Home » , , , » MY LOVE FROM THE STAR EPISODE 16 (2014)

MY LOVE FROM THE STAR EPISODE 16 (2014)

Written By Regina Kim on Tuesday, December 30, 2014 | 10:25 PM


Also known as : You Who Came from the Stars,You from Another Star,My Love from the Stars,My Love from Another Star,Man from the Stars,Man from Another Star
Genre : Romance,Comedy,Drama,Sci-Fi
Written by : Park Ji-eun
Directed by : Jang Tae-yoo
Country of origin South Korea
Originallanguage(s) Korean
No. of episodes 21
Production : Executiveproducer(s) Choi Moon-suk
Producer(s) Moon Bo-mi
Location(s) Korea
Cinematography Lee Gil-bok, Jung Min-gyun
Camera setup Multiple-camera setup, Running time 70 minutes
Productioncompany(s) HB Entertainment
Broadcast : Original channel SBS and regional affiliates
Picture format 1080i (HDTV), Original run 18 December 2013 – 27 February 2014

STARRING : 


SINOPSIS LENGKAP :

Prolog episode 16: 

“Aku hanya ingin menegaskan seandainya kau belum mengerti. Aku juga tidak menyukaimu sekarang. Aku lebih tidak menyukaimu karena kau bersikap seperti ini. Jadi pergilah dari hadapanku, maksudku, pergilah dari hidupku. Kumohon. Juga, kuharap kau tahu betapa egoisnya dirimu.” 

Song Yi berbalik pergi. Tiba-tiba semua lampu di tempat itu mulai menyala. Song Yi takjub melihatnya lalu menoleh. Min Joon mengerjapkan matanya tanpa memandang Song Yi. Song Yi tiba-tiba melayang ke arah Min Joon. Dan mendarat tepat di hadapannya. Song Yi harus berpegangan pada Min Joon untuk mengembalikan keseimbangannya. 


“Apa yang kaulakukan?” tanyanya. 

“Hal paling egois yang bisa kulakukan padamu.” 

Min Joon mencium Song Yi. Untuk sejenak Song Yi memejamkan matanya, larut dalam ciuman itu. 

Namun ia segera sadar dan mendorong Min Joon dengan marah. 


“Do Min Joon-sshi, benar-benar tidak ada hal yang tidak bisa kaulakukan. Kau benar-benar hebat,” ujar Song Yi tajam. Ia berbalik pergi. 

Min Joon mencoba menghalanginya. 

“Kenapa? Apa kau menyukaiku?” tanya Song Yi. 


Min Joon hanya menatap Song Yi. Seperti hendak mengatakan sesuatu namun tidak ada kata yang terucap. 

“Kau menyukaiku?” tanya Song Yi lagi. 

Tak ada jawaban. Song Yi kecewa dan merasa terluka. Ia berkata Min Joon bahkan tidak bisa berbohong. Seharusnya Min Joon mengiyakan agar tidak merusak suasana. Min Joon tampak kesulitan untuk berbicara. 

Song Yi membalikkan tubuhnya. Ia bertanya apakah ini kebiasaan di tempat asal Min Joon. Mencium gadis yang tidak disukai? 


“Ini di bumi. Dan di sini tidak seperti itu. Pria hanya mencium gadis yang mereka sukai. Ini salah. Do Min Joon-sshi, bukankah begitu?” 

Karena Min Joon tidak merespon, Song Yi berbalik. Ia melihat Min Joon berlutut di tanah sambil memegangi dadanya dan terlihat sakit. Song Yi terkejut. 


Song Yi dengan susah payah menyeret Min Joon yang jatuh pingsan. Ia berhasil memasukkan Min Joon ke dalam mobil. 

“Apa gunanya punya kekuatan super?” omelnya kelelahan, “Ia selalu pingsan setelah kiss!” 


Song Yi duduk di kursi mengemudi dan kebingungan mencari kuncinya. Setengah sadar, Min Joon berkata kuncinya ada di sakunya. Song Yi mengambil kuncinya dan menyalakan mesin mobil. 

Ia hendak memasangkan safety belt Min Joon ketika kepala Min Joon terkulai ke pundak Song Yi. Song Yi terdiam. Ia meraba dahi Min Joon. 

“Sebenarnya kau berasal dari bintang mana?” tanya Song Yi khawatir. 

Tubuh Min Joon lemas dan bersandar pada Song Yi. 


Rupanya kemampuan Song Yi berzigzag mengendarai mobil ada gunanya juga. Seandainya Min Joon dalam keadaan sehat, ia pasti memilih berteleport ke tempat aman. Song Yi memacu mobil dengan kencang, berkelat-kelit mendahului kendaraan lainnya. 

“Minggir! Minggir ! Ada yang sekarat!” serunya sambil terus menekan klakson. 


“Pelan-pelan, atau aku akan benar-benar mati,” gumam Min Joon lirih. Wajahnya semakin pucat. Err…pucat sakit atau ketakutan melihat gaya menyetir Song Yi? 

“Tidakkah kaulihat aku melakukan yang terbaik untuk menyelamatkanmu?” 

Min Joon menyandarkan tubuhnya ke kursi dan hampir pingsan lagi. 

“Kau tidak apa-apa, Do Min Joon-sshi? Kau tidak apa-apa?” tanya Song Yi khawatir sambil terus melihat ke arah Min Joon. Aaaargg…liat ke depan!! 

Min Joon bergumam tak jelas. 

“Hah? Apa? Berbicaralah, Do Min Joon-sshi. Ada apa?” Song Yi malah memiringkan tubuhnya ke arah Min Joon. 

“Ke depan! Lihat ke depan!” Dengan susah payah Min Joon menunjuk ke depan. 


Tepat sebelum menabrak mobil lain, Song Yi berhasil menekan rem. Mereka terhempas ke depan namun tertahan safety belt. Kalau aku jadi Min Joon pasti udah beneran pingsan dan sepertinya Min Joon benar-benar jadi pingsan. 

Akhirnya mereka tiba di apartemen. Song Yi berusaha memapah Min Joon namun ia mulai kelelahan hingga sempat tidak kuat menahan beban Min Joon. Min Joon pun jatuh tergeletak di lantai. Ouucchh… 

Song Yi berhasil membaringkan Min Joon di tempat tidur. 


Dasar Song Yi. Bukannya merawat dengan lembut, ia malah mengguncang-guncang tubuh Min Joon. 

“Katakan padaku, ini bukan kebetulan kan?” 

“Apanya?” 

“Ketika terakhir kali kita kiss, kau pingsan. Dan sekarang kau pun begitu. Apa masalahnya?” 

Min Joon tidak ingin menjawabnya. Tapi Song Yi ingin jawaban. 

“Jangan mengabaikanku. Jawab aku. Apa rahasiamu? Apa lebih mengejutkan dari kenyataan bahwa kau adalah alien?” 


Min Joon terlalu lemah untuk meladeni Song Yi. 

Song Yi mulai menganalisa sendiri. Sepertinya sakit Min Joon ini ada kaitannya dengan sentuhan. Tapi tidak ada masalah saat ia memegang tangan Min Joon. 

“Tidak boleh kiss. Aku benar kan?” tanyanya. Jika Min Joon benar-benar alien, bukankah itu artinya Min Joon spesies yang berbeda dari manusia? Min Joon makhluk luar angkasa, dan ia makhluk bumi. Bukannya takut, Song Yi malah merasa geli memikirkannya. 

“Pokoknya aku harus tahu apa yang boleh dan apa yang tiak boleh! Sebagai pencegahan dan antisipasi seberapa jauh kita bisa melangkah. Jadi, tidak bisa lebih jauh dari kiss? Kiss dan selebihnya tidak boleh?” tanyanya hati-hati. 

Min Joon yang kolot malu membicarakan hal seperti ini. Song Yi berkata Min Joon yang lebih dulu mengungkapkan jati dirinya sebagai alien, jadi Min Joon harus memberitahunya apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. 


Min Joon menarik tubuh Song Yi hingga berbaring di sisinya, lalu memeluknya. 

“Ini boleh,” ujarnya singkat. 

Meski senang, Song Yi berusaha tidak menunjukkannya. Ia berkata Min Joon sudah menunjukkan apa yang boleh, jadi Min Joon bisa melepasnya. Min Joon malah mempererat pelukannya. 

“Kubilang lepaskan,” kata Song Yi, diam-diam tersenyum. “Kau tidak pernah menurut. Kalau begitu aku tidak punya pilihan lain.” 


Song Yi meringkuk nyaman di sisi Min Joon. Tapi masih ada hal yang mengganggu pikirannya. 

“Kita harus membereskan sesuatu lebih dulu. Aku pernah menanyakan pendapatmu mengenai diriku sebagai wanita. Aku tidak perlu mengingatkan betapa kau mengacuhkanku setelah itu. Lalu kau membicarakan pemilik tusuk rambut itu. Kau bilang kau tertarik hanya karena aku mirip dengannya. Kau bilang kau tidak tertarik jika aku bukan dia, iya kan? Jadi aku mundur. Tapi tiba-tiba kau muncul dan menciumku tanpa ijin. Kau juga pasti ingin tahu jika kau berada di posisiku. 

Ciuman itu…..untuk siapa? Untukku? Atau untuk gadis yang mirip denganku?” 

Min Joon sepertinya tidur karena ia memejamkan mata dan tidak bergerak sedikitpun. 

“Apakah kau tahu cinta segitiga yang terburuk itu seperti apa? Cinta segitiga dengan gadis dalam kenangan seorang pria. Jika dia ada di dunia nyata, aku bisa mencari siapa dia. Aku bisa berhadapan dan bertarung langsung dengannya. Tapi jika ia terkunci dalam ingatanmu, bagaimana aku bisa mengalahkannya? Aku benar-benar ingin tahu, ciuman itu untuk siapa? Untukku atau gadis itu?” 


Hening sesaat. 

“Untuk Chun Song Yi….” 

Meski hatinya berbunga-bunga, Song Yi pura-pura tidak mendengar dengan jelas. 

“Siapa?” 

“Chun Song Yi.” 


“Apa kaubilang? Siapa?” Song Yi tersenyum. 

“Chun Song Yi.” 

“Aku?” 

“Benar, kau.” 

Song Yi langsung merapatkan diri pada Min Joon. Min Joon memeluknya dengan kedua tangannya. Persis seperti dalam mimpinya. Aww….ngga bisa berhenti senyum melihat adegan ini^^ 


Keesokan paginya, Yoon Jae menyadari Song Yi tidak pulang semalaman. Ia langsung menelepon kakaknya dan menegurnya. 

Song Yi mengendap-endap keluar dari kamar Min Joon sambil mengangkat telepon Yoon Jae. Ia beralasan habis syuting semalaman dan saat ini ia sedang berada di tempat parkir. Sebentar lagi ia sampai. 


Tapi begitu ia keluar dari apartemen Min Joon, ia melihat adiknya itu berdiri memandangnya. Ini tidak seperti yang kaupikirkan, Song Yi membela diri. 

“Kakak bekerja semalaman?” tanya Yoon Jae. 

“Kedengarannya memang begitu, tapi tidak seperti yang kaupikirkan,” Song Yi berusaha menenangkan adiknya. 

“Masuk ke dalam!” bentak Yoon Jae marah. Haha…ini yang jadi kakak yang mana sih? 


Song Yi duduk di karpet sambil mencabuti benangnya. Persis seperti anak kecil yang sedang dimarahi ayahnya. Yoon Jae memukul sofa dengan kesal. 

“Apa kakak semalaman berada di tempatnya? Apa kakak tidak waras?” 

“Sudah kubilang. Tidak seperti yang kaupikirkan. Ia tidak dalam kondisi untuk berbuat seperti itu.” 

“Bukan itu masalahnya. Semua pria itu sama saja, dasar bodoh!” 

“Tapi…” 

“Gelap, ada dinding dan tembok, maka selesai sudah!” kata Yoon Jae gemas melihat kepolosan kakaknya. 


“Apanya?” 

“Pria itu memiliki beberapa kebutuhan. Gelap, dikelilingi tembok, dan ada atap. Maka hanya satu hal yang ada di pikiran mereka.” 

Song Yi berkata Min Joon bukan orang seperti itu dan lagi Min Joon sedang sakit. 

“Memangnya dia bukan pria kalau sedang sakit?” Yoon Jae berkeras. “Dia pasti memakai selimut. Selesai sudah jika ia punya selimut!” 

Song Yi jadi kesal dan meminta Yoon Jae mendengar baik-baik. Ia dan Min Joon tidak bisa melakukan apapun. Ruangannya memang gelap, ada dinding dan atap, juga selimut, tapi tidak terjadi apapun seperti yang Yoon Jae pikirkan. Aneh, Song Yi malah terdengar kecewa waktu mengatakan itu ;p 


Jae Kyung pergi ke rumah sakit. Ia telah mendapat laporan dari asistennya bahwa ada kemungkinan Hwi Kyung melihatnya di set syuting Song Yi. 

Ia terkejut saat masuk kamar Hwi Kyung, Hwi Kyung sudah sadar dan menyapanya dengan hangat seperti biasanya. Jae Kyung menghampirinya dan kedua orangtuanya yang nampak gembira. Ia bertanya kapan Hwi Kyung sadar. Tadi pagi, jawab ibunya. 


Ia lalu menanyakan kondisi Hwi Kyung pada dokter. Dokter berkata tidak ada tanda-tanda kelumpuhan, juga tidak ada masalah pada syarafnya. Hwi Kyung akan baik-baik saja dalam beberapa hari ke depan. 

Jae Kyung masih ragu dan menanyakannya pada Hwi Kyung. Hwi Kyung berkata ia hanya merasa sedikit pusing. Ia bahkan berterima kasih pada dokter karena mengoperasinya begitu rupa hingga ia tidak perlu dibotaki. Jae Kyung tidak nampak senang mendengarnya. 


“Hanya saja ia tidak ingat apa yang terjadi pada kecelakaan itu,” kata ibunya. Jae Kyung langsung tertarik. 

Hwi Kyung berkata ia hanya ingat memesan katering untuk dikirim ke tempat syuting, tapi ia tidak ingat apa yang terjadi pada hari itu. Dokter berkata hal itu mungkin saja terjadi untuk sementara. Ayah bahkan tidak mempermasalahkannya. 

Hwi Kyung menanyakan keadaan Song Yi pada kakaknya. Ibunya tidak suka puteranya membicarakan Song Yi dan seperti biasa Hwi Kyung membela Song Yi-nya. Ia hendak menelepon Song Yi. Jae Kyung tampaknya lega karena Hwi Kyung tidak ingat kejadian hari itu. 


Yoo Seok dan Detektif Park mengamati rekaman interogasi Jae Kyung namun mereka sulit membaca pikiran Jae Kyung karena ekspresinya tidak pernah berubah. 

Dalam interogasi tersebut, Yoo Seok menanyakan hubungan Jae Kyung dan Yoo Ra. Jae Kyung tetap menyangkal tapi ia berkata mungkin Yoo ra berpikir sebaliknya. Mereka memang pernah bertemu beberapa kali untuk urusan bisnis dan juga beberapa kali makan bersama. Ia berkata polisi pasti sudah menyelidiki masa lalunya. Sejak bercerai dengan istrinya, ia tidak pernah memiliki hubungan dengan wanita lain. 


Detektif Park bertanya apakah Jae Kyung pernah berbicara dengan mantan istrinya. Kami sudah putus hubungan, kata Jae Kyung. Yoo Seok bertanya apa Jae Kyung tahu di mana mantan istrinya sekarang. 

“Kudengar ia pergi ke Inggris. Apa hubungannya dengan kasus ini?” tanyanya nampak khawatir. 

“Kami memiliki sumber yang mengatakan bahwa Han Yoo Ra menemui mantan istrimu.” 

Jae Kyung pura-pura terkejut. “Kalau begitu apa istriku ada di Korea? Atau Han Yoo Ra pergi ke Inggris untuk menemuinya?”” 

Tapi Detektif Park merasa keterjutan Jae Kyung tidak seperti dibuat-buat. Jauh lebih rasional dari orang yang mengaku bisa teleport. Yoo Seok berkata mereka harus memusatkan perhatian untuk mencari di mana mantan istri Jae Kyung. 

Detektif Park berkata latar video itu seperti rumah sakit jiwa. Ia sudah mencari ke mana-mana namun tidak menemukan mantan istri Jae Kyung. Ia melihat catatat asuransi medis mantan istri Jae Kyung, namun hasilnya nihil. Mantan istri Jae Kyung tercatat memiliki sebuah tempat di daerah Gangnam, namun tempat itu kosong. 


Belum sempat menyelidiki lebih lanjut, Yoo Seok dipanggil oleh atasannya. Kepala Penuntut Umum menarik Yoo Seok dari kasus tersebut. Atasannya berkata ia mengerti Yoo Seok sangat ingin menuntaskan kasus pertamanya ini karena itu ia selama ini membiarkannya, tapi untuk apa mereka membuang-buang waktu? 

“Tapi kematian Han Yoo Ra mungkin saja sebuah pembunuhan,” protes Yoo Seok. 

“Oleh siapa? Pewaris S&C? Gunakan akal sehatmu. Ia memiliki segalanya, untuk apa ia melakukan itu?” 

Yoo Seok tetap ingin melanjutkan penyelidikan, tapi atasannya memutuskan untuk menutup kasus ini dengan kesimpulan bunuh diri. Yoo Seok geram namun tidak bisa apa-apa. 


Dan yang berada di balik penutupan kasus itu adalah Presdir S&C, ayah Jae Kyung. Ia bertanya apakah Jae Kyung memang berkencan dengan artis yang sudah mati itu. Kenapa Jae Kyung dipanggil Penuntut? 

Jae Kyung berkata ia menjawab semua pertanyaan dalam interogasi itu dengan jujur. Bahwa ia dan Yoo Ra tidak memiliki hubungan. 

“Benar, kau tidak akan membuat kesalahan,” kata ayahnya yakin. “Jangan lupa, setelah apa yang terjadi pada kakakmu secara tiba-tiba, hanya kau satu-satunya harapanku sekarang. Jangan membuat kesalahan atau memiliki kekurangan. Kau adalah pewarisku.” 

Jae Kyung mengiyakan. 


Min Joon membuka pintu apartemennya. Yoon Jae berdiri di sana dengan wajah di-sangar-sangar-in. 

“Ada apa?” tanya Min Joon, dengan wajah yang masih pucat. 

“Apa kakakku menginap semalam?” 

“Ia tidak tidur.” 

“Permisi,” Yoon Jae nyelonong masuk ke dalam rumah Min Joon. 

“Dia dan kakaknya bersikap seakan ini rumah mereka,” gumam Min Joon. 


Ketika ia tiba di ruang tamu, Yoon Jae sudah duduk dengan tenang. 

“Nyamanlah seperti di rumah sendiri,” ujar Yoon Jae mengisyaratkan agar Min Joon duduk. 

“Ini memang rumahku.” 

Yoon Jae berkata ia sudah mengawasi sejak kakaknya memberi kimchi pada Min Joon, dan akhirnya seperti ini. Min Joon tersenyum geli. 

“Aku bertanya padamu sebagai seorang pria pada seorang pria. Apa kau menyukai kakakku?” tanya Yoon Jae dengan gaya cool. 

“Siapa namamu?” 

“Chun Yoon Jae, Pak,” Yoon Jae segera menyesal telah menjawab pertanyaan Min Joon seperti menjawab pertanyaan gurunya. Ia buru-buru berkata bukan itu yang penting. “Kau menyukai kakakku atau tidak?” 


Min Joon malah tertawa. 

“Tertawa? Kau membuatku duduk di sini dan tertawa?” 

“Aku tidak membuatmu duduk di sana. Kau yang menerobos masuk dan duduk di sana.” 

“Itu benar. Aku ke sini untuk bertanya sebagai seorang pria. Pria dengan pria. Apa kau menyukai kakakku?” 

“Apa kau mau susu coklat?” 

“Kau punya?” sahut Yoon Jae cepat, yang langsung disesalinya. 


Sambil menyesap susu coklatnya, Yoon Jae berkata banyak pria yang mengejar kakaknya sejak kakaknya masih sekolah. Dan ia yang selalu sibuk menangani mereka. Tapi Min Joon adalah pria pertama yang disukai kakaknya. 

“Aku tidak tahu kenapa, tapi…..” perkataan Yoon Jae terhenti. 


Tiba-tiba ia berjalan melewati Min Joon yang sedang duduk… menuju teropong Min Joon. Bagai menemukan mainan yang sudah lama diidam-idamkannya, Yoon Jae melihat-lihat teropong itu. 

“Apa ini teropong bintang?” tanyanya pada Min Joon yang berjalan mendekat. 

“Hmm…” 

“Seberapa jauh teropong ini bisa melihat.” 

“Hingga ke Yupiter dan Saturnus.” 

“Daebakk…” 


Yoon Jae beralih ke teropong di ruangan lain yang ukurannya lebih besar. Kaya di toko mainan aja 

Min Joon menjelaskan kemampuan teropong itu. Itu adalah teleskop yang bisa melihat Andromeda dan kelompok bintang. 

“Semua ini milikmu?” tanya Yoon Jae. 

“Hmmm..” 


“Apa aku boleh minta tolong? Bolehkah aku mengambil selfie? Tepat di samping teleskop ini?” 

Min Joon memperbolehkan. Yoon Jae langsung berpose dengan teleskop itu. Melihat Yoon Jae tertarik dengan bintang-bintang, Min Joon memperlihatkan beberapa foto. 

Itu adalah foto Gurun Atacama di Chili. Yoon Jae bercita-cita ingin pergi ke sana setelah bisa menghasilkan uang. Min Joon berkata itu adalah tempat favoritnya di bumi. Banyak matahari dan berudara kering. Langit yang jernih hingga membuatmu berpikir bintang-bintang berjatuhan di waktu malam. Yoon Jae terpukau mendengar penjelasan Min Joon. 


“Mereka mengatakan pada bulan Maret 20014 Asteroid 2003QQ47 akan menabrak bumi. Jangan percaya hal itu. Jangan bilang kau akan berhenti sekolah karena hal itu,” Min Joon menasihati. 

“Kukura itu betulan karena NASA sudah mengkonfirmasinya. Benarkah berita itu tidak benar?” tanya Yoon Jae. 

Min Joon berkata NASA memperkirakan kemungkinan terjadinya tubrukan dengan asteroid itu adalah 250.000:1 lalu mereka mengumumkan bahwa hal itu tidak terjadi. 

“Oh begitu….aku akan percaya padamu dan tidak akan berhenti sekolah karena serangan asteroid. Aku merasa telah bertemu dengan soulmate –ku. Rasanya benar-benar menyenangkan,” kata Yoon Jae tulus. 


Min Joon tersenyum. 

“Kakakku memiliki banyak kekurangan. Dia benar-benar tidak sebanding denganmu, tapi baik-baiklah padanya. Dan juga, aku ingin mengatakan sesuatu.” 

“Hmm?” 

“Bolehkah aku datang lagi ke sini?” bukan cuma kakaknya, adiknya juga “jatuh cinta” sama Min Joon. 


Song Yi mengunjungi Hwi Kyung, namun wajahnya nampak murung dan ragu. Hwi Kyung menepuk tempat tidurnya dan meminta Song Yi duduk di sampingnya. 


Song Yi menghampiri Hwi Kyung lalu memeluknya. Hwi Kyung kebingungan. 

“Ada apa? Kau akan membuatku terkena serangan jantung dan membuatku kembali koma,” guraunya. 

“Bodoh, bagaimana jika kau mati? Mengapa kau melakukannya?” 


Hwi Kyung berkata untuk apa ia mati meninggalkan Song Yi. Song Yi melepaskan pelukannya dan duduk di samping Hwi Kyung. 

“Jika terjadi sesuatu padamu, aku juga tidak akan hidup. Bagaimana bisa aku hidup? Kenapa kau harus terluka karena aku? Aku tidak pernah melakukan apapun untukmu,” kata Song Yi dengan air mata berlinang. 

“Chun Song Yi, kau membiarkan aku mencintaimu. Coba kulihat, apa kau terluka?” Hwi Kyung memeriksa wajah Song Yi. 


Song Yi semakin sedih melihat perhatian Hwi Kyung seperti itu. Ia menangis. 

“Hwi Kyung-ah…aku minta maaf.” 

“Jangan menangis.” 

“Meski kau seperti ini, tidak ada yang bisa kulakukan untukmu. Aku merasa aku membuatmu tidak bahagia. Aku… menyukai Do Min Joon. Dan aku tidak bisa melakukan apapun mengenai itu.” 

Meski hatinya terluka dan sedih, Hwi Kyung tersenyum. 

“Aku mengerti. Aku juga tidak bisa apa-apa mengenai itu. Sudahlah, kau membuatku nampak menyedihkan,” Hwi Kyung kembali berusaha bercanda. 


“Aku tidak tahu apakah aku bisa hidup tanpa temanku, Lee Hwi Kyung. Tapi aku merasa ini salah. Mari kita…” 

“Chance! (kesempatan),” Hwi Kyung mengangkat tangannya. 

Eh? Apa maksudnya? 


Kilas balik: 

Hwi Kyung babak belur dipukuli anak lain. 

“Hwi Kyung, apa kau tidak apa-apa?” tanya Song Yi khawatir. 

“Chance!” seru Hwi Kyung, dengan hidung berdarah. 


“Ya! Kau sempat-sempatnya menginginkan “chance” sekarang?” 

“Kenapa? Kau bilang terima kasih padaku. Biarkan aku menggunakan “chance” ini suatu saat nanti.” 

Song Yi memarahi Hwi Kyung yang ikut campur saat anak-anak lain mengganggunya. Hwi Kyung berkata itu tidak boleh. Ia akan membunuh orang yang mengganggu Song Yi. 

Song Yi mengeluarkan saputangannya untuk membersihkan luka Hwi Kyung. Hwi Kyung berseru kesakitan. Ia berkata jika Song Yi merasa tidak enak padanya, maka ia meminta kartu “chance”


“Chance apa?” 

“Kabulkan permintaanku saat aku memintanya.” 

“Baiklah.” 

“Benarkah?” seru Hwi Kyung senang. 

Ia meminta Song Yi menandatangani tangannya sebagai tanda kesepakatan. Song Yi menandatangani dengan menulis namanya dengan jari di tangan Hwi Kyung. Hwi Kyung lalu menempelkan tangannya itu ke dahi Song Yi sebagai stempel sah. 


Dan sekarang Hwi Kyung ingin menggunakan kartu “chance” itu. Ia menempelkan tangannya di dahi Song Yi dan bertanya apakah Song Yi masih ingat. Song Yi ingat. 

“Kau tahu aku terus menyimpannya sampai sekarang.” 

“Apa keinginanmu?” tanya Song Yi. 

“Jangan katakan apa yang akan kaukatakan. Tentu saja aku sedikit tidak bahagia karena aku tidak bisa dicintai oleh orang yang kucintai. Tapi jika kau tidak ada di sisiku, maka aku benar-benar tidak akan bahagia. Jadi, jangan katakan apa yang akan kaukatakan.” 

Song Yi menatap Hwi Kyung dengan pipi yang basah oleh air mata. Hwi Kyung mengusap air mata Song Yi dengan lembut. 


Malamnya, Jae Kyung kembali menjenguk Hwi Kyung. Ia tahu Song Yi tadi menjenguk Hwi Kyung. Ia ingat Song Yi pernah berkata bahwa ia memberitahu Hwi Kyung mengenai hubungannya dengan Yoo Ra. 

“Kudengar Song Yi memberitahumu sesuatu mengenai Han Yoo Ra.” 

“Ya, ia mengatakannya,” kata Hwi Kyung polos. 

“Apa yang ia katakan?” tanya Jae Kyung. 

“Bahwa mereka tidak menyukai satu sama lain. Ia bilang Han Yoo Ra menyebalkan. Ia sering mengata-ngatainya di belakang.” 


“Lalu, ada lagi?” 

“Lagi? Apanya?” 

“Apa ia mengatakan sesuatu mengenai kematian Han Yoo Ra?” tanya Jae Kyung, mulai tak sabar. 

Hwi Kyung pura-pura mengingat-ingat. Hwi Kyung berkata Song Yi pernah bilang ia merasa diperlakukan tidak adil karena kematian Yoo Ra bukanlah kesalahannya. Itu saja yang ia ingat. 

Lalu Hwi Kyung memegangi kepalanya, seakan mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum kecelakaan itu. Ia berkata ingatannya hanya sepotong-sepotong. Kepalanya pusing jika ia berusaha mengingat. Tentu saja Jae Kyung tidak ingin Hwi Kyung ingat. Ia menyuruh Hwi Kyung beristirahat. 

Wajah Hwi Kyung berubah serius setelah kakaknya pergi.


Ketika Song Yi pulang, Yoon Jae sedang asyik melihat-lihat foto bintang pemberian Min Joon. Melihat kakaknya, Yoon Jae berkata tetangga mereka boleh juga. 

“Pria pecinta bintang tidak ada yang jahat. Dia suka melihat bintang dengan teleskopnya di rumah, itu sudah menjelaskan karakternya.” 


Song Yi terdiam sejenak. Lalu ia ikut duduk dan bergumam Min Joon bukan hanya suka melihat bintang tapi berasal dari sana. 

“Apa?” tanya Yoon Jae. 

“Kau tidak usah tahu. Apa kau percaya alien itu ada?” tanya Song Yi. 

“Tentu saja ada! Kenapa tidak? Aku orang yang percaya kalau alien mungkin saja tinggal di sebelah rumah kita,” ujar Yoon Jae. 

Song Yi langsung berpikir adiknya orang jenius. 


Kemudian ia pergi ke balkon. Sambil melirik balkon tetangga, ia memanggil Min Joon dengan suara kecil. Tak lama kemudian Min Joon keluar ke balkon. 

“Apa?” tanyanya. 

Song Yi memandang Min Joon dengan takjub. “Daebak…” 

Min Joon bertanya kenapa Song Yi memanggilnya. Song Yi berkata ia sedang mengetes Min Joon apakah Min Joon benar-benar bisa mendengarnya. 

“Apa kau mempermainkan aku?” ujar Min Joon kesal. Ia langsung masuk ke dalam. 


“Do Min Joon! Do Min Joon-sshi!” panggil Song Yi. “Bukan begitu, aku tidak memanggilmu untuk melihat apakah kau bisa mendengarku. Aku kangen. Aku memanggilmu karena aku kangen. Kubilang aku memanggilmu karena aku kangen!” 

Min Joon tidak keluar lagi. Song Yi mengomel Min Joon orang yang berpikiran sempit. Tapi begitu berbalik ia terkejut karena Min Joon ada di hadapannya. Ia belum terbiasa meski sudah beberapa kali mengalaminya. 


Min Joon mencubit pipi Song Yi karena sudah mengatainya berpikiran sempit. Song Yi menyuruh Min Joon melepasnya. Tapi Min Joon tidak mau. Song Yi berusaha membalas tapi tangannya tidak sampai ke pipi Min Joon. 


Song Yi masuk ke dalam dan membuat dua cangkir kopi. Yoon Jae mengira satu cangkir lagi untuknya. Song Yi berkata Yoon Jae terlalu muda untuk minum kopi, dua-duanya untuknya karena ia harus bergadang semalaman menghafal naskah. 

Song Yi dan Min Joon minum kopi bersama di balkon. Song Yi bertanya apakah ayah Min Joon juga berasal dari planet yang sama dengan Min Joon. Maksudnya Pengacara Jang. Min Joon mengaku Pengacara Jang bukanlah ayahnya tapi figur ayah yang dimilikinya. 

“Beliau bukan ayahmu? Jadi kau tidak memiliki keluarga di sini?” 

“Aku tidak bisa memilikinya.” 

“Jadi kau hidup selama ini tanpa keluargamu?” 

Min Joon hanya diam membenarkan. 


Song Yi bercerita kalau ia sudah bertemu dengan ayahnya. Meski kecelakaan yang dialaminya membuatnya terkejut dan kesulitan, tapi berkat kecelakaan itu ia bisa melihat ayahnya lagi. Meski mereka belum bisa tinggal bersama lagi, tapi ia bisa melihat ayahnya kapanpun ia mau. Dan itu membuatnya lega, seperti beban berat terangkat dari hatinya. 

“Syukurlah,” kata Min Joon tersenyum. 

Song Yi menaruh tangannya di tangan Min Joon. 

“Do Min Joon-sshi, sekarang aku di sini. Aku akan tinggal lama di sisimu dan tidak akan melarikan diri,” kata Song Yi lembut. 


Tiba-tiba Song Yi nampak kaget dan ketakutan. 

“Ada apa?” tanya Min Joon bingung. 

“Tapi Do Min Joon-sshi, apa wajahmu akan terus seperti ini? Kurasa begitu. Ketika aku melihat foto 100 tahun lalu, wajahmu sama seperti sekarang hanya gaya rambutmu yang berubah. Bagaimana bisa begitu?” 


“Waktu di planetku dan di bumi tidaklah sama. Begitu juga dengan laju penuaan.” 

“Kalau begitu bagaimana denganku? Kulitku akan mengendur dan aku akan berkeriput. Rambutku akan beruban dan punggungku akan membungkuk. Aku akan jadi nenek-nenek!” ujar Song Yi panik. 

“Tenanglah, kau akan tetap cantik meski kau menjadi tua,” Min Joon berusaha menghibur. 

“Lupakan! Inilah sebabnya gadis-gadis bersedia digigit dan menjadi vampir dalam film-film vampir. Karena tidak akan happy ending jika si wanita menua dan si pria tetap muda dan menawan meski mereka hidup bersama!” 

“Chun Song Yi..” 

“Aku tidak mau mendengar apapun saat ini. Aku akan masuk ke dalam. Udara dingin bisa mempercepat proses penuaan.” 

Song Yi cepat-cepat masuk ke dalam. Sementara Min Joon terlihat sedih. Sebulan lagi ia pergi, dan sebenarnya apa yang dikhawatirkan Song Yi tidaklah akan terjadi. Tapi sepertinya Min Joon belum berani mengatakannya pada Song Yi. 


Song Yi berusaha keras menghambat proses penuaannya. Ia mengenakan masker… 

“Apakah ini cukup? Aku hancur….” 

Berolah raga semakin giat…. 

“Aku tidak boleh jadi tua. Tidak boleh!! Aku hampir 30 tahun, apa yang harus kulakukan??!” 


Ia melihat acara di TV bahwa meniup sarung tangan karet bisa memperbesar kapasitas paru-paru dan mengeluarkan radikal bebas hingga menghambat penuaan diri. Song Yi buru-buru lari ke dapur, merebut sarung tangan karet yangs edang digunakan ibunya untuk mencuci, lalu meniupnya sekuat tenaga. Ibu Song Yi geleng-geleng kepala melihat tingkah puterinya. 


Ketika Min Joon bercerita pada Pengacara Jang mengenai ketakutan Song Yi untuk menjadi tua, Pengacara Jang bisa mengerti mengapa Song Yi bersikap seperti itu. Tapi menurutnya yang terpenting bukan itu. 

“Sebulan lagi, kau akan….” 

“Sssstt…” Min Joon memberi isyarat agar Pengacara Jang berhenti bicara. 

Ia menunjuk alat penyadap yang tertempel di tas Pengacara Jang. Ia menulis di ponselnya bahwa tas Pengacara Jang disadap. Ia meminta Pengacara Jang bersikap natural, berpura-pura tidak tahu. 


“Oya, aku bertemu dengan Direktur Lee Jae Kyung,” kata Min Joon. 

“Ah, begitukah?” Pengacara Jang ikut bersandiwara. 

Di suatu tempat, asisten Jae Kyung menulis isi percakapan mereka. 

“Dia memintaku untuk membantunya. Ia bilang ia akan membantuku.” 

“Jadi apa yang kaukatakan?” 

“Kubilang aku akan memikirkannya. Sepertinya itu bukan tawaran buruk karena aku hanya perlu melindungi Chun Song Yi. Tapi aku memberi syarat agar Lee Jae Kyung tetap diam dan tidak melukai siapapun saat ini. Selama ia menepati janjinya, aku berencana untuk bekerja sama.” 

“Benarkah?” tulis Pengacara Jang di ponselnya. Min Joon tersenyum dan menggeleng. 

“Baiklah kalau begitu, memang patut dipikirkan,” kata Pengacara Jang. Lega karena Min Joon tidak benar-benar akan bekerjasama dengan Jae Kyung. 


Ibu Song Yi berkata ia benar-benar kaget saat menerima telepon bahwa kontrak Song Yi (dengan S&C) sudah dibatalkan. 

“Do Min Joon sudah membayar 3 kali lipat biaya kontrak.” 

Song Yi baru tahu soal itu. 

“Kak Min Joon melakukannya?” tanya Yoon Jae. 

“Kak Min Joon?” ibu Song Yi kaget mendengar panggilan Yoon Jae pada Min Joon. 

“Dia benar-benar kakak yang keren. Jika Kakak berpacaran dengannya, aku memberikan restu.” 

“Hei, Ibu tidak suka. Masih ada Hwi Kyung. Dan lagi Manajer Do memiliki ayah yang mengerikan. Oya, bukankah Hwi Kyung akan keluar rumah sakit besok?” 


Hwi Kyung keluar dari rumah sakit bersama keluarganya. Tpai ia tidak mau pulang ke rumah. Ia meminta kakaknya mengantar ke rumah Song Yi. Bagaimana dengan makan malam, tanya ibunya. Hwi Kyung berkata ia akan makan malam bersama Song Yi. 

Ayah menggerutu bedah otak tidak bisa mengubah Hwi Kyung menjadi lebih dewasa. Tidak ada yang berubah. Hwi Kyung meringis. 


Ia hendak naik mobil kakaknya ketika melihat asisten kakaknya. Tapi itu bukanlah asisten Jae Kyung yang dulu. 

“Lama tak bertemu,” sapa Hwi Kyung. “Sepertinya aku pernah melihatmu di kantor kakakku. “ 

Orang itu kebingungan. Ia berkata ia pegawai baru dan baru bekerja beberapa hari. 

“Oh begitukah? Aku sulit mengingat orang dan terus saja salah mengenali orang,” keluh Hwi Kyung. Padahal ia hanya berpura-pura agar kakaknya tidak mencurigai dirinya. 


Jae Kyung menurunkan Hwi Kyung di depan gedung apartemen Song Yi. Tapi setelah kakaknya pergi, Hwi Kyung menghentikan taksi. 

Hwi Kyung pergi ke set syuting. Ia menanyai staf yang mengurus masalah perlengkapan. Ia bertanya siapa yang bertanggungjawab menangani pemasangan dan pengecekan katrol. Staf itu berkata tim spesial efek film yang melakukannya. 

Ia menanyakan keadaan Hwi Kyung. Ia merasa bersalah karena terjadi kecelakaan itu. Seharusnya mereka mengecek dengan lebih hati-hati. Ia berkata biasanya kecelakaan seperti itu tidak pernah terjadi. Ia menunjukkan baut yang sudah aus (kalau bahasa Sunda-nya: udah dol^^) pada Hwi Kyung. Itu adalah baut yang digunakan saat itu. 

Hwi Kyung menenangkan staf itu. Ia datang bukan untuk menyalahkan siapapun. Ia hanya penasaran. Ia bertanya apakah tim spesial efek selalu terdiri dari orang yang sama. Staf itu berkata kadang-kadang mereka meminta bantuan pekerja paruh waktu dan hari itu memang ada beberapa pekerja paruh waktu. Hwi Kyung bertanya apakah staf itu memiliki daftar nama pekerja paruh waktu hari itu. Staf itu pergi mengambil daftar. 


Min Joon menjemput Song Yi. Yoon Jae menyambutnya dengan wamah lalu berteriak memanggil kakaknya. 

“YA, Chun Song Yi!! Cepat keluar! Kak Min Joon menunggu. Astaga…” 

“Err… apakah kau tidak terlalu kasar pada kakakmu?” 

“Ah, begitukah? Aku akan memperbaikinya,” kata Yoon Jae menurut. 


Song Yi keluar dari kamarnya. Kedua pria itu bengong melihat Song Yi berpakaian seperti anak sekolah. 

“Kenapa? Apa aku terlihat aneh?” tanya Song Yi dengan suara imut. 

“Iya,” gumam Min Joon. 

Song Yi langsung balik kanan bubar jalan masuk kembali ke kamarnya. 

“Kakakku benar-benar banyak kekurangan,” kata Yoon Jae. Seakan khawatir Min Joon tidak menyukai kakaknya lagi setelah melihatnya seperti itu. Namun Min Joon sadar, kekhawatiran Song Yi akan menjadi tua yang membuatnya seperti itu. 


Dalam perjalanan menuju tempat syuting, Song Yi curhat mengenai adegannya yang tidak jadi dilakukan namun ia tidak diberitahu hingga menunggu seharian. Min Joon bertanya Song Yi akan melakukan adegan apa hari ini. 

“Adegan action….dan adegan kiss.” 

“Apa?” 

“Adegan action dan kiss.” 

“Gunakan pemeran pengganti.” 


“Untuk adegan action?” 

“Bukan, untuk adegan kiss.” 

“Itu tidak mungkin. Siapa yang menggunakan pemeran pengganti untuk adegan kiss?” 

“Maka jadilah yang pertama! Kenapa harus selalu mengikuti apa yang orang lain lakukan? Jadilah aktris yang original dan kreatif.” 

“Menggunakan pemeran pengganti untuk adegan kiss adalah original? Kau benar-benar kolot.” 

“Bukannya aku kolot, tapi memang seharusnya seperti itu.” (Hehe…aku bertanya-tanya apa percakapan seperti ini yang terjadi antara Jeon Ji Hyun dan suaminya saat akan syuting drama ini^^) 

“Aku bohong. Semuanya hanya adegan action. Berlari, meluncur, berpegangan, dan berguling,” kata Song Yi enteng. 

“Gunakan pemeran pengganti.” 

Min Joon mengingatkan dokter berkata kalau Song Yi mengalami luka dalam dan pembengkakan paru-paru. Jika kurang istirahat bisa kembali pendarahan atau terkena infeksi. 

“Kalau begitu apa aku sebaiknya meminta sutradara mengganti semua adegan tersebut dengan adegan kiss?” tanya Song Yi. 

“Hei!!!” seru Min Joon kesal. 

Song Yi tertawa, menikmati kecemburuan Min Joon. 


“Do Min Joon-sshi, perhatikan aku. Aku biasanya tidak pernah mempertimbangkan sebuah peran jika bukan sebagai pemeran utama. Banyak orang yang menertawakan aku saat ini. Tapi kurasa aku lebih bahagia sekarang dibandingkan ketika aku menjadi pemeran utama. Karena Do Min Joon-sshi melihatku di sampingku. Mulai sekarang, perhatikan aku. Mungkin akan membutuhkan waktu, tapi aku akan kembali ke posisiku semula.” 

Lagi-lagi Min Joon hanya diam. Mungkin dalam hatinya, ia sadar ia tidak bisa melihat Song Yi kembali ke posisinya semula karena sebulan lagi ia harus pergi. 


Mereka tiba berbarengan dengan Se Mi. Se Mi menyapa Min Joon dengan sopan dan bertanya mengapa Min Joon datang. 

“Untuk apa lagi, ia ikut denganku,” kata Song Yi ketus. 

“Kenapa Profesor mengikutinya ke sini?” 

“Aku ke sini sebagai manajer Chun Song Yi,” Min Joon menjelaskan. 

Se Mi mengungkapkan kelegaannya, tadinya ia pikir Song Yi akan kesulitan tanpa agensi. Ia bertanya apakah kontrak dengan S&C tidak berjalan baik. Tidak, jawab Song Yi. 

Se Mi lalu berkata mereka akan diwawancarai, sebagai sahabat. 


Maka merekapun duduk bersama untuk diwawancara. Mereka diwawancara bersama karena dikenal sebagai sahabat karib dalam dunia entertainment. Se Mi tersenyum sementara Song Yi terlihat sinis. 

Pewawancara menanyakan berita Song Yi dan seorang chaebol yang baru-baru ini menjadi skandal. 

“Ia hanya seorang teman (Min Joon tersenyum). Tentu saja ia teman yang sangat kusukai dan kusayangi ” 


Pewawancara berkata tampaknya Song Yi terus menerus ditimpa skandal sementara Se Mi begitu adem ayem. Apa tidak ada berita mengenai kekasih? 

“ Song Yi selalu disukai para pria sejak kami kecil. Karena itu mendua, mentiga…” 

“Hei, kapan aku…” Song Yi protes. 

“Aku hanya bercanda,” Se Mi tertawa. 

Min Joon mulai melihat wawancara itu tidak baik untuk image Song Yi. 


Pewawancara lalu meminta Song Yi memberi tips untuk Se Mi agar bisa menjadi sepopuler itu. 

“Kau hanya harus cantik,” kata Song Yi sinis. Dengan kata lain, Se Mi tidak cantik. 

Pewawancara sampai kebingungan mendengar jawaban Song Yi. Ia lalu beralih pada Se Mi dan bertanya bagaimana perasaannya menjadi pemeran utama. 

“Sebenarnya aku sedikit tertekan, tapi karena aku melakukannya bersama Song Yi, aku merasa lebih lega.” 

“Menurutmu kenapa begitu, Chun Song Yi-sshi?” 

“Ya, kenapa begitu?” ujar Song Yi ketus. 


“Ketika Song Yi menjadi pemeran utama dan aku pemeran pembantu, ia banyak membantuku. Kurasa sekarang giliranku,” kata Se Mi. 

“Yoo Se Mi selalu seperti malaikat,” puji pewawancara. “Chun Song Yi-sshi, kau pasti senang memiliki teman sepertinya. Mengapa kalian tidak mengatakan sesuatu satu sama lain?” 

“Song Yi, persahabatan kita tidak akan pernah berubah, iya kan?” Se Mi memegang tangan Song Yi. 

“Apa?” Song Yi malah menertawakan Se Mi. 

Min Joon menghela nafas panjang. 


Setelah wawancara itu, Min Joon bertanya sebenarnya Song Yi ingin karirnya kembali atau tidak. Bukankah seharusnya bersikap pura-pura seperti yang diperlihatkan Se Mi tadi? Song Yi kesal karena Min Joon lagi-lagi berpihak pada Se Mi. 

Mereka berpapasan dengan sutradara dan para asistennya. Song Yi menegur mereka karena tidak memberitahu pembatalan syuting hari itu lalu meninggalkannya sendirian. Asisten sutradara meminta maaf karena ia lupa menghubungi Song Yi. Sutradara memarahi asistennya dan meminta pengertian Song Yi. Lalu mereka buru-buru pergi. 

Song Yi melihat mereka dengan kesal. Dulu mereka bahkan tidak berani menatap matanya. 


Min Joon mendengar sutradara dan asistennya bercakap-cakap. Asisten meminta maaf atas kelalaiannya menghubungi Song Yi. Sutradara malah memujinya. Ia dendam karena Song Yi dulu berkali-kali menolak skripnya dan selalu bersikap sombong. Mendengar itu, asisten satu lagi mengusulkan untuk memanjang-manjangkan jadwal syuting Song Yi hingga Song Yi tertahan seharian di set syuting. 


Syuting dimulai. Song Yi harus meluncur dan berguling lalu mengacungkan senjata. Tapi sutradara dengan sengaja menyuruh Song Yi berkali-kali melakukan adegan tersebut. Min Joon sadar ini semua hanya ulah si sutradara. 

Meski kesal dan kelelahan, Song Yi berkeras tidak mau menggunakan pemeran pengganti ketika Min Joon menyarankannya. Min Joon mengkhawatirkan kondisi kesehatan Song Yi. Song Yi yakin ia bisa menyelesaikannya dengan cepat. Ia sudah melakukan pekerjaan ini ribuan kali sejak kecil. Hanya saja ia tidak tahu apa yang salah dengan aktingnya hingga harus terus diulang. 


Song Yi kembali melakukan adegan tersebut. Lagi…dan lagi.. Sutradara terus meneriakkan:Cut! NG (not good)! Min Joon hampir kehilangan kesabaran. Setelah entah berapa kali Song Yi berguling, sutradara malah berkata ia lebih suka adegan yang pertama kali dilakukan Song Yi. 

Min Joon kesal. Dengan kekuatannya, ia membuat sutradara berguling seperti yang tadi dilakukan Song Yi. Asisten sutradara yang hendak membantunya juga ikut terguling. Song Yi menatap Min Joon. Min Joon menatap Song Yi lalu mengedikkan bahu, pura-pura tidak tahu. 


Song Yi bertanya apakah Min Joon yang tadi membuat sutradara dan asistennya terjatuh. Min Joon menyangkal dan pura-pura tidak tahu. Tapi Song Yi tahu. Ia memeluk lengan Min Joon. 

“Kenapa kau seperti ini?” 

“Kenapa? Tidak ada yang melihat kita. Benar-benar menyenangkan memiliki manajer alien. Kau bisa melakukan apapun. Apa lagi yang bisa kaulakukan?” 

Min Joon bertanya apa Song Yi tidak kedinginan. Aku kedinginan, jawab Song Yi. 

“Apa kau bisa mengeluarkan api dari tanganmu? Atau menembakkan api dari jarimu?” 


“Itu akan memulai kebakaran hutan.” 

“Ah iya juga. Tapi kau bisa, kan?” 

“Memangnya aku ini Vectorman?” 

Song Yi sadar Min Joon tidak bisa. Tapi ia kedinginan, apakah Min Joon tidak bisa membuatnya lebih hangat? 

Tentu saja bisa. Min Joon merangkul pundak Song Yi. Song Yi tersenyum senang. 

“Ah, benar-benar hangat,” ujarnya, sambil bersandar di bahu Min Joon. 


Malam pun tiba. Syuting adegan berikutnya diundur 1 jam lagi. Song Yi yang sudah berpengalaman tahu kalau diundur 1 jam artinya 3 jam. Apa yang harus mereka lakukan selama menunggu? 

Song Yi menoleh dan melihat beberapa staf duduk bermain kartu. 

Tak lama kemudian Song Yi duduk bersama mereka dan ia terus menerus menang. Song Yi berkata ia tidak tahu roh apa yang merasuki dirinya hingga ia bermain sangat baik. Ia terus menerus menang hingga ada yang bertanya apa Song Yi master kartu. 


Ngg..sebenarnya master curang, karena Min Joon menghentikan waktu dan menukar kartu Song Yi. Tampaknya Song Yi juga menyadari hal itu karena ia melirik penuh arti. Min Joon tersenyum. Prinsipnya, asal Song Yi senang


Kemudian mereka duduk di dekat api unggun. Song Yi berkata ia belum hidup lama tapi menunggu tidak pernah semenyenangkan ini. Ia bahkan tidak peduli jika harus menunggu semalaman. Ia lalu menyandarkan kepalanya pada Min Joon. 

“Apa yang akan kita lakukan pada hari ke-100 kita?” 

Min Joon terdiam. Song Yi mengulang pertanyaannya. 

“Hari ke-100?” tanya Min Joon. 

“Dulu aku menertawakan orang yang melakukan hal itu. Tapi setelah aku mengalaminya sekarang, aku merasa berbeda. Aku tahu ini klise tapi aku ingin merayakan semuanya. Hari ke-100, 1 tahun pacaran, hari ke-1000, aku ingin merayakan semua hari itu. Tapi kapan hari pertama kita? Kita anggap saja hari ini?” 


“Apa yang ingin kaulakukan pada hari-hari itu?” 

“Hal-hal yang dilakukan orang lain. Pada hari ke-100, mengenakan cincin berpasangan dan couple shirt. Kau tahu restoran berputar di Menara Namsan?Aku ingin makan malam di sana sambil menikmati pemandangan malam. Di sana ada tempat untuk memasang gembok. Aku pernah ke sana untuk syuting. Kupikir aku akan ke sana lagi dengan kekasihku dan memasang gembok cinta.” 

Min Joon nampak semakin sedih dan menderita mendengar kata-kata Song Yi. 

“Untuk peringatan 1 tahun, kita harus makan es krim. Kau tahu, cincin di dalam es krim. Dan mungkin sebuah perjalanan untuk merayakannya? Bagaimana dengan hari ke -1000? Bukankah itu sekitar 3 tahun lamanya? Kau ingin bepergian ke Eropa? Mungkin 1-2 minggu?” 

Min Joon berusaha menahan tangisnya. Song Yi bisa merasakan kesedihan Min Joon. 


“Kenapa?” tanyanya khawatir. “Ada apa lagi? Bukankah kita berpacaran? Apa lagi-lagi aku yang terlalu berlebihan? Itukah sebabnya kau mengatakannya? Bahwa kau melakukan hal paling egois yang kaulakukan?” 

“Chun Song Yi…hal-hal yang ingin kaulakukan, mari kita lakukan lebih awal. Mari kita lakukan semuanya dalam waktu sebulan,” Min Joon berusaha tersenyum. 

“Kenapa? Kenapa sebulan?” 

Awalnya Min Joon tidak bisa menjawab tapi Song Yi terus mendesak. 


“Aku….akan pergi.” 

“Apa maksudmu pergi? Pergi ke mana?” Mata Song Yi mulai berkaca-kaca. 

“Ke tempat asalku….sebulan lagi, aku kembali ke tempat aku berasal. Aku harus kembali,” Min Joon menatap Song Yi. 

Song Yi tertegun. 

Min Joon menangis. 


Epilog episode 16: 

100 hari kemudian…. 

Di menara Namsan, tergantung gembok bertuliskan Chun Song Yi – Do Min Joon di antara gembok-gembok lainya. 


Song Yi berdandan cantik dan duduk di restoran menara tersebut. Ia terus menerus melihat ke arah pintu. Namun yang masuk bukanlah orang yang dinantinya. Tiba-tiba ia tersentak… 

Apakah orang yang dinantinya muncul? Atau lagi-lagi orang yang salah? 


(Bersambung)
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Google Translate

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Love and Like Movie - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger