Home » , » GU FAMILY BOOK (2013) EPISODE 19

GU FAMILY BOOK (2013) EPISODE 19

Written By Regina Kim on Tuesday, June 11, 2013 | 5:48 AM


Genre : Drama, Fantasi
Episode : 24 (dalam konfirmasi)
Network : MBC
Tanggal tayang : 8 April - 25 Juni 2013

CAST & CREW
Sutradara : Shin Woo Chul
Skenario : Kang Eun Kyung


 Choi Jin Hyuk sebagai Gu Wol Ryung (ayah Kang Chi)

 Lee Sung Jae sebagai Jo Gwan Woong

 Lee Seung Gi sebagai Choi Kang Chi

 Bae Suzy sebagai Wool Yeo Dam

 Yoo Yun Suk sebagai Park Tae Seo

 Lee Yoo Bi sebagai Park Chung Jo (cinta pertama Kang Chi)

Lee Hye In sebagai Gob Dan (Pembantu Chung Jo)

Yoon Se Ah sebagai Yoon Seo Hwa (pengganti Ibu Kang Chi yang lama)

Song Young Kyu sebagai Pil Mok

David McInnis as Kageshima

 Jung Hye Young sebagai Chun Soo Ryun (kepala gisaeng)

Son Ga Young sebagai Wol Sun

Jo Jae Yoon sebagai Ma Bong Chool

 
Jo Sung Ha sebagai Dam Pyeong Joon

Lee Do Kyung sebagai Guru Gong Dal

 Kim Hee Won sebagai Sojung Monk

 Yoo Dong Geun sebagai Lee Soon Shin

Sung Joon sebagai GonYi

Jin Kyung Sebagai Guru menjahit Yeo Wool's 

SINOPSIS BAGIAN 19


Ini episode yang menceritakan semua tentang Kang-chi dari keluarganya dan orang yang telah membawanya dan membesarkannya, lalu orang-orang yang meninggalkannya, dan juga orang-orang yang menerimanya untuk siapa (atau apakah) dia. Ada kisah patah hati dan kecemasan dalam kisah ini, tapi juga banyak yang bisa diperoleh, karena cerita ini belum pernah menceritakan tentang keluarga Kang Chi berasal, tapi keluarga yang Kang Chi buat bagi dirinya sendiri.


Seo-hwa melarikan diri dari kematian akhirnya terungkap, meskipun jelas itu tidak mungkin terjadi dan mengherankan tapi sekarang bahwa Seo-hwa bisa bertahan hidup. Setelah melahirkan Kang-chi, ia menyerang Jo Gwan-woong dan Ninja Seo membunuhnya dengan satu ayunan pedangnya.


Samurai Jepang yang membuat kesepakatan dengan Jo Gwan-woong melihat Seo-hwa jatuh ke tanah. Dia kaget dengan simpati,cinta, atau keduanya, dan membungkukkan badannya untuk memeriksa denyut nadi Seo-hwa. Ternyata Seo-hwa masih hidup.


Samurai Jepang tersebut berbohong kepada Ninja Seo bahwa Seo-Hwa sudah mati dan malam harinya, anak buah samurai Jepang menyogok anak buah Jo Gwan Woong yang lain, lalu membawa tubuh Seo Hwa ke hadapan samurai Jepang. Samurai Jepang kembali memeriksa nadi Seo Hwa. Ia lega saat tahu Seo Hwa masih hidup dan memerintahkan Seo Hwa dibawa masuk ke dalam.

 
Sementara anak itu tumbuh menjadi Kang-chi, yang saat ini dirantai, dibius, dan menjadi gumiho- oleh Jo Gwan-woong ... Seo-hwa kaget mendengar itu adalah anaknya.


Kembali pada adegan di akhir Episode 18. Seo Hwa teringat pada bayi yang dilahirkannya 20 tahun lalu. Dan sekarang bayi itu telah menjadi seorang pemuda. Makhluk setengah manusia, setengah siluman.


“Ia bukan monster…ia bukan monster…kau bukan monster…Anakku!!!” kata-kata dan teriakannya 20 tahun lalu bergema di hati Seo Hwa.


“Apakah monster itu penjahat yang kau cari, kepala pedagang? Dialah yang kaucari, bukan?” ujar Jo Gwan Woong. Seo Hwa menyadari Jo Gwan Woong sedang mengujinya dengan memperlihatkan Kang Chi, puteranya.

 

Kang Chi berteriak keras lalu pingsan. Pertahanan Seo Hwa hampir bobol. Ia berusaha menahan tangisnya.

 

Gisaeng Chun Soo Ryun menginterogasi Gob Dan, pelayan Chung Jo. Gob Dan berkata Wol Sun berkata kalau Chung Jo bisa ditangkap karena telah menyembunyikan buronan (Kang Chi). Wol Sun menyuruhnya melakukan apa yang diperintahkan jika ingin Chung Jo selamat. Wol Sun menyuruhnya untuk membawa Kang Chi. Gisaeng Chun Soo Ryun hanya bisa meghela nafas kesal melihat kebodohan Gob Dan.


Guru Dam mendapat sebuah surat dari Gisaeng Chun mengenai Kang Chi yang telah ditangkap Jo Gwan Woong. Yeo Wool dan Chung Jo juga mendengar berita itu dari Gon.


Yeo Wool segera mengambil pedangnya. Gon menahannya. Ia berkata saat ini Gisaeng Chun dan Tae Soo sedang mengamati keadaan. Guru Dam telah memerintahkan mereka untuk tetap tenang sambil melihat perkembangannya.

 
“Jika Kang Chi tidak bisa pulang sendiri itu artinya terjadi sesuatu yang buruk. Mungkin ia sudah terluka parah.”
“Ia bisa sembuh sendiri dan tidak akan mati,” Gon mengingatkan.
“Tidak mati bukan berarti ia tidak bisa terluka! Kang Chi juga merasa sakit ketika ia terluka. Ia berdarah jika ditikam dan mendapat luka dan memar jika dipukuli. Walau tidak mati, ia dapat merasa dan menderita seperti kita. Apa kau tahu?” ujar Yeo Wool.

 

Gon terdiam. Entah apa yang dirasakan Chung Jo saat ini setelah mendengar perkataan Yeo Wool. Yeo Wool bersikeras ingin pergi. Waktu Gon menahannya, ia mengancam akan menyerang Gon jika Gon menahannya lagi.
“Tunggu sebentar, Nona Yeo Wool. Ada sesuatu yang hendak kukatakan sebelum kau pergi,” kata Chung Jo.
“Aku minta maaf tapi aku tidak bisa berbicara lebih lama. Permisi,” Yeo Wool beranjak pergi.
“Ini mengenai ibu Kang Chi,” ujar Chung Jo. “Kudengar ibu Kang Chi mungkin masih hidup.”
Yeo Wool terkejut.


Jo Gwan Woong menantang So Hwa. Ia bertanya apa yang harus ia lakukan pada Kang Chi, yang bahkan bukan manusia. Mendengar anaknya disebut bukan manusia, Seo Hwa meradang.
“Yang kuinginkan adalah peta kami yang hilang,” katanya tegas.

 

“Begitukah? Jadi kau tidak peduli dengan apa yang akan kami lakukan padanya? Walau kami memukulinya sampai mati dan mencekiknya sampai mati, asalkan kau mendapatkan kembali petanya? Apa kau tak peduli?”
“Kau benar-benar banyak bicara, Tuan. Pada anak yang bahkan bukan manusia maupun monster, entah kau menginjaknya, mencekiknya, atau apapun juga yang kaulakukan padanya, itu adalah urusanmu bukan urusanku!! Satu-satunya yang kuperlakukan adalah peta itu! Apa kau mengerti??! Jadi bawakan aku petanya,” kata Seo Hwa marah.

 

Ia beranjak pergi, tapi pandangannya beradu dengan mata Kang Chi yang memandangnya dengan tatapan sedih. Seo Hwa mengeraskan hatinya lalu berbalik pergi. Dengan pandangan yang mulai kabur, Kang Chi mulai sosok Seo Hwa yang makin lama makin jauh.

 

Seo Hwa kembali ke kamarnya. Seluruh tubuhnya gemetar. Ia teringat pertemuannya dengan Kang Chi malam itu. Saat Kang Chi menceritakan darimana asal namanya. Ia adalah anak yang dibuang ke sungai. Lalu mata hijau Kang Chi yang tadi memandangnya dengan sedih.
Seo Hwa menangis tanpa suara.

 

Jo Gwan Woong menghampiri Kang Chi dan memandangnya dengan jijik.
“Apa yang kaulakukan padaku?”
“Aku membuatmu minum arak Chihoon. Jika kau meminumnya, pikiranmu akan kacau balau dan kau kehilangan kendali atas tubuhmu. Jadi kau akan mati pelan-pelan. Jadi, apa kau akan mengatakan mengenai peta yang kaucuri? Di mana peta itu? Di tangan Dam Pyung Joon? Atau telah sampai ke tangan Lee Soon Shin?”


Kang Chi berteriak dan merangsek maju. Jo Gwan Woong mundur. Ada rasa takut di wajahnya. Tapi ia tahu Kang Chi tidak bisa berbuat apa-apa dengan tubuh teracuni seperti itu.
“Pantas saja kau dibuang ke sungai begitu kau lahir. Itulah sebabnya bahkan setelah 20 tahun tak bertemu puteranya, ia begitu dingin dan tidak berperasaan.”
Kang Chi tertegun. Apa maksud perkataan Jo Gwan Woong barusan?
“Yoon Seo Hwa. Ibumu.”
“Apa maksudmu? Siapa ibuku?”

 

“Pertanyaan yang salah. Seharusnya yang kautanyakan adalah apakah benar ia ibumu. Aku juga bertanya-tanya apakah wanita itu ibumu,” olok Jo Gwan Woong.

Kang Chi kembali hendak merangsek maju. Jo Gwan Woong berdecak dan menasihati Kang Chi agar tidak berusaha terlalu keras. Semakin keras Kang Chi mengerahkan tenaga, efek racun semakin mematikan dan menyakitkan. Jika Kang Chi ingin bertahan sampai besok, sebaiknya Kang Chi duduk baik-baik.
Kang Chi berteriak marah akibatnya ia terbatuk-batuk. Kang Chi berteriak kesakitan.
Seo Hwa menderita mendengar jeritan Kang Chi tapi ia tidak melakukan apa-apa. Ia terus menangis.

 

Gisaeng Chun menyerahkan sebutir obat penawar pada Tae Soo untuk diberikan pada Kang Chi. Jika tidak diberi penawarnya dalam waktu 24 jam, walau Kang Chi makhluk gaib, ia akan menderita kesakitan yang amat sangat sepanjang hidupnya. Apapun yang terjadi, Kang Chi harus memakan obat ini sebelum matahari terbenam.

 

Tae Soo diam-diam memanggil Choi dan Ok Man. Mereka bisa menebak di mana Kang Chi saat ini disekap. Tae Soo menyuruh Choi memerintahkan para pelayan untuk membuat bola-bola nasi.
Ia mengeluarkan obat penawar pemberian Gisaeng Chun. Choi segera mengambil obat itu. Ia bersedia mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan Kang Chi. Bagaimanapun juga Kang Chi adalah puteranya.

 

Gonita masuk ke kamar Yeo Wool dan terkejut. Apa Yeo Wool menghilang lagi? Bukan, ia melihat Yeo Wool berpakaian tempur, lengkap dengan panah dan pedang terikat di punggung.
“Nona, apa yang kaulakukan?”
“Aku harus pergi ke suatu tempat.”
Gonita berkata Yeo Wool harus meminta ijin lebih dulu pada Guru Dam.
“Pernahkah kau menyukai seseorang dengan sepenuh hatimu? Kepala dan hatimu dipenuhi orang itu. Jika ia tersenyum, kau tersenyum. Ketika ia menangis, kau menangis. Hanya dengan berada di sisinya, hidupmu terasa lengkap, dan kau merasa tenang. Pernahkah kau memiliki orang seperti itu?”
“Nona…” Gonita tersentuh dengan kata-kata Yeo Wool.
“Bagiku, Kang Chi adalah orang seperti itu.”

 

Gonita keluar dari kamar Yeo Wool lalu menghela nafas panjang. Ia berpapasan dengan Gon. Gon bertanya apakah Yeo Wool sudah bangun.
“Ya?...I-iya.”
“Bisakah aku masuk sebentar?”
Syuuuut, Gonita menghalangi Gon dengan mengusap-usap pintu kamar.
“Ada masalah?” tanya Gon.
“A-apa?”
Gon melewati Gonita dan masuk ke kamar Yeo Wool. Yeo Wool tidak ada.
“Apa yang terjadi? Di mana Nona Yeo Wool?” tanya Gon.
“Eh..itu…”
“Nona pendamping!”

 

“Saudara Gon, pernahkah kau menyukai seseorang dengan sepenuh hatimu?” Gonita mencoba trik Yeo Wool. Gon bengong.

 

Yeo Wool mencari Bong Chul ke pasar. Ia menemukan Bong Chun sedang berjudi. Bong Chul mengenali Yeo Wool sebagai teman Kang Chi, dongsaeng (adik)-nya. Ia bertanya ada apa Yeo Wool mencarinya.
“Sebenarnya aku mau meminta bantuanmu.”
“Aku tidak mendengar permintaan orang lain kecuali ada imbalannya. Ada apa?”
“Maukah kau merampok penginapan Seratus Tahun bersamaku?”
“Penginapan Seratus Tahun? Untuk apa?”
“Untuk mengambil Choi Kang Chi.”
“Choi Kang Chi?”
“Ya, Choi Kang Chi.”


Choi mengintip dari luar pintu gudang. Ia melihat Kang Chi yang lemas dan kesakitan. Ia memberanikan masuk ke dalam sambil membawa keranjang berisi bola-bola nasi. Ia mengikuti perkataan Tae Soo dengan mengatakan makanan itu pemberian Seo Hwa atas kerja keras para pengawal. Untunglah pengawal itu percaya.
Choi membagi-bagikan bola nasi pada para pengawal. Setelah selesai, ia berkata pada kepala pengawal kalau ia juga membawakan bola nasi untuk Kang Chi. 
Kepala pengawal mengambil bola nasi yang tersisa lalu melemparnya ke hadapan Kang Chi. Tapi terlalu jauh hingga Kang Chi tidak bisa memakannya.

 

“Tangannya terikat, ia tidak akan bisa makan,” kata Choi. Ia memungut bola nasi itu lalu berjongkok di hadapan Kang Chi.

Kang Chi menatap Choi. Choi terkejut. Ia baru tahu kalau Kang Chi bukanlah manusia.
“Ayah….” panggil Kang Chi.
Choi menahan tangisnya. Ia menggigiti bagian yang kotor dari bola nasi untuk Kang Chi . Setelah bersih, ia menyodorkannya pada Kang Chi.
“Aku sangat kesakitan...Ayah, aku mungkin akan mati..”
“Itulah sebabnya, makanlah segigit saja, “ kata Choi sambil menangis. “Ini, ayo makan..”

 

Choi memperlihatkan obat yang tersembunyi dalam bola nasi dan memberi isyarat dengan matanya. Untunglah Kang Chi mengerti.


Tapi saat ia hendak memakannya, kepala pengawal menepis tangan Choi hingga bola nasi terjatuh ke tanah. Ia berkata jika Kang Chi mau makan, ambil sendiri dengan mulut.
“Anak serigala seharusnya makan dengan mulut, bukan dengan tangan,” ledeknya. Para pengawal menertawakan Kang Chi.


Choi memungut bola nasi itu dan hendak menyuapkannya lagi pada Kang Chi tapi ia langsung diseret keluar. Ia terus berteriak agar Kang Chi makan bola nasi itu.
“Ayah! Ayah!” seru Kang Chi.
Ia lalu berusaha mengambil bola nasi dengan mulutnya. Tapi si kepala pengawal yang jahat malah menendang bola nasi itu jauh-jauh dari Kang Chi. Untunglah ia tidak melihat obat yang tersembunyi dalam bola nasi itu.


Tae Soo bertanya pada Choi apakah Kang Chi sudah memakan obat penawarnya. Choi berkata ia tidak sempat melihat Kang Chi memakannya. Tae Soo berharap Kang Chi segera memakannya agar Kang Chi selamat.

 

Jo Gwan Woong menemui Seo Hwa. Ia berniat mengikat Kang Chi di depan umum dan memperlihatkannya pada rakyat agar semua orang tahu Kang Chi adalah keturunan gumiho.

“Biarkan rakyat melemparinya dengan batu. Ajukan petisi ke pengadilan untuk menghukum Lee Soon Shin yang telah merawatnya.”


Seo Hwa mencengkeram tangannya sendiri kuat-kuat untuk mengendalikan perasaannya. Ekspresinya tidak berubah saat ia berbicara.
“Ia seorang laksamana, mungkinkah petisi kecil seperti itu akan membuatnya dipecat?”
Jo Gwan Woong berkata itu bukan petisi kecil. Ia mengenal Perdana Menteri, petisi itu akan diterima dengan baik.
“Ah, jika kau tidak sibuk mengapa kau tidak melihatnya sendiri? Tidak setiap hari kau bisa melihat anak gumiho dilempari batu hingga mati. Bukan begitu?” kata Jo Gwan Woong. Lalu ia pergi.

 

Tangan Seo Hwa sampai gemetar saking marahnya.
“Pil Mong, “ panggilnya pada asistennya. “Kurasa kita harus membunuhnya.”
Pil Mong menentang perintah Seo Hwa. Mereka belum bisa membunuh Jo Gwan Woong karena masih memerlukan bantuannya.
“Berapa lagi aku harus menunggu?” ujar Seo Hwa kesal.
“Tolong tenanglah! Bukankah Nyonya sudah bersumpah pada klan Miyamoto untuk melakukan yang terbaik? Jangan biarkan perasaan pribadimu menghalangi misi kita.”


Di luar, Jo Gwan Woong menoleh ke arah kediaman Seo Hwa dan tersenyum licik.
“Kita lihat berapa lama lagi kau bisa menyembunyikan identitasmu,” gumamnya.

 

Tiba-tiba terdengar keributan di halaman penginapan. Ma Bong Chul dan anak buahnya sudah datang. Jo Gwan Woong bahkan tidak ingat Bong Chul pada awalnya. Ia tak menduga Bong Chul masih hidup.
“Aku tidak punya uang maupun kekuasaan, setidaknya aku harus menikmati hidup, bukan begitu?” kata Bong Chul.
Jo Gwan Woong bertanya mengapa Bong Chul datang ke sini dan membuat keributan. Bong Chul menagih uang yang seharusnya dibayarkan Jo Gwan Woong padanya dan juga Jo Gwan Woong telah mengkhianatinya dan menghabisi anak buahnya.
Maka mereka pun menggelar demo di halaman penginapan. Mereka berbaring di halaman penginapan sampai Jo Gwan Woong bersedia membayar mereka.
Sebenarnya, itu hanya pengalihan agar pengawal Jo Gwan Woong melengahkan penjagaan terhadap Kang Chi. Kepala pengawal dan anak buahnya pergi ke halaman untuk menangani demo Bong Chul. Tersisa tiga orang pengawal yang menjaga Kang Chi.



Satu dari mereka tiba-tiba mati terpanah. Yeo Wool. Ia mengeluarkan pedangnya lalu melawan dua pengawal yang tersisa. Sementara Yeo Wool sibuk menghadapi dua pengawal itu, Kang Chi memusatkan perhatiannya pada bola nasi yang tertendang ke sana kemari. Tegang…tapi lucu…

 

Kepala pengawal mengacungkan pedang ke leher Bong Chul. Para anak buahnya berdiri ketakutan. Bong Chul menyuruh anak buahnya kembali berbaring. Bukan sekali ini saja mereka diancam. Hal paling buruk yang bisa terjadi adalah mereka dibunuh. Tapi sebenarnya Bong Chul merasa gugup dan takut, ia terus menoleh ke arah gudang tempat Kang Chi disekap.

 

Jo Gwan Woong dengan jeli menangkap arah pandangan Bong Chul. Ia menyadari demo ini hanya pengalihan. (hmmm…kalo demo di kita, pengalihan juga ngga ya *abaikan*)
Tersisa satu pengawal yang harus dikalahkan Yeo Wool. Kang Chi melihat bola nasi tertendang ke arahnya. Yeo Wool hampir membunuh pengawal terakhir ketika tiba-tiba pintu dibuka.
“Turunkan pedangmu sekarang juga!” bentak Jo Gwan Woong.
Kang Chi sepertinya telah menelan obat penawar itu.


Pengawal Jo Gwan Woong merebut pedang Yeo Wool. Lalu mereka membawa masuk Bong Chul yang telah babak belur dipukuli. Bong Chul melihat Kang Chi lalu meminta maaf. Bong Chul pingsan.
“Apa kau pikir taktik menyedihkan seperti ini akan mempan terhadapku?”
“Cepat lepaskan Choi Kang Chi! Mengapa kau mengikat orang tak bersalah?” kata Yeo Wool.
“Dia bukan orang, dia monster. Bukankah pantas memperlakukan seorang monster sebagai monster?”

 

“Heh..dari yang kulihat, yang monster itu adalah kau!” ujar Yeo Wool.
Jo Gwan Woong menampar Yeo Wool dengan keras. Kang Chi sangat marah.
Jo Gwan Woong memerintahkan agar Yeo Wool diikat. Yeo Wool diikat ke tiang. Kang Chi menggeram.

 

Ok Man melapor pada Tae Soo kalau Kang Chi akan diperlihatkan pada khalayak umum dan situasi sangat kacau saat ini. Tae Soo tertegun. Ia teringat perkataan Gisaeng Chun.
“Jika ia menggunakan Kang Chi untuk memfitnah Laksamana, hal itu harus dihentikan bagaimanapun caranya.” (Apa maksudnya? membunuh Jo Gwan Woong? Atau membunuh Kang Chi? Sepertinya yang terakhir Tae Soo melihat pedangnya.

 

Kang Chi dibawa ke halaman penginapan dalam keadaan terikat.
“Lihat baik-baik. Inilah wujud Choi Kang Chi yang sebenarnya,” Jo Gwan Woong mengumumkan. 
Kang Chi menoleh pada para pelayan yang dulu bekerja bersamanya. Mereka terkejut melihat wujud Kang Chi. Jo Gwan Woong memerintahkan agar Kang Chi dibawa ke tengah kota agar rakyat melemparinya dengan batu sampai mati.


Choi berlutut dan memohon-mohon pada Jo Gwan Woong.
“Tuan, tolong selamatkan dia. Sekali ini saja, mohon selamatkan dia. Setelah Park Mu Sol mengangkatnya, aku membesarkannya seperti anakku sendiri. Kumohon jangan biarkan ia dilempari sampai mati. Aku akan melakukan apapun yang Tuan inginkan. Puteraku…tolong selamatkan nyawa puteraku!” Choi memohon sambil menangis.


Choi malah diseret para pengawal Jo Gwan Woong lalu ditendangi dan diinjak-injak. Kang Chi berteriak-teriak memanggil ayahnya. Choi terus menerus memanggil Kang Chi.  
Tak tahan lagi melihat ayahnya didera, kemarahan Kang Chi tak terbendung. Rantai yang mengikatnya terlepas. Dengan mudah ia menjatuhkan semua pengawal Jo Gwan Woong.

 
Jo Gwan Woong mulai takut. Tapi ia kembali tersenyum saat melihat Kang Chi memuntahkan darah. “Kau pasti benar-benar ingin mati. Jangan remehkan kekuatan arak Chihoon. Seluruh pembuluh darahmu akan segera meledak di dalam tubuhmu.”
“Jangan khawatir. Masih banyak waktu untuk membunuhmu sebelum aku mati,” kata Kang Chi.
Ia berteriak dan menyerang Jo Gwan Woong. Jo Gwan Woong mundur ketakutan.


Tiba-tiba melompatlah pengawal Seo-hwa untuk membela Jo Gwan Woong, atau lebih tepatnya, untuk menghentikan Kang-chi untuk membunuhnya. Kang-chi dalam keadaan lemah dihajar hingga berlutut, dan kemudian Seo-hwa datang dengan menggunakan hanbok.



Jo Gwan-woong nyengir melihat Seo-hwa dan memerintahkan anak buahnya untuk menangkap Kang-chi, dan Seo-hwa akhirnya menjerit : "Cukup! Stop! Kau menang. Akulah perempuan yang dibunuhmu dua puluh tahun yang lalu. Sayalah Yoon Seo-hwa."


Seo Hwa menantang Jo Gwan Woong: "Sekarang Anda tahu siapa saya, apa yang akan Anda lakukan?" Ini adalah pertanyaan yang bagus. Disudur lain, Tae-seo bernafas lega, pedangnya tergenggam erat di tangannya.


Guru Dam berpikir bahwa inilah saatnya untuk pergi menolong Kang Chi, tapi Lee Soon-shin mengatakan ada waktu yang tepat untuk segala sesuatu.


Guru Dam mengatakan kepada Lee Soon-shin bahwa Pendeta So-jung datang mengunjunginya. Dia memperingatkan Guru Dam tentang Wol-ryung hanya memiliki sedikit waktu yang tersisa. Ia sudah kehilangan akal sehatnya dan lupa ingatan, jika dia kehilangan waktunya yang sedikit itu maka hilanglah sifat kemanusiaannya, dia akan menjadi  iblis yang bisa menghancurkan segala sesuatunya, dan satu-satunya orang yang bisa membunuhnya adalah Kang-chi.


Lee Soon-shin menarik napas khawatir bahwa Kang Chi harus membunuh ayahnya sendiri yang terlalu tragis untuk Kang-chi, seperti yang kita lihat Wol-ryung sewaktu-waktu bisa diambil alih oleh energi hitam yang mengisi pembuluh darahnya.


Pendeta So-jung kembali ke perpustakaannya untuk menemukan Wol-ryung ternyata kosong, dan kemudian kita melihat Wol-ryung di hutan, mengisap kehidupan dari seluruh kelompok wisatawan. 


Seo-hwa duduk di samping tempat tidur Kang-chi saat ia tidur, dan meminta Choi bercerita tentang masa kecil Kang Chi. Choi mengatakan kepadanya bahwa mereka menemukannya di sungai, dan bahwa ia hanya memberinya pakaian dan memberinya makan, tapi Tuan Park yang benar-benar menjadi ayah angkatnya. Seo Hwa mengepal tangannya menahan tangis, dan tiba-tiba bangkit. Dia mengatakan agar Choi merahasiakan semua ini untuk Kang-chi karena itu untuk yang terbaik, dan mereka berjalan keluar. Tapi Kang-chi tidak tertidur, dan ia membuka matanya segera setelah mereka berjalan keluar. 


Seo-hwa pergi menemui Tae-seo, dan mengatakan dia tahu bahwa Tae Seo ada dipihak Lee Soon-shin sejak awal. Seo-hwa meminta Tae-seo bertingkah laku  yang baik dan setia pada janjinya untuk menjadi anaknya.
Tae-seo melihat itu sebagai pengkhianatan, yang menurutnya hanya sepihak. Seo-hwa bertanya apa yang negara pernah lakukan untuknya ketika keluarganya dilucuti dari segala sesuatu dan adiknya dijual sebagai gisaeng. Seo-hwa mengatakan kepadanya untuk menyerah meletakkan harapannya di Joseon, dan fokus pada reklamasi penginapan dan menyelamatkan adiknya, dan sebagai gantinya, dia akan membunuh Jo Gwan-woong.


Seo-hwa benar-benar merasa dikhianati oleh negaranya, dan tidak hanya didorong oleh benci pada satu orang jahat. Jo Gwan-woong mencemooh Pil-mok, orang yang selalu berada di sisi Seo-hwa, dan memberi tuntutan bahwa ia harus memilih antara kesepakatan mereka atau Yoon Seo-hwa, dan keduanya bukanlah pilihan.


Kang-chi sebenarnya tidak tidur dan bangkit berjalan keluar, ternyata ada Seo-hwa di luar. Mereka tetap canggung dan sopan satu sama lainnya saat Kang chi mengucapkan terima kasih dan Kang Chi mengatakan selamat tinggal, sepertinya hanya pemuda yang pernah memasuki kamarnya pada malam itu, dan tidak lebih.


Tapi kemudian Kang Chi berbalik, dan bergegas kembali- ketika Kang Chi mengatakan bahwa Jo Gwan-woong dapat melakukan apapun yang dia inginkan bahkan tidak manusiawi, bahwa seharusnya Choi tidak harus memberitahu Kang-chi akan kebenarannya karena itu lebih baik dengan cara ini.

 

Matanya berkaca-kaca dan Kang Chi bertanya hati-hati seperti anak kecil, "Saya benar-benar penasaran pada semua hal ... Apakah Anda sangat membenci saya?" ...Dan cukup untuk membuang saya di sungai setelah saya lahir ... apakah aku sangat yang mengerikan?"
Oh Tuhan!, Seo-hwa, ingin mengatakan tidak. Seo-hwa berjuang untuk tetap bersama, tetapi tidak bisa berkata-kata dan Kang Chi berkata ia hanya ingin menanyakan 1 hal itu, hanya itu saja.


Seo-hwa tidak bisa mengatakan apa-apa, jadi Kang Chi hanya terdiam sebagai jawabannya, yang bahkan lebih buruk. Kang Chi berbalik untuk pergi, Seo-hwa hanya melihatnya berjalan menjauh darinya dan kemudian menangis tersedu-sedu, dan memukuli dadanya karena menyesal telah membuang Kang Chi.


Chung-jo menawarkan hadiah kepada gisaeng Wol-sun dan menyodorkan minuman untuk membuat perdamaian, dan Wol-sun mengatakan apakah dengan tawaran hadiah ia akan melupakan kejadian yang telah berlalu dengan mudahnya? Lalu Wol sun berkata ini adalah terakhir kalinya ia berdamai dan akan membiarkan hal itu berlalu, sambil mengambil minuman. Chung-jo  menunggu Wol sun untuk meminum seteguk air yang ia sodorkan dan kemudian memberi peringatan juga untuk Wol sun karena ia tidak akan main-main dengan Wol sun lagi bila melakukan sesuatu yang merugikan dirinya.


Wol-sun memegang tenggorokannya dan mulai tersedak,  Chung-jo mengatakan dia memberinya minuman yang sama ketika Wol sun memberikan kepada Kang-chi. Chung jo berkata ia akan memberikan obat penawarnya besok malam, jadi Wol sun bisa merasakan rasa sakit yang sama ketika Kang-chi merasakannya.


Chung jo mengatakan kepada pembantunya Gob Dan bahwa ia tidak akan pernah terancam oleh siapa pun, dan bahwa dia akan menjadi kepala Gisaeng agar tak tersentuh oleh siapapun - jadi tidak akan terjatuh untuk jenis manipulasi apapun terhadap dirinya.


Beralih ke Yeo-wol yang diikat ke tiang, masih disandera di penginapan bersama dengan Bong-chul. Tapi segera setelah mereka tersadar, Kang-chi tiba dengan hajaran beberapa pukulan dikepala bersama-sama dan menyelamatkan mereka.


Dia menerobos masuk dan melepaskan Yeo-wol, Yeo wol bertanya apakah Kang Chi baik-baik saja ? Kang Chi menceritakan berkat Choi (ayah angkat kang chi) memberikan obat penawar padanya sehingga ia bisa pulih sedia kala. Tapi kenapa muka Kang Chi terlihat begitu pucat seperti orang yang sedang sakit?


Kang Chi terdiam dan hanya memeluknya dan mengatakan tidak ada yang terjadi, meskipun ia mendesah seperti dia baru saja melalui neraka, dan dia menepuk punggung Yeo Wol untuk menghiburnya. Bong Chul hanya melotot melihat mereka berpelukan.


Kang-chi dan Yeo-wol kembali ke rumah dan Gon dan Sung menunggu mereka di luar, meskipun fakta bahwa Gon menentang semua perbuatan Kang Chi tapi tampaknya Gon senang melihat mereka berdua kembali.

Gon bersumpah dia tidak akan khawatir lagi dengan Kang-chi lalu mereka dan Guru Gong Dal duduk dengan mereka untuk makan malam bersama.


Kang-chi duduk di kamarnya merenungkan apa yang telah terjadi dengan melihat tulisan yang ditulis Kepala Gisaeng kepadanya, tapi dia diganggu dengan pikiran Wol-ryung setelah mendengar dari siswa lain yang telah terjadi puluhan mayat kering ditemukan akhir-akhir ini.


Dia pergi keluar untuk menemukan Gon yang sedang berlatih dilarut malam, dan bertanya bagaimana Gon melakukannya. "Aku harus menjadi lebih kuat. . Ada lebih banyak hal yang ingin saya lindungi "kata Gon," Menjadi kuat maka Anda akan memiliki banyak kekuatan untuk bertahan  dan melindungi "Kang-chi:".? Misalnya "Dia terganggu oleh pandangan Kang-chi itu, jadi tidak tahu bagaimana menjawabnya.

 

Tapi Kang-chi mengetahui setelah selesai mendengar perkataan Gon untuknya: "Seperti membunuh ayahku dengan tanganku sendiri? Seperti itu? "Gon terkejut bahwa Kang-chi tahu, dan bertanya apakah dia baik-baik saja dengan keadaan itu. Kang-chi mengakui bahwa ia tidak setuju, tapi apa yang bisa dia lakukan-dialah satu-satunya orang yang bisa melakukannya.


Tae-seo mengunjungi Seo-hwa dan bertanya kepada Seo-hwa apa yang ia dapati dalam pertukaran untuk membantunya, dan Seo-hwa menawarkan Tae seo penginapan dan kebebasan adiknya. Yang Seo-hwa inginkan darinya adalah untuk petanya kembali. "Dan kapan Jo Gwan-woong mati?"

Seo-hwa tersenyum, "Dia akan meninggal malam ini."


Jo Gwan-woong mendengar bunyi gedebuk di luar kamarnya malam itu, lalu ia pergi keluar dan menemukan penjaganya semua tergeletak di lantai. Seorang pembunuh bertopeng menodongkan  pedangnya di leher Jo Gwan Woong, dan kemudian bersiap membacoknya



Mata jo Gwan-woong melebar, dan kemudian wajahnya berlumuran darah.


Gon membawa Kang-chi kepada Guru Dam, Guru Dam menunggu di halaman dengan pedang di tangannya.


Wol-ryung berjalan melalui kota dan berhenti di luar pintu gerbang Seratus Tahun Inn. Dia berpikir pada dirinya sendiri: "Siapa yang menyuruh saya kesini?"


Dan Seo-hwa menyapa pengunjung larut malam ... yang ternyata Yeo-wol. Dia memperkenalkan dirinya dan mengatakan dia di sini untuk mengatakan sesuatu tentang Kang-chi.



Kembali di sekolah, Guru Dam menghunus pedangnya dan berkata: "Lepaskan gelangnya dan terimalah pedangku."

(Bersambung)



Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Google Translate

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Love and Like Movie - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger