika mendengar akan dibentuk agensi khusus untuk Song Yi. Jika sebuah agensi biasanya menangani satu artis, agensi ini hanya akan mengurus Song Yi. Itu adalah rencana yang pernah diajukan Hwi Kyung pada ayahnya dan ibu Song Yi juga pernah mendengar hal itu. Namun kali ini ia mendengarnya langsung dari…Jae kyung. 

“Aku merasa apa yang dialami Song Yi sangat menyedihkan. Mulai sekarang aku ingin mengurus Song Yi dengan tanganku sendiri.” Hmmm..perkataan yang mengandung makna tersembunyi. 

Jae Kyung berkata ia ingin membicarakan hal itu sambil makan malam jika ibu Song Yi setuju. Ia akan menjemput. Tentu saja ibu Song Yi setuju. Jae Kyung memainkan cincin di jarinya. 


Detektif Park menerima laporan siapa saja pemilik bolpen langka tersebut. Satu orang adalah Presdir perusahaan menengah yang sudah berusia 80-an dan sedang menjalani pengobatan di Thailand. Satu lagi adalah seorang penari, dan ia sedang berada di Republik Czech pada hari Yoo Seok diserang dan belum kembali ke Korea. Orang ketiga mati dua tahun lalu. Namanya Han Seo Jin, seorang ahli astrofisika (hm..ada ya jurusan itu?) berusia 32 tahun. Awalnya orang itu dinyatakan hilang kemudian dinyatakan sudah meninggal. Sudah pasti yang ketiga ini adalah identitas Min Joon sebelumnya. 

Namun Detektif Park tidak tahu itu. Ia tidak tahu harus melacak ke mana. 


Min Joon melihat rekaman CCTV yang terpasang di perpustakaannya. Ia melihat asisten Jae Kyung yang bersembunyi di belakang kursinya dan hendak menyerang Song Yi namun Song Yi pergi meninggalkan perpustakaan. 

Jae Kyung mengiriminya pesan. Pesan foto Jae Kyung bersama ibu Song Yi. Dan pesan tulisan berbunyi: Karena kau melindungi Song Yi baik-baik dengan berada di sisinya, aku menemukan cara lain. Apa yang akan kaulakukan? Tentukan. 

Min Joon bangkit berdiri dengan marah. 


Selesai syuting, Se Mi tidak pergi ke rumah sakit untuk menjenguk kakaknya. Ia membawa mobilnya sendiri untuk pergi ke suatu tempat. Dalam perjalanan ia teringat percakapannya dengan Hwi Kyung hari ini. 

Hwi Kyung berkata ia menarik kata-katanya waktu terakhir kali mereka bertemu. 

“Kubilang aku tidak mau kehilangan Yoo Se Mi sebagai teman. Aku menyadari betapa egois dan menggelikannya itu. Apa yang lebih penting bukanlah aku tidak ingin kehilanganmu tapi kebahagiaanmu. Muncul sebagai teman di depan pria yang tidak bisa mencintaimu, kau tidak akan bisa bahagia.” 

Se Mi mengingatkan bahwa Hwi Kyung juga melakukan hal yang sama. Menjadi teman di depan Song Yi yang tidak bisa mencintainya. 

“Aku sangat menderita saat ini. Jadi kurasa aku tidak seharusnya membuatmu menderita sepertiku. Yoo Se Mi, mulai sekarang aku tidak akan melihatmu sebagai teman.” 


Dengan perasaan terluka, Se Mi memacu mobilnya menuju apartemen Song Yi. Song Yi yang sedang mengenakan pakaian tidur, langsung berganti pakaian untuk membuka pintu. 

Begitu pintu terbuka, Se Mi melihat Song Yi yang sudah berdandan seanggun mungkin. Keduanya membisu selama beberapa saat. Akhir Song Yi buka suara. Ia mengaku merasa canggung. 


“Tak pernah terpikir olehku untuk merasa canggung bersamamu.” 

“Aku sering merasa canggung bersamamu hanya kau tidak menyadarinya karena kau lemot,” ujar Se Mi. 

“Begitukah? Aku berganti pakaian begitu melihat kau berdiri di luar. Sebelumnya aku tidak pernah harus melakukan hal seperti itu, tapi seperti harapanmu, aku sekarang menganggap pendapatmu (mengenai penampilanku) penting.” 

“Jadi kau berharap aku mengatakan terima kasih?” ujar Se Mi sinis. 

“Kau benar-benar kacau,” kata Song Yi. “Itu tidak baik untukmu. Sebagai teman….bukan, sebagai orang yang pernah menjadi temanmu aku memberimu nasihat. Jalani hidupmu dengan normal dan jangan jadi kacau karena diriku.” 


“Hidupku memang sudah kacau karenamu.” 

Song Yi tidak mengerti kenapa hidup Se Mi kacau karena dirinya. Bukannya menjawab, Se Mi malah mengungkit seringnya Song Yi mengatakan ingin bertemu dengan orang yang menyelamatkannya 12 tahun lalu. 

Song Yi bingung Se Mi tiba-tiba mengubah topik pembicaraan. Ia berkata ia memang sering mengatakannya. Kenapa? Apa itu juga salah? 

Se Mi menatap Song Yi penuh arti. 


Min Joon berdiri di pinggir jalan. Sepertinya ia menanti seseorang. Ia membaca USB Yoo Ra bersamanya. Ia teringat akan penglihatannya. Seseorang tergeletak di jalan dan ada orang lain mengambil USB tersebut dari tangan orang itu. 

Entah mengapa Min Joon malah melangkah ke jalan. Tiba-tiba muncul sebuah mobil yang melaju kencang ke arahnya. Min Joon kaget. Ia berusaha menghentikan waktu. Tapi gagal. Mobil itu menabraknya. Min Joon terpental danjatuh membentur jalan. USB itu masih digenggamnya. 


Se Mi sengaja berbicara berputar-putar hingga Song Yi kesal dan menyuruhnya mengatakan apa yang hendak dikatakan. 

Se Mi bertanya bukankah Song Yi bilang akan langsung mengenali orang itu jika melihatnya lagi. Bukankah selama ini Song Yi menggunakan alasan itu untuk tidak menerima perasaan Hwi Kyung, anak bodoh yang hanya menatap Song Yi seorang.? Se Mi berkata Song Yi menggunakan alasan menunggu penyelamatnya dengan terus memegangi kaki Hwi Kyung, mencegah Hwi Kyung pergi maupun mendekat.Tapi setelah melakukan semua itu, bagaimana bisa Song Yi tidak mengenali orang tersebut? 

“Apa yang tidak bisa kukenali?” tanya Song Yi. 

“Dia berada tepat di sisimu. Aku tanya kenapa kau tidak bisa mengenalinya?” 

“Di sisiku? Di mana? Siapa? Apa yang kaukatakan?” 


Darah keluar dari tubuh Min Joon yang tergeletak di jalan. Penabraknya turun dari mobil, lalu berjalan menghampiri Min Joon dengan tenang. Ia mengambil USB dari tangan Min Joon lalu pergi. Min Joon melihatnya namun ia tidak berdaya. 


“Jadi kau ingin aku melakukan apa?” 

“Aku ingin kau pergi dari hadapanku.” 

Air mata mengalir deras di pipi Song Yi. 

“Tapi…kenapa aku merasa….kau sedang berbohong saat ini,” katanya pelan. 

Melihat Song Yi menangis, Min Joon berusaha tidak memperlihatkan perasaannya. Song Yi menunduk lalu berbalik pergi. 


Min Joon terus menatap Song Yi yang semakin menjauh. Ia memejamkan matanya. Waktu pun berhenti. 


Min Joon menghampiri Song Yi. Ia menggenggam tangannya, lalu menciumnya. 




(Bersambung)


Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Google Translate

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Love and Like Movie - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger