Home » , , , » MY LOVE FROM THE STAR EPISODE 17 (2014)

MY LOVE FROM THE STAR EPISODE 17 (2014)

Written By Regina Kim on Wednesday, December 31, 2014 | 12:45 AM


Also known as : You Who Came from the Stars,You from Another Star,My Love from the Stars,My Love from Another Star,Man from the Stars,Man from Another Star
Genre : Romance,Comedy,Drama,Sci-Fi
Written by : Park Ji-eun
Directed by : Jang Tae-yoo
Country of origin South Korea
Originallanguage(s) Korean
No. of episodes 21
Production : Executiveproducer(s) Choi Moon-suk
Producer(s) Moon Bo-mi
Location(s) Korea
Cinematography Lee Gil-bok, Jung Min-gyun
Camera setup Multiple-camera setup, Running time 70 minutes
Productioncompany(s) HB Entertainment
Broadcast : Original channel SBS and regional affiliates
Picture format 1080i (HDTV), Original run 18 December 2013 – 27 February 2014

STARRING : 


SINOPSIS LENGKAP :


Min Joon berkata saat ia ditinggal di bumi, ia tak dapat menghentikan keinginan untuk pulang ke planet asalnya. Oleh karena itulah ia menerima pekerjaan di bagian meteorology. 


Min Joon menghabiskan dengan membaca buku hingga larut malam hingga salah satu rekan kerjanya menggoda Min Joon. Jangan-jangan nanti orang berpikir kalau seluruh pekerjaan bagian meteorology dikerjakan oleh Min Joon seorang saja.

Min Joon hanya tersenyum dan temannya bertanya buku apa yang sedang Min Joon baca. Min Joon menunjukkan buku tersebut dan berkata kalau ia kagum pada pengarang buku tersebut, Lee Son Ji, yang bisa menghitung gerhana bulan dan matahari secara tepat, bahkan bisa memperikirakan orbit lima planet secara benar.


Teman itu heran, apa mungkin Min Joon berpikir kalau dunia itu bulat dan berputar. Min Joon mengiyakan dan temannya itu kaget, “Astaga! Jika bumi itu berputar, pasti semua orang akan merasa pusing jika berdiri. Dan dari mana kau tahui kalau bumi itu bulat?”


Min Joon tertawa geli, membuat temannya heran. Min Joon pun menjelaskan sambil menerawang, “Jika kau melihatnya dari jauh, kau bisa melihat kalau Bumi itu sangatlah cantik.”

“Apa kau pernah melihatnya?”

Min Joon hanya tersenyum tanpa menjawab.


Pada kita, Min Joon menjelaskan kalau dari kejauhan, Bumi itu sangatlah cantik. Banyak orang dari planetnya yang ingin tahu tentang Bumi dan ingin berkunjung . Mereka membuat sebuah asteroid yang kelihatan seperti asteroid biasa. Agar asteroid itu tak terlihat dalam oleh bumi, asteroid itu dimasukkan pada sebuah orbit asteroid yang memiliki waktu putar 404 tahun bumi.


“Apakah aku harus menunggu lagi selama itu jika kali ini aku melewatkan kesempatan? Aku tak tahu apa yang akan terjadi. Gravitasi bisa menghilangkan orbit. Dan yang lebih penting, jika aku tak dapat kembali kali ini,” mata Min Joon menerawang. “Aku mungkin akan menghilang tak lama lagi. Aku mungkin akan mati.”


Song Yi heran dengan permintaan Min Joon yang minta untuk melakukan semua keinginan Song Yi dalam waktu sebulan. Mengapa mereka harus melakukan itu? Ia masih belum mengerti saat Min Joon menjawab kalau ia akan segera pergi. Pergi kemana?


“Kembali ke tempat asalku. Dalam waktu sebulan, aku akan pergi ke tempat asalku,” Min Joon tak tahan menatap mata Song Yi yang sudah berkaca-kaca, tanpa terasa matanya basah.


“Kau akan pergi?” Song Yi berbisik tak percaya. Tapi Song Yi mencoba tabah dan mengijinkan Min Joon untuk pergi. “Dan kapan kau akan kembali? Hmm? Katakan padaku. Aku akan sabar menunggu.”

Min Joon menunduk, tak tega melihat mata Song Yi yang berharap saat berkata, “Satu tahun? Dua tahun?” Min Joon menunduk semakin dalam mendengar suara Song Yi bergetar saat meneruskan, “Sepuluh tahun? Apa kau tak akan kembali lagi?”


Min Joon mengangguk dan menunduk, menahan tangis yang sudah membuncah di dadanya. Dan semua ini baru dimengerti oleh Song Yi yang sekarang merasa marah, terkhianati. “Jadi inikah alasannya? Hal teregois yang pernah kau lakukan? Jadi karena inikah, kau brengsek?”


“Kau adalah orang paling brengsek yang pernah aku temui!” Song Yi berteriak marah. “Satu bulan? Hanya satu bulan?” Min Joon tak bisa menjawab, Song Yi pun tak menunggu jawaban. Ia langsung pergi meninggalkan Min Joon.


Ia menemui Se Mi yang akan pulang ke Seoul. Ia meminta Se Mi memberikan tumpangan kepadanya untuk pulang. Tanpa menunggu jawaban ia langsung masuk mobil.


Sepanjang perjalanan, Song Yi menangis tersedu-sedu, membuat Beom dan Min Ah khawatir. Se Mi bingung dan mencoba bertanya, tapi Song Yi malah mengangkat tangannya, mengisyaratkan agar Se Mi diam. Ia pun bertanya. Pada Beom, “Bisakah kau matikan lagunya? Aku sedang tidak mood mendengarkan.”


Beom serta merta mematikan tape, membuat Se Mi menegur, “Beom, ini kan mobilku.” Tapi Beom kali ini berani membantah, “Maaf, tapi kata noona ia sedang tidak mood.”


Belum sempat Se Mi berkomentar, Song Yi sudah bersuara lagi “Apakah kau punya ‘Seperti tertembak..Tidak.. Aku akan menyingkir agar kau bisa terus hiduupp..” dengan suara bergetar dan parau Song Yi menyanyikan lagu-lagu mellow.


Se Mi bingung melihat temannya yang tak biasanya begini. Sementara Min Ah dan Beom tak kuasa menahan kesedihan melihat Song Yi yang terus sambil meminta Beom mencarikan lagu “Ku tak bisa biarkan kau pergiiiiii…”


Yoon Jae dan ibu sedang mendengarkan berita tentang komet terbesar abadi ini ISON yang diduga telah hancur setelah mendekati matahari, karena tak tahan dengan panas dan gravitasi matahari. Ada pula berita tentang Deep South, asteroid yang kembali muncul setelah 400 tahun yang lalu pernah melintasi orbit Bumi. Dan sebentar lagi akan terjadi hujan meteor yang paling besar di abad ini.


Song Yi muncul dengan memakai kacamata hitam, membuat ibu heran. Tapi Song Yi tak menjawab, malah langsung masuk ke dalam kamar. Ibu bertanya pada Yoon Jae yang memberi dugaan kalau mungkin Min Joon Hyungnya menolak Song Yi. Ibu benar-benar kesal pada Min Joon dan akan memberi pelajaran jika ia berhasil menemui Min Joon.


Tapi Yoon Jae adalah team Min Joon sejati. “Dia itu jauh lebih baik daripada noona.” Ibu kesal dan memukul bahu Yoon Jae hingga putranya kesakitan.


Di lokasi syuting, sutradara mendapat laporan kalau Song Yi menghilang, membuat sutradara bertanya-tanya apakah ini cara Song Yi untuk balas dendam karena kemarin mereka meninggalkan Song Yi sendirian. Sutradara berniat akan mengganti Song Yi dengan aktris lain.


Min Joon mendekat dan sebelum Sutradara marah-marah padanya, ia memberitahu kalau Song Yi sekarang kembali ke Seoul untuk berobat ke rumah sakit. 


“Saya yakin kalian pasti ingat bagaimana Chun Song Yi jatuh dan harus dioperasi karena kesalahan tim kalian. Anda malah menyuruh mengulang adegan yang sama sebanyak 9 kali dan kemudian berkata akan mempergunakan pengambilan adegan yang pertama. Song Yi sekarang terluka dan pergi ke rumah sakit karena adegan itu.”


Sutradara tak bisa berkata apa-apa saat Min Joon dengan wajah datar berkata kalau Song Yi merasa menyesal karena membuat jadwal syuting tertunda. Sutradara langsung merubah ekspresi wajahnya menjadi manis dan berkata kalau ia akan segera menjadwal ulang adegan Song Yi itu.


Hwi Kyung mendapatkan daftar nama part timer yang bekerja di hari kecelakaan itu. Benar saja. Ada nama dan foto asisten Jae Kyung di daftar itu. Ia menghubungi nomor telepon yang tertera, tapi nomor itu tak aktif. Kecurigaannya semakin meruncing.


Di bawah Hwi Kyung bertemu dengan Jae Kyung yang katanya baru pulang dari tempat penampungan hewan. Ia memberi ucapan selamat pada Jae Kyung yang menerima Penghargaan Usahawan Muda. Ia juga mengajak Jae Kyung untuk berziarah ke makam kakak mereka.

Tapi Jae Kyung menolak karena ia ada masih ada pekerjaan besok. Hwi Kyung merasa kakak mereka pasti merasa sedih, “Kakak dulu lebih sayang padamu daripada aku.”

Setelah Jae Kyung berlalu, ekspresi ceria Hwi Kyung berubah.


Min Joon kembali ke rumah dan mendengar Song Yi masih menangis dan ibunya yang khawatir pada putrinya. Ia hanya bisa menghela nafas dengan muram. Ia membaca buku yang dulu pernah dipinjamkan pada Song Yi. Dengan suara tangisan Song Yi yang terdengar dari ruang kamar Min Joon, kita mendengar suara Min Joon yang membacakan potongan cerita dari buku tersebut.


Lihatlah padaku.
Kau membuat sebuah harapan untukku, Nek.
Aku telah belajar tentang cinta.


Benar-benar sangat buruk.
Rasanya sakit. Hatiku terluka.
Kumohon bantulan aku.


Pagi-pagi sekali, Min Joon mendengar ibu bertanya pada Song Yi yang sudah bersiap untuk pergi. Song Yi menjawab pendek kalau ia akan jogging. Min Joon pun menyusul Song Yi dan meminta Song Yi untuk berhenti sebentar karena ada yang ingin ia bicarakan pada Song Yi


Tapi Song Yi menolak karena berbeda dengannya, ia tak ingin bicara pada Min Joon. Ia segera mempercepat langkahnya, tapi Min Joon berhasil menjajarinya dan bertanya mengapa Song Yi tak menjawab panggilan teleponnya. Song Yi langsung menjawab sinis, “Kenapa juga aku harus menjawabnya? Kau kan akan pergi dalam sebulan.”

“Karena itulah dulu aku bilang kalau hubungan ini tak akan berhasil,” dalih Min Joon.

Tapi Song Yi memotongnya, “Ya! Karena itu aku mundur Sudah kukatakan kalau aku akan melepaskanmu. Tapi kau malah muncul tiba-tiba dan menjadi manajerku. Kau yang membuatku melayang dan menciumku. Itu semua adalah kau!”


Song Yi berlari namun dengan mudah Min Joon menyusulnya. Ia melakukan itu karena Song Yi telah membuatnya khawatir karena telah menandatangani dengan orang yang tak benar. Tapi Song Yi tak percaya, bagaimana mungkin Jae Kyung itu orang yang tak benar.

“Dan ada gosip kalau kau bertunangan!”

“Kurasa aku akan bertunangan,” Song Yi terus berjalan cepat, tak peduli Min Joon yang berteriak kaget. “Aku akan bertunangan dengan siapa saja pada hari keberangkatanmu untuk menunjukkan padamu.”


Song Yi mengacuhkan Min Joon, bahkan mengangkat telepon dari Hwi Kyung dan berjalan semakin cepat, membuat Min Joon semakin kesal. Ia berteriak untuk menghentikan Song Yi, tapi Song Yi terus berjalan pergi.


Teriakan Min Joon itu menarik perhatian seorang gadis yang sedang duduk di kamar. Mata gadis itu terbelalak melihat Min Joon dan berseru memanggilnya, “Profesor!”


Min Joon berbalik dan melihat gadis itu menghampirinya, tersenyum senang melihatnya, “Oh, ini beneran Anda? Saya kira saya tak akan bisa melihat Anda lagi.”

“Siapa..,” Min Joon ragu-ragu.


Gadis itu menepuk perut Min Joon akrab, mencoba mengingatkan Min Joon. “Ini saya, Go Hye Mi. Saya mengambil mata kuliah Anda tahun lalu dan tahun sebelumnya juga. Saya bilang kalau Anda mirip sekali dengan mantan pacar saya, Sam Dong.”


Hahaha… ternyata Suzy jadi cameo dengan menjadi Hye Mi (Dream High). Min Joon benar-benar tak ingat muridnya, Hye Mi, yang mengosongkan lembar jawaban saat ujian akhir sehingga ia mendapat nilai F dan hampir diusir oleh orang tuanya karena hal ini. Min Joon akhirnya pura-pura kalau ia mungkin mengingat Hye Mi sedikit.


Dan memang hal itu membuat Hye Mi senang sekali. ia menduga kalau Min Joon tak mengingatnya karena sekarang ia jauh lebih cantik dan lebih kurus daripada tahun lalu. Min Joon tersenyum sopan, dan Hye Mi semakin senang. Ia pun bercanda, membuat senyum terbit di wajah Min Joon dan tawa renyahnya berkumandang di taman.


Song Yi berbalik dan melihat Min Joon tertawa bersama seorang gadis muda yang bahkan berani berbisik-bisik dan menepuk-nepuk lengan Min Joon. Ia mendelik cemburu melihat gadis itu sekarang mengulurkan tangan, hendak menyentuh pipi Min Joon untuk mengambil sesuatu dari wajahnya.


Ia langsung bergerak cepat. Ia menurunkan pelindung wajahnya sehingga wajahnya tak terlihat, dan berjalan mundur, memisahkan kedua orang itu.


Min Joon langsung terdorong mundur dan handphone-nya jatuh ke aspal. Song Yi tak menyesal, bahkan terlihat menantang dengan semua gerak pemanasannya. Tapi hal ini malah membuat Hye Mi menyadari kalau Min Joon sudah berganti dari pager menjadi handphone baru dan meminta nomor teleponnya.


Min Joon mencoba menolak, tapi Hye Mi memohon dengan manja, membuat Min Joon tak enak hati dan setuju.


Song Yi pun berlari dan sambil membelakangi Hye Mi ia memberi ultimatum, “Bukankah ada sesuatu yang ingin kau ucapkan? Sekarang waktu yang tepat untuk mengatakannya. Kau ingin bicara sekarang atau tak akan melihatku lagi selamanya? Cepat pilih!”


Ia pun meninggalkan Min Joon yang terburu-buru minta maaf pada Hye Mi dan langsung meninggalkannya. Hye Mi bertanya-tanya siapa wanita bertopi itu, “Mirip dengan tiruannya Chun Song Yi.”


Setelah hanya berdua, Song Yi berhenti dan berbalik, “Apa yang terjadi jika kau tak pergi? Bisakah kau tak pergi?” Min Joon tak menjawab. Song Yi pun berkata kalau tak semua orang harus kembali ke rumahnya. Di Seoul sini juga banyak orang yang berasal dari luar Seoul dan sekarang menganggap Seoul sebagai rumah kedua mereka. Tapi Min Joon berkata kalau hal yang dicontohkan Song Yi itu beda levelnya.


“Aku tak tahu bedanya dan tak peduli. Kau sudah tinggal di sini selama beratus-ratus tahun. Kenapa kau pulang sekarang? Tepat pada saat kau bertemu denganku. Kita bahkan belum sempat berkencan. Kenapa harus sekarang?” tuntut Song Yi keras. Min Joon diam tak menjawab. Dengan suara lebih tenang, Song Yi bertanya, “Bisakah kalau kau tak pulang dan berada di sisiku?”

Min Joon menunduk dan Song Yi pun meneruskan, “Jika kau tak bisa, maka jangan buat aku bingung. Karena itu, jika kau pergi maka pergilah diam-diam dan tinggalkan aku sendiri.”


Min Joon mendongak dan menatap Song Yi, “Jika maumu seperti itu, maka aku akan melakukannya,” Min Joon pun berbalik dan meninggalkan Song Yi.

Song Yi pun berbalik dan pergi berlawanan arah.


Hwi Kyung dan ibunya berziarah ke makam kakaknya. Ia bertanya bagaimana mungkin kakaknya meninggal karena kecelakaan mobil dan mabuk. Seingatnya kakaknya tak suka minum. Sehari setelah kecelakaan itu adalah hari kelulusannya dan sebelumnya kakaknya berjanji untuk menghadiri wisudanya.

Ibunya menjelaskan kalau kakak Hwi Kyung saat itu menderita depresi. Ia pun juga baru tahu hal itu dari otopsi yang menemukan adanya obat antidepresi dalam darah. “Hubungan dengan gadis yang ia suka ternyata kandas. Sepertinya karena itulah kakakmu mengambil keputusan drastic,” tangis ibu.


Hwi Kyung menatap makam kakaknya, “Setahuku kakak tak mungkin seperti itu. Pasti ada sesuatu yang salah.”


Hwi Kyung pun pergi ke perpustakaan untuk mencari berita tentang kematian kakaknya. Ia menemukan obat-obatan yang dipergunakan kakaknya. Ia pun juga memeriksa berita tentang Han Yoo Ra dan obat-obatan yang dipergunakan sebelum Yoo Ra bunuh diri. Cocok. Keduanya memakai obat yang sama.


Hwi Kyung pun menemui Yoo Seok dan memperkenalkan diri. Mendengar cerita dari Hwi Kyung, Yoo Seok bertanya mengapa Hwi Kyung malah menceritakan hal ini, padahal Jae Kyung adalah kakaknya.

Hwi Kyung menjawab, “Kurasa aku harus menghentikannya karena ia adalah kakakku. Karena itu, aku ingin tahu seberapa banyak yang telah dilakukan kakakku.” Ia memberikan secarik kertas yang berisi informasi alamat RSJ Haneul.


Song Yi mengajakBok Ja makan daging. Walau ia tak ikut makan daging, ia hanya makan kolagen-nya saja. Ia ingin awet muda. Melihat Song Yi minum soju, Bok Ja berkomentar kalau ingin awet muda, Song Yi juga harus menghindari minum-minum. Song Yi berkomentar kalau ia tak bisa menghentikan kebiasaan minumnya, karena hidup sangatlah berat untuknya.


Pengacara Jang mengunjungi Min Joon dan membawakan makgulli untuk minum-minum. Mulanya Min Joon menolak karena ia tak bisa minum tapi Pengacara Jang membujuknya, karena kali ini hanya ada mereka berdua saja.


Min Joon pun meneguk sedikit dan berkata, “Dulu kau pernah bertanya kan bagaimana rasanya aku hidup sendiri untuk waktu yang sangat lama? Apakah aku pernah merasa kesepian?”


Sekarang Min Joon tahu jawabannya. “Saat aku sendirian, aku tak merasa kesepian. Namun untuk pertama kalinya aku mencintai seseorang. Dan sekarang ketika aku harus meninggalkanya, aku merasa sangat kesepian. Seolah-olah hanya aku sendiri di dunia ini.” Min Joon meneguk makgulli-nya sampai habis.


Pada Bok Ja, Song Yi juga mengaku kalau ia bisa memutar waktu, ia akan memutarnya, sehingga ia tak akan bertemu dengan Min Joon. “Sehingga aku tak akan meyukainya seperti sekarang. Saat memikirkan aku hidup tanpa dirinya, membuatku sangat sedih sehingga rasanya ingin mati.”


Min Joon mulai mabuk. Lampu mati-nyala-mati-nyala, berkedap-kedip mengikuti mood Min Joon. Pengacara Jang meminta Min Joon untuk berhenti minum. Min Joon bertanya apa yang harus ia lakukan sekarang? Tak mendengar jawaban dari Pengacara Jang, ia pun mengerang.

Lampu di rumahnya pun padam.


Song Yi kembali ke rumah dan berganti baju. Tiba-tiba lampu mati. Begitu pula listrik di seluruh gedung apartemennya. Dan gedung apartemen sebelahnya. Haduhhh…


Pengacara Jang menyalakan lilin dan menggerutu, menyalahkan diri sendiri. “Tak seharusnya aku membuatnya minum-minum. Kupikir ia akan membuat benda-benda terbang atau semacamnya.”


Tiba-tiba Min Joon terbangun dan walau dengan mata terpejam, ia berkata, “Sudah tak ada waktu lagi. Kenapa juga aku masih ada di sini? Kenapa juga aku membuang-buang waktu yang berharga ini denganmu?”


Haha.. Pengacara Jang melongo dan sedikit sakit hati dengan ucapan Min Joon, “Saya mengerti perasaan Anda. Tapi Anda tak perlu mengatakan hal itu.”


Seperti tak mendengar ucapan Pengacara Jang, Min Joon meneruskan, “Sekarang ini, setiap jam, setiap menit dan setiap detik, sangat berharga untukku. Kenapa aku harus buang-buang waktu ini? Kenapa? Aku tak ingin bersamamu, Pengacara Jang! Ini bukanlah tempatku. Bukan di sini!!” Min Joon memukul-mukul pahanya sendiri, menekankan maksudnya. “Aishh..!”


Lilin pun mati. Pengacara Jang menyalakan lampu sambil menggerutu, “Orang bilang kau akan bicara dari hati saat kau mabuk. Sekarang aku tahu kata hatimu yang sebenarnya.30 tahun persahabatan tak ada artinya saat seorang gadis muncul.”

Setelah lilin menyala, Pengacara Jang kaget karena Min Joon menghilang.


Min Joon ternyata ada di balkon untuk melihat iklan Song Yi yang bisa ia lihat dari balkon. Tapi bukan wajah Song Yi di sana, melainkan Se Mi. Ia pun menuduh, “Apa ayang kau lakukan di sanaaa?”


Pengacara Jang mendengar suara Min Joon di luar dan buru-buru keluar. Ia melihat Min Joon yang sudah mabuk berat menyuruh Se Mi untuk minggir, “Aku keluar karena ingin melihat Chun Song Yi. Tapi kenapa kau yang ada di sana, dasar munafik! Minggir! Itu tempatnya Chun Song Yi!!”


Haduhh.. Pengacara Jang hanya bisa menggandeng Min Joon dan memintanya masuk. Tapi Min Joon malah terkulai di pagar balkon. Dan sekejap, lampu yang menerangi baliho iklan Se Mi juga ikut mati.


Bwahaha… Pengacara Jang kesal dan memukul punggung Min Joon, “Tak bisakah kau mencari tempat lain untuk menggunakan kekuatanmu?”


Min Joon mengerang lagi. Dan satu per satu gedung di dekat baliho itu mati. Bwahaha.. Pengacara Jang menghela nafas, “Aku benar-benar tak boleh membuatmu minum-minum.” Dan upss.. hampir saja badan Min Joon yang nangkring di pagar terjungkal ke bawah saking mabuknya. Untung Pengacara Jang langsung memeganginya.


Pengacara Jang pun menemani Min Joon yang tertidur di sofa. Ia sudah terlelap tidur saat Min Joon menghilang.


.. dan ada di tempat tidur Song Yi. LOL. Bener-bener kangen nih si Min Joon. Song Yi mulanya kaget melihat Min Joon tidur di tempat tidurnya. Ia mencoba membangunkan Min Joon, tapi dengan setengah hati. Tentu saja Min Joon tak bangun.


Song Yi pun mendekat dan mencium bau alcohol dari tubuh Min Joon. Ia juga mendengar Min Joon bergumam dalam tidurnya, “Aku tak mau bersamamu, Pengacara Jang.”


Song Yi pun bertanya, “Bagaimana denganku?” Min Joon mengerang pelan. Song Yi pun mengorek lebih dalam lagi, “Kau ingin bersama dengan siapa?”


“Chun Song Yi,” gumam Min Joon. Aww…. Senyum Song Yi langsung melebar dan malu-malu. Tapi mau.


Keesokan harinya, mati lampu yang menyebar di Seoul menjadi berita utama koran pagi. Min Joon terbangun dari mabuknya dan melihat ke kamar yang bukan kamarnya. Ia memegang selimut bulu yang bukan selimutnya. Ia pun buru-buru turun dari tempat tidur.


Namun ia berhenti karena melihat Song Yi duduk di sofa dengan tatapan menghakimi.


Min Joon berkata, “Orang yang paling aku benci adalah orang yang tak ingat apapun setelah dia sadar dari mabuknya. Tidur di tempat yang bukan tempat tidurnya, tak ingat apapun yang telah ia lakukan malam sebelumnya.”

“Apa yang menjadikan seorang manusia itu adalah manusia? Bebas memiliki keinginan adalah yang membedakan manusia dengan yang lain. Tapi melakukan sesuatu yang bertentangan dengan keinginanannya dikarenakan mabuk, itu adalah ... ckckckck…,” Min Joon menggeleng-gelengkan kepala tak suka.


Dan pagi itu, Min Joon memegang selimut bulu, mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Ia pun beranjak dari tempat tidur, tapi berhenti karena melihat Song Yi duduk di sofa dan memperhatikannya. Ia bergumam, “Apa yang sebenarnya terjadi?”


Song Yi berjalan acuh, “Ya.. apa yang sebenarnya terjadi, Do Min Joon-ssi?” Song Yi menunggu jawaban, tapi Min Joon menjawab terbata-bata, maka ia pun melanjutkan, “Kau berbaring di tempat tidurku, benar-benar mabuk.”


Min Joon memutar-mutar jam pasir dan suaranya tak setegas sebelumnya, “Aku tak ingat. Apa aku benar-benar melakukannya?” Ia pura-pura sibuk meneliti jam pasir itu dan berkata, “Aku benar-benar tak ingat.”


Song Yi membungkuk dan wajahnya hanya beberapa senti dari Min Joon, “Jadi karena inikah makanya kau tak akan pernah minum?” Song Yi perlahan menghampiri, membuat Min Joon mundur, “Karena kauakan teleport kemanapun dan tidur di manapun kau mau. Kau bahkan tak ingat apa yang terjadi sebelumnya.”


Min Joon sedikit gugup dan menatap bibir Song Yi, “Mundurlah sedikit. Kau..”

“Kau kenapa?” potong Song Yi tanpa mundur sejengkalpun.

“Aku tak bisa berpikir lurus,” Min Joon mengalihkan tatapan, tak berani menatap Song Yi.


“Jadi, bagaimana dengan ini?” Song Yi mengecup bibir Min Joon, mengejutkannya. Puas melihat reaksi Min Joon maka Song Yi pun mundur dan berseru, “Pergilah! Aku tak mau melihatmu lagi.”

“Apa kau bercanda?” Min Joon mendelik kesal. “Kalau begitu kenapa juga kau menciumku?”


“Itu membuatmu kesal, kan? Seperti itulah perasaanku. Kau membuatku benar-benar bingung saat aku tak melakukan apapun. Aku harus pergi, aku tak akan kembali. Apa kau tahu betapa jahat dan egoisnya hal itu? Kau harus mengetahui perasaan itu,” Song Yi menjelaskan tindakannya.

Min Joon tercenung mendengar ucapan Song Yi. Tapi ia belum sempat menjawab, terdengar ketukan. Ibu memanggil Song Yi dan ibu yang akan masuk kamar.


Bubar semua. 

Min Joon langsung berguling dan Song Yi berlari untuk mengunci pintu kamar. Sambil terus mengajak ibunya bicara, Song Yi menyuruh Min Joon untuk pergi.


Min Joon pun menutup mata dan teleport. Tapi tak bisa. Ia mencoba sekali lagi. Tetap tak bisa. Song Yi menghampiri Min Joon dan bertanya kenapa Min Joon tak juga pergi,”Ayo gunakan teleportmu.”

“Itu.. sedang tak bisa,”jawab Min Joon.


“Apa-apaan?Kau datang seperti itu. Kenapa sekarang kau tak dapat pergi? Ibu dan Yoon Jae ada di luar,” Song Yi semakin panik.


Min Joon pun mencoba lagi. Tapi tetap tak bisa. “Apa mungkin karena aku habis mabuk?”

Bwahaha… akhirnya alien berkekuatan super itu teleport dengan manual. Memanjat balkon dan melewat taman yang sempit.


Song Yi heran melihatnya takut-takut meniti ubin pembatas taman, “Apa ini? Apa kau berbohong tentangkekuatan supermu dan menjadi alien?” Min Joon menyuruhnya diam tapi bukan Song Yi kalau tak menggunakan kesempatan ini untuk menyindir, “Apa ini karena kecupan yang kuberikan padamu?”

“Tidak!”


“Alaa.. kekuatan super seperti apa itu yang kadang ada kadang nggak. Kau bahkan pingsan saat kita berciuman. Tak ada yang lebih baik daripada manusia Bumi. Cih..” Song Yi berbalik pergi setelah puas menghina dina Min Joon.


Masuk ke dalam, sudah ada Yoon Jae yang menunggu penuh otoritas, menuntut untuk tahu siapa yang diajak bicara oleh Song Yi. Song Yi pura-pura tak mengerti apa yang dibicarakan Yoon Jae, sampai Yoon Jae berjalan menghampiri balkon, mencurigai sesuatu. 


Song Yi langsung menghadang Yoon Jae, “Tak ada yang mencurigakan di sana. Bisakah kau keluar sekarang?”


Walau masih curiga, Yoon Jae pun menuruti kemauan kakaknya. Song Yi tiba-tiba menghentikannya dan bertanya apakah Yoon Jae sudah menelepon ayah mereka setelah ia memberikan nomor telepon ayah pada Yoon Jae. Yoon Jae menjawab ketus, “Kan sudah kukatakan kalau dia itu ayahmu, aku tak pernah mengingatnya. Jadinya nanti malah canggung.”


Song Yi bersikeras kalau canggungpun, ayah adalah ayah mereka. Tapi Yoon Jae tetap cuek membuat Song Yi kesal, “Memang kau pikir kau itu ada karena jatuh dari langit?” Yoon Jae malah berlalu pergi. Song Yi berteriak, “Apa kau pikir, kau ini adalah alien?!”


Ha. Tentu saja Yoon Jae bukan alien, karena diam-diam Yoon Jae mendatangi ayahnya yang bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah gedung. Ia memperhatikan ayahnya dari kejauhan dengan sedih dan .. rindu?


Jaksa Yoo mendatangi Rumah Sakit Haneul, mengabaikan peringatan Detektif Park kalau ia mungkin bisa mendapat masalah karena kasus Yoo Ra ini sudah bukan kasusnya lagi dan bahkan malah menerbitkan surat penggeledahan.

Jaksa Yoo berkata yakin, “Aku mempertaruhkan karirku sekarang. Dan ia (Jae Kyung) tahu kalau aku dipindah ke bagian tindak pidana kriminal, jadi pastinya ia sudah menurunkan kewaspadaan. Saat inilah saatnya aku maju untuk mendapatkan bukti.”


Mereka pun mendatangi resepsionis dan mengeluarkan surat penggeledahan, membuat suster dan penjaga keamanan tak dapat berbuat apapun. Mereka pun menggeledah satu per satu ruangan dengan membawa foto mantan istri Jae Kyung. Tapi tak satu pun pasien wanita yang mirip dengan yang di foto.


Hingga di sebuah ruangan, mereka menemukan sebuah ruangan yang jelas-jelas ditinggali oleh seseorang, sekarang telah kosong. Pasien itu telah raib. Jaksa Yoo dan Pengacara Park menghela nafas. Mereka terlambat.


Min Joon keluar dari apartemen dan bertemu dengan Yoon Jae yang akan pergi ke rumah ibunya karena Song Yi akhir-akhir ini berlaku aneh dan ia merasa susah tinggal bersama kakaknya. 


Yoon Jae juga sedikit mengungkapkan sifiat kakaknya, “Kakakku mungkin terlihat keras dan tak tahu apa-apa. Tapi ia sebenarnya sangatlah lembut. Aku tak tahu apa yang terjadi dengan kalian berdua, tapi ia tak pernah makan dan tidur selama 2 hari.”

Ucapan Yoon Jae ini membuat Min Joon berpikir.


Sudah jam 10 malam, tapi Song Yi tak tidur, malah termenung. Akhirnya ia memberanikan diri untuk membuka LINE pada Min Joon. Ia menulis Apa yang sedang kau lakukan sekarang? – Kenapa aku merasa kita membuang-buang waktu? – Satu bulan sudah bagus, bahkan 10 hari sudah cukup, jadi ayo ..- Aku benar-benar menuyukaimu


Tapi semua pesan itu ia hapus dan tak ada yang ia kirimkan. Ia menatap ke atas dan walau ragu, perlahan ia memanggil, “Do Min Joon-ssi…”


Do Min Joon yang sudah ada di tempat tidur mendengarnya. Ia mendengar pertanyaan Song Yi, “Apakah kau bisa mendengarku?”

“Aku bisa mendengarmu,” ucap Min Joon perlahan, yang Song Yi pasti tak bisa mendengarnya.


Walau tak yakin bisa Min Joon mendengar perkataannya, tapi Song Yi tetap melanjutkan. Ia berpikir kalau selama ini ia telah berlaku berlebihan padahal sebenarnya ia adalah tipe wanita yang gampang berubah pikiran. Penyanyi favoritnya saja beruba-ubah. Dulu TOP, kemudian Sech Kies, kemudian GOD dan terus Shinhwa. Ia berganti fanclub hingga lima kali. Intinya ia bukan tipe setia.


“Dan aku sudah berpikir panjang, dan kupikir aku akan dapat melupakanmu dengan segera. Hanya saja, tinggalkan aku tanpa penyesalan. Karena jika aku mengantarmu pergi tanpa melakukan apapun, aku akan menyesal. Jadi.. “ Song Yi menelan air matanya, “Ayo kita lakukan apa yang dilakukan orang lain dalam 3 bulan, setahun atau dua. Ayo kita laukan dalam sebulan seperti yang kau katakan. Jadi..,”

Song Yi berkaca-kaca, sekuat tenaga menahan air matanya, “Setelah kita melakukan semua yang ingin kita lakukan, mungkin aku akan bosan padamu kurang dari satu bulan. Beginilah aku.”

Song Yi memanggil Min Joon. Min Joon menjawabnya. Tapi Song Yi terus memanggilnya, putus asa karena tak mendengar jawaban “Do Min Joon-ssi..”


“Ada apa Chun Song Yi?”


“Bantu aku agar aku dapat lupa,” Song Yi terdengar tabah walau air matanya sudah turun, “Bantu aku agar aku tak menyesal. Bantu aku agar aku dapat melupakanmu..”

“Baiklah.. “ bisik Min Joon patah hati, “Tapi bagaimana aku.. dapat melupakanmu?’


Song Yi menelan air matanya dan bertanya apakah Min Joon dapat mendengarnya. Hanya keheningan yang ia dengar. Ia tak mendengar Min Joon yang menangis terisak-isak. Song Yi mengajak Min Joon untuk pergi ke suatu tempat besok dan berdekatan terus sepanjang hari. “Mungkin dengan begitu aku akan bosan padamu. Apakah kau mendengarku?”


Tak ada jawaban. Tapi terdengar bunyi LINE di handphone-nya. Dari Min Joon : Ayo kita pergi, ke sebuah tempat.


Keesokan harinya, Song Yi keluar rumah dan terkejut karena melihat Min Joon ternyata juga sudah berdiri di depan pintu apartemennya. Mereka ternyata sama-sama keluar sebelum subuh. Dengan canggung, Min Joon berkata kalau ia tak ingin terlambat. Song Yi berkata kalau ia juga seperti itu.


Min Joon mengajak Song Yi untuk pergi. Di lift, situasi canggung pun tetap terasa. Mereka terus diam, hingga Song Yi memberanikan diri untuk meraih tangan Min Joon dan menggenggamnya. Min Joon sedikit kaget tapi Song Yi cukup kalem saat beralasan, “Cuma.. apa gunanya sendiri-sendiri? Lebih baik berpegangan tangan saja.”

“Uhmm.. kenapa tidak?” jawab Min Joon dan mempererat genggamannya.


Dan mereka terus berpegangan tangan sepanjang perjalanan. Song Yi bahkan berani untuk menyandarkan kepala di bahu Min Joon. Min Joon hanya tersenyum kecil dan meneruskan menyetir dengan satu tangan.


Jae Kyung mendapat laporan dari rumah sakit tentang penggeledahan untuk mencari mantan istrinya. Dan ia memiliki dugaan siapa yang telah membocorkan hal ini pada kejaksaan.


Terdengar ketukan dan Hwi Kyung masuk ke dalam ruangan kakaknya. Jae Kyung segera memutus pembicaraannya. Hwi Kyung mengajak Jae Kyung untuk pergi ke suatu tempat.


Dan mereka pun pergi ke sebuah restoran dan Jae Kyung bertanya ada keperluan apa Hwi Kyung mengajaknya kemari. Hwi Kyung menjawab kalau ia ingin Jae Kyung untuk bertemu dengan seseorang.


Jae Kyung sedikit curiga, tapi ia mengikuti Hwi Kyung hingga ke sebuah ruangan. Hwi Kyung meminta Jae Kyung untuk membuka pintu. Tapi belum sempat Jae Kyung membukanya, ada telpon dari asistennya, mengabarkan kalau Yang Min Joo, mantan istrinya, menghilang.


Jae Kyung beranjak meninggalkan Hwi Kyung untuk mengurus hal itu, tapi Hwi Kyung meraih lengan kakaknya, menghentikannya. Tanpa berkata apapun, Hwi Kyung membuka pintu.


Dan mata Jae Kyung terbelalak, melihat mantan istrinya sekarang duduk di dalam ruangan, dalam kondisi sehat dan menatapnya dengan tatapan menuduh. Dan di sampingnya duduk Jaksa Yoo dan Detektif Park.


Tanpa senyum seperti biasanya, Hwi Kyung meminta kakaknya untuk masuk ke dalam, “Istrimu sedang menunggumu. Banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan padamu.”

Whoaa… Kok bisa?


Semua itu berawal saat Hwi Kyung menelepon Song Yi yang sedang lari pagi dan mendengar suara Min Joon yang menyuruh Song Yi untuk berhenti. Maka ia pun pergi ke taman. Bukan untuk menemui Song Yi, tapi Min Joon.


Hwi Kyung berterus terang kalau ia melihat Min Joon yang muncul di hadapannya dari udara kosong saat ia dirawat di rumah sakit. Ia akhirnya berhasil mengingat wajah penyelamat Song Yi 12 tahun yang lalu adalah wajah Min Joon. “Mulanya aku berpikir kalau kau itu aneh dan berbahaya. Bahkan ketika kau melindungi Song Yi dari kakakku, kupikir kau sedang merencanakan sesuatu. Tapi aku tahu sekarang alasan mengapa kau memberitahukan hal itu padaku.”


Min Joon tak mengelak dugaan Hwi Kyung itu. Hwi Kyung memberitahu kalau kecelakaan yang menimpa Song Yi itu adalah ulah kakaknya. Dan ia juga tahu kalau Jae Kyung menyekap kakak iparnya di rumah sakit jiwa. “Bantulah aku agar bisa mengeluarkannya. Aku akan dapat mengetahui lebih banyak lagi saat aku menemukan kakak iparku.”


Dan rupanya, Hwi Kyung-lah yang merencanakan semuanya. Saat ia memberikan alamat RSJ Haneul pada Jaksa Yoo, ia juga meminta Jaksa Yoo untuk menggeledah rumah sakit itu. Ia menduga kalau pegawai RS akan mencoba menghilangkan kakak iparnya saat penggeledahan.


Yang terjadi saat penggeledahan adalah saat Jaksa Yoo memberikan surat penggeledahan di lobi, Yang Min Joo sudah mulai dipindahkan. Tapi mereka tak menyadari kalau ada seseorang yang mengawasi semua itu.


Min Joon. Ia bergerak atas permintaan Hwi Kyung. Saat Jaksa Yoo dan Detektif Park mulai menggeledah, Yang Min Joo dibawa keluar rumah sakit, dan dipindahkan ke sebuah rumah yang dijaga ketat. Namun penjagaan ketat itu tak ada gunanya saat Min Joon menghentikan waktu dan membawa Yang Min Joo untuk kemudian menghilang bersama.


Betapa kagetnya para penjaga saat tak menemukan wanita itu di kamarnya. Si penjaga langsung menelepon Jae Kyung tentang hilangnya Yang Min Joo.


Dan kita kembali ke restoran, tempat Hwi Kyung berhadapan dengan kakaknya dan berkata tenang, “Ada banyak yang ingin kutanyakan pada kakak.”


Min Joon menerima telepon dan berkata kalau ia mengerti. Suara orang di telepon itu seperti suara Hwi Kyung, dan orang itu berterima kasih pada Min Joon.


Min Joon tak memperpanjang percakapannya karena Song Yi muncul membawa buah. Song Yi langsung keluar tanduk cemburunya karena Min Joon tak mau memberitahukan siapa orang yang tadi menelepon Min Joon, “Apakah gadis yang kau temui di taman itu? Yang menjerit meminta-minta nomor teleponmu?”


Min Joon membantahnya. Tapi Song Yi tetap bertanya, “Atau gadis lain?” Min Joon akhirnya menyodorkan buah agar Song Yi diam. Song Yi malah mengeluarkan naskah dan meminta Min Joon untuk membantunya untuk membaca naskah.


Min Joon tentu saja menolak karena ia tak bisa berakting, tapi Song Yi berkilah kalau Min Joon tak perlu berakting dan hanya membaca saja. Manajernya dulu juga selalu membantunya berlatih.

Min Joon pun mau melakukannya. Mereka mulai di adegan 71. Min Joon pun mulai membaca.

“Diet? Jangan! Sudah kukatakan padamu, aku tak mau satu grampun dari badanmu itu lenyap. Bagiku, kau itu sudah sempurna seperti itu,” Min Joon membacakan naskahnya. 


Song Yi menggigit bibirnya, menyembunyikan senyum mendengar Min Joon terus membaca naskah itu. “Kau adalah gadis tercantik yang pernah aku tahu. Gadis lain itu berisik dan menjengkelkan. Aku tak butuh..”


Min Joon menghentikan membacanya dan heran akan naskah itu, “Naskah ini apa-apaan, sih?” Song Yi langsung berkilah cuek, “Naskah itu memang seperti itu. Paragraf berikutnya.”

Min Joon membaca tindakan yang harus dilakukan, “Memberi pelukan dari belakang,” Ia langsung menatap Song Yi tak suka, “Dan kau harus melakukan ini saat syuting?”


“Tentu saja. Memang tak boleh?” tanya Song Yi polos. Ia pun mengusulkan dengan semangat, “Apa kau mau melatih itu?”

“Berlatih apa?” dari nadanya Song Yi tahu kalau Min Joon tak suka dengan usul itu, maka ia menyuruh Min Joon untuk membaca baris berikutnya saja.


Min Joon pun mulai membaca. Tapi ia hanya membaca dalam hati, tanpa mengucapkannya. Namun ekspresi wajahnya menjadi suram, membuat Song Yi bertanya, “Apakah kau tak mau melakukannya?”


Min Joon meletakkan naskah itu, “Kita hentikan saja sekarang.” Dan ia pun beranjak pergi, membuat Song Yi heran.


Saat Min Joon membuat teh untuk mereka berdua, Song Yi bertanya apakah Min Joon sudah merasa bosan karena ia terus menempel terus menerus seperti ini? Min Joon tersenyum geli dan teringat ucapan Yoon Jae saat di depan lift. Kakakku itu tak pernah pacaran. Jadi ia tak tahu apa-apa.


Sambil terus memeluk lengan Min Joon, Song Yi berkata, “Aku melakukan hal ini agar aku bisa lebih cepat merasa bosan padamu. Jika kita sudah melihat semuanya, maka sudah tak ada lagi yang bisa kita bayangkan.” Song Yi pun sedikit menyombong, “Jujur, aku tahu banyak tentang pacaran. Semuanya itu sama bagi pria dan wanita.”


Tapi tidak menurut Yoon Jae. Kudengar, kakakku lebih sulit menerima daripada ibuku, saat ayah pergi. Ia tak gampang melupakan orang. Ia sangat penyayang. Begitulah tipenya. Ia suka pada anjing tapi tak mau memelihara karena ia takut sesuatu akan terjadi pada anjing itu.”


Dengan sabar, Min Joon terus mendengar ucapan Song Yi yang bertentangan dengan pengakuan Yoon Jae. Song Yi berkata kalau ia sekarang merasa senang sekali jadi ia tak akan merasa perih dan menangis karena perasaan cinta. “Aku ini sangat rasional.”

Min Joon menghela nafas dan menggenggam tangan Song Yi lebih erat.


Song Yi keluar kamar dan tak menemukan Min Joon di ruang tengah. Ia mencari Min Joon ke seluruh rumah. Ia mulai panik saat ia berteriak memanggil nama Min Joon, tapi tak terdengar sedikitpun jawaban dari Min Joon.


Cemas dan hampir menangis, ia keluar rumah walau salju mulai turun, terus memanggil-manggil namanya. Hingga terdengar suara Min Joon dari belakang, “Kenapa kau terus memanggil-manggil aku?”


Song Yi berbalik dan meraih lengan Min Joon, bertanya kemana Min Joon pergi baru saja ini. Min Joon menjawab kalau ia keluar untuk mencari udara segar. Hampir menangis Song Yi berkata kalau ia pikir Min Joon sudah pergi meninggalkannya.


Min Joon tersenyum, “Memang aku akan pergi kemana?”

“Aku punya perasaan kalau kau akan pergi begitu saja,” jawab Song Yi masih penuh dengan kekhawatiran. “Aku memang bilang kalau kau boleh pergi. Tapi aku takut kalau kau akan pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal padaku. Aku tahu kalau aku ini rasional. Tapi jika kau pergi tanpa pamit..”

“Aku tak pergi,” jawab Min Joon menenangkan. “Aku tak akan meninggalkanmu. Aku akan tetap tinggal.”


Song Yi menatap Min Joon tak percaya. “Apa katamu?”

“Kataku, aku tak akan pergi. Tidak dalam satu bulan, atau dua bulan lagi. Jadi janganlah cemas.”

“Apakah tak apa-apa bagimu jika kau tak pergi?”


Min Joon tak menjawab. Ia teringat ucapan yang pernah kita dengar sebelumnya di prolog. Dan yang lebih penting, jika aku tak dapat kembali kali ini… Aku mungkin akan menghilang tak lama lagi. Aku mungkin akan mati.”


Min Joon menatap Song Yi, dengan penuh rasa sayang berkata, “Tak apa-apa..” Ia dapat menangkap tatapan kelegaan dari mata Song Yi yang bertanya lagi, “Benar tak apa-apa?”

Kali ini ia mengangguk dan tersenyum menenangkan.


Song Yi memeluk Min Joon erat. Min Joon merengkuh Song Yi dan membalas pelukannya.


Epilog


Malam sebelumnya, Song Yi sibuk menulis di laptop.

“Diet? Jangan! Sudah kukatakan padamu. Gadis lain itu berisik dan menjengkelkan. Mereka tak ada gunanya..”


Song Yi terkekeh puas melihat naskah yang ia ketik. Ia pun menulis adegan berikutnya. Adegan ciuman. Tapi Song Yi langsung sadar. “Tidak. Bagaimana jika ia nanti pingsan lagi?” Ia pun segera menghapus adegan itu dan menggantinya dengan adegan pelukan dari belakang.


Ia pun tertawa kegirangan, dan mulai berpikir apa lagi yang harus ia tulis di dalam naskah itu. Ia pun menulis sesuatu, yang kita tahu kalimat berikutnya itu yang membuat ekspresi Min Joon menjadi suram


Berikan pelukan dari belakang dan merasa bahagia.

“Aku tak akan pergi kemanapun dan akan bersamamu selama-lamanya.”

(Bersambung)
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Google Translate

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Love and Like Movie - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger