Episode : 24 (dalam konfirmasi)
Network : MBC
Tanggal tayang : 8 April - 25 Juni 2013
CAST & CREW
Sutradara : Shin Woo Chul
Skenario : Kang Eun Kyung
Pemain:
Choi Jin Hyuk sebagaiGu Wol Ryung (ayah Kang Chi)
Lee Sung Jae sebagai Jo Gwan Woong
Lee Seung Gi sebagai Choi Kang Chi
Bae Suzy sebagai Wol Yeo Dam
Yoo Yun Suk sebagai Park Tae Seo
Lee Yoo Bi sebagai Park Chung Jo (cinta pertama Kang Chi)
Lee Yeon Hee sebagai Yoon Seo Hwa (ibu Kang Chi)
Jung Hye Young sebagai Chun Soo Ryun (kepala gisaeng)
Uhm Hyo Sup sebagai Park Moo Sol (Ayah angkat Kang Chi)
SINOPSIS BAGIAN 5
Jo Gwan Woong berkata perburuan segera dimulai.
Di Penginapan Seratus Tahun, Kang Chi dan Yeo Wool melihat ninja-ninja bermunculan di atap dan dari bawah tanah. Awalnya seperti asap lalu membentuk tubuh manusia.
Tuan Park kedatangan tamu yang awalnya dikira So Jung namun ternyata samaran seorang ninja. Entah bagaimana ninja ini bisa menjadi So Jung. Apakah Tuan Park hanya melihat apa yang ingin dilihatnya?
Para ninja di halaman mengeluarkan pedang mereka. Yeo Wool dan Kang Chi bertempur melawan mereka. Tapi setiap kali Yeo Wool menusuk salah satunya dengan pedang, ninja itu menghilang bagai asap. Demikian juga ketika Kang Chi meninju mereka, mereka berubah menjadi asap dan hilang.
“Apa ini?” tanyanya bingung.
“Sudah kubilang mereka adalah ilusi.”
Kang Chi masih terbengong-bengong hingga seorang ninja ilusi melukai tangannya dengan pedang.
“Walau mereka ilusi tapi mereka bisa melukaimu,” Yeo Wool menambahkan. “Berhati-hatilah.”
Sementara itu ninja penyamar menyuruh Tuan Park melanjutkan apa yang akan dikatakannya mengenai Kang Chi dan gelangnya. Tuan Park tidak menjawab. Ninja itu bertanya dengan sikap mengancam. Tiba-tiba pedang terhunus ke arah ninja penyamar itu.
Horeee… Han No dan para pengawal Tuan Park datang^^
Melihat Tuan Park tidak akan memberikan informasi yang dimintanya, ninja itu hendak menebasnya. Tentu saja Han No tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Ia menangkis pedang ninja itu dengan sekuat tenaga.
Sementara itu Kang Chi dan Yeo Wool mulai lelah karena lawan mereka tidak kunjung habis. Kang Chi bahkan sudah berkali-kali terkena sabetan pedang.
“Ini gila. Mereka tidak ada habisnya,” ujarnya pada Yeo Wool.
“Lawan kita satu.”
“Hanya satu?” tanya Kang Chi kaget.
“Benar, dari semua ilusi ini, hanya satu. Kita harus menemukannya.” Oke…but which one???
Yeo Wool berusaha terus melawan para ninja itu dan tangannya sempat terluka. Kang Chi berusaha mencari ninja asli yang menjadi lawannya. Tapi ia malah melihat salah satu ninja itu melompat menerjang Yeo Wool.
Jleb! Pedang ninja itu menancap di lengan Kang Chi yang menjadikan tubuhnya sebagai tameng Yeo Wool. Yeo Wool terkejut.
Ia teringat saat ia kecil ia hendak diserang oleh seekor anjing besar. Kang Chi kecil menyuruhnya untuk terus menatap anjing itu lalu bergerak mendekati Yeo Wool.
“Bagaimana ini, ia akan menggigitku,” kata Yeo Wool kecil ketakutan.
“Jangan khawatir, aku akan melindungimu.” Kata-kata yang sama yang diucapkan Kang Chi di dekat pohon sakura.
Yeo Wool menoleh, lupa dengan arahan Kang Chi. Anjing itu berlari menerjang. Yeo Wool menjerit sambil menunduk. Tapi Kang Chi melompat ke depan Yeo Wool hingga tangannya yang digigit oleh anjing itu. Yeo Wool shock melihat tangan Kang Chi berdarah-darah digigit anjing itu.
Dan sekarang tangan Kang Chi kembali terluka karena melindunginya. (Lee Seung Gi benar-benar terluka dalam adegan perkelahian ini >,<)
Kang Chi meraih pedang si ninja dengan tangan yang satunya. Gelangnya bersinar.
“Aku menemukanmu,” ujar Kang Chi. Ninja itu terkejut. Kang Chi menendangnya hingga jatuh tergeletak. Seketika itu juga seluruh ninja ilusi lenyap tak berbekas.
Han No dan para pengawal lainnya melawan ninja si penyamar. Dalam keadaan terdesak, ninja itu melemparkan bom asap dan melarikan diri.
Kang Chi memegangi tangannya yang terluka oleh pedang. Yeo Wool terus memandanginya dengan khawatir.
“Jangan khawatir. Ini tidak ada apa-apanya,” Kang Chi menenangkan.
Dan ingatan Yeo Wool pun kembali pada kata-kata yang sama saat Kang Chi digigit anjing.
Pakk! Yeo Wool menepak kepala Kang Chi dengan keras. Kang Chi terkejut.
“Apa kau punya dua nyawa?” sergah Yeo Wool. “Jika kau melihat pedang, kau seharusnya menghindarinya. Orang bodoh mana yang menghalangi pedang dengan tangannya sendiri? Mungkin saja mengenai lehermu. Jika ia tersilap sedikit saja, kau mungkin sudah mati. Apa kau tahu?!”
Kang Chi jadi kesal. Yeo Wool seharusnya berterima kasih jika memang merasa seperti itu. Bukankah Yeo Wool bisa berterima kasih karena ia telah menyelamatkan nyawanya?
“Apa aku memintamu menyelamatkan nyawaku?”
“Tapi aku menyelamatkanmu. Itu kenyataan.”
Pakkk!! Yeo Wool malah memukul Kang Chi lagi. Kang Chi berteriak kesakitan.
“Aku tidak memerlukanmu untuk menyelamatkan nyawaku. Aku tidak selemah itu. Jadi berhentilah unjuk gigi. Aku bisa mengurus diriku sendiri,” kata Yeo Wool marah.
Kang Chi tak pecaya ia malah dimarahi setelah menyelamatkan nyawa orang lain.
Tapi rupanya bagi Yeo Wool, peristiwa masa kecil itu menjadi semacam trauma baginya. Ia tak berdaya ketika melihat Kang Chi digigit anjing dan anjing itu terus menggigit tak mau melepas tangan Kang Chi. Yeo Wool saat itu hanya bisa menangis kebingungan.
Kang Chi lalu mengelus anjing itu dengan lembut sambil berbicara menenangkannya. Anjing itu akhirnya melepas tangan Kang Chi dan pergi. Tapi Yeo Wool terlanjur shock melihat tangan Kang Chi yang penuh darah dan ia menangis tersedu-sedu. Kang Chi kebingungan. Lebih bingung daripada waktu liat anjing galak kayanya ;D
Setelah Yeo Wool tenang, Kang Chi membawakan minum. Yeo Wool bertanya apakah tangan Kang Chi sakit. Untuk menenangkan Yeo Wool, Kang Chi berkata tangannya tidak apa-apa dan melakukan gerakan-gerakan namun pada akhirnya mengaduh kesakitan.
Kang Chi bertanya di mana Yeo Wool tinggal, ia tak pernah melihat Yeo Wool sebelumnya. Yeo Wool berkata ia sedang menginap di Penginapan Seratus Tahun.
Kang Chi berkata ia tinggal di sana tapi ia suka bermain seharian di hutan. Yeo Wool bertanya apa Kang Chi tidak takut di hutan.
“Tidak ada yang harus ditakuti di hutan. Ayahku bilang yang harus paling ditakuti adalah manusia. Tapi aku juga tidak takut manusia. Jadi apa kesimpulannya? Tidak ada yang kutakuti di dunia ini.” Well….kecuali….
AAAAAARGH!! Kang Chi berteriak melihat laba-laba besar menggantung dari pohon. Sedangkan Yeo Wool dengan antengnya meraih benang laba-laba besar itu.
“Apa yang kaulakukan?!” teriak Kang Chi panik.
“Ini laba-laba. Memangnya kenapa?” tanya Yeo Wool sambil mengulurkan laba-laba itu. Kang Chi semakin mundur ketakutan hingga kepalanya membentur pohon.
“Katanya tidak ada yang kautakuti di dunia ini,” olok Yeo Wool. Kang Chi menyangkal kalau ia takut.
“Tidak takut?”
“Tidak!”
“Laba-laba!” Yeo Wool menunjuk kaki Kang Chi. Maka Kang Chi pun melompat-lompat heboh hingga menubruk Yeo Wool. Upsss…. (kenapa setelah besar adegan ini tak terulang ya ^^)
Keduanya merasa kikuk. Kang Chi buru-buru bangkit dan duduk berjauhan dengan Yeo Wool. Ia bahkan tidak berani melirik Yeo Wool.
Yeo Wool tertawa geli. Kang Chi ternyata takut banyak hal (laba-laba dan anak perempuan). Kang Chi memintanya agar tidak memberitahukan pada orang lain.
“Jika kau melakukannya, maka…”
“Maka apa? Apa yang akan kaulakukan?”
“Aku….aku akan menikahimu!!” Whuuut??? LOL XD So cute
Hmm…jangan-jangan Kang Chi cinta pertama Yeo Wool. Kalau gitu tinggal kasih tahu semua orang kalau Kang Chi takut laba-laba, terus Kang Chi jadi harus menikahi Yeo Wool. Iya kan? *abaikan*
Sepertinya Yeo Wool tidak ingin ada orang lain lagi yang terluka karena melindungi dirinya. Mungkin itu sebabnya ia belajar bela diri dan bersikap kuat. Tapi lagi-lagi Kang Chi terluka karena melindunginya. Ia merasa kesal pada dirinya sendiri. Dan melampiaskannya pada pohon sakura di halaman. Ia menendangi pohon itu. Pohon yang malang >,<
“Apa yang sedang kaulakukan?” tanya Gon yang sudah berada di belakang Yeo Wool.
“Tidak ada apa-apa,” kilah Yeo Wool.
Gon melihat luka di tangan Yeo Wool. Ia sangat khawatir dan bertanya dengan marah siapa yang telah melukai nonanya. Yeo Wool berkata ada pembunuh di penginapan ini dan ia yakin itu orang suruhan Jo Gwan Woong. Pembunuh itu menggunakan ilusi. Ia pernah mendengar tentang ilmu itu tapi baru pertama kali benar-benar menghadapinya, karena itu ia terluka. Ia meminta Gon tidak mengkhawatirkannya.
Sebelum pergi ia memberitahu Gon kalau Kang Chi telah menyelamatkan nyawanya.
Chung Jo mendengar Kang Chi terluka. Ia menjadi sangat khawatir.
Kang Chi berteriak-teriak heboh saat ayah angkatnya Choi membalut lukanya. Choi mengomelinya seperti seorang ayah yang mengomeli anaknya. Ia berkata Kang Chi seharusnya mencari bantuan dan bukannya melawan para pembunuh itu seorang diri. Kang Chi berkata ia tidak sendirian. Ia baru sadar kalau ia belum tahu siapa nama Yeo Wool. Note: Kang Chi masih mengira Yeo Wool itu seorang pria.
“Namanya Dam do-ryung (do ryung adalah istilah lama Korea untuk menyebut pria muda bangsawan yang belum menikah),” kata Gon yang mendengar percakapan mereka.
Ia menyodorkan obat untuk luka Kang Chi, pemberian Dam do-ryung. Obat itu akan membuat luka Kang Chi sembuh dengan cepat.
“Ia bersikap kejam tapi sebenarnya ia khawatir. Tapi kenapa ia memberiku obat, seperti anak perempuan saja?”
“Kalau begitu lupakan,” Gon hendak mengambil kembali obat itu.
Kang Chi tidak mau memberikannya. Pria seperti apa yang mengambil kembali apa yang sudah diberikannya? Ia meminta Gon menyampaikan ucapan terima kasih pada Yeo Wool.
Gon kembali ke kamar Yeo Wool. Tapi ia segera membalikkan badan begitu melihat Yeo Wool tidak berpakaian lengkap. Sementara Yeo Wool cuek. Ia bertanya apakah Gon sudah memberikan obat itu pada Kang Chi.
“Sudah,” kata Gon gugup.
“Apa kau sudah memberitahunya untuk memakainya siang dan malam tanpa lupa satu kalipun?”
“Saya yakin ia melakukannya.”
“Apa kau juga bilang kalau aku sangat berterima kasih?”
“Ehm…begitulah…” (padahal yang dikatakan Gon adalah: “Kau adalah kutukan seribu tahun” Ha. Naughty Gon.)
“Lalu apa yang ia katakan sebagai balasannya?” tanya Yeo Wool.
Kang Chi: Kau …kau mau mati?!
Gon: Matilah sendiri…
Kang Chi: Hei! Kemari kau!! Kembali ke sini pada hitungan ketiga!! Satu…Dua …Kau brengsek!!
“Apa yang kaupikirkan? Apa yang ia katakan?” tanya Yeo Wool lagi.
“Eh…ia tidak berkata banyak.”
“Bahkan setelah aku mengucapkan terima kasih, ia tidak mengatakan apapun?”
Gon yang gugup cepat-cepat keluar dari kamar Yeo Wool. Yeo Wool cemberut, karena mengira Kang Chi tidak memaafkannya setelah ia menepak kepalanya tadi.
Han No melaporkan pada Tuan Park kalau ninja penyamar berhasil melarikan diri tapi Kang Chi berhasil menangkap ninja ilusi.
Kang Chi dan para pengawal menginterogasi ninja ilusi agar mau mengatakan siapa yang telah mengirimnya. Ninja itu tidak mau membuka mulut tapi Kang Chi ingat ninja itu adalah salah seorang pengawal Jo Gwan Woong.
Mendengar itu, Tae Soo ingin menyekap ninja ilusi itu dan menyiksanya untuk mengetahui apa rencana Jo Gwan Woong sebenarnya. Mereka tidak boleh membiarkan ninja ilusi itu lolos.
Han No bercerita tadi ada seorang biksu misterius mendatanginya dan menyuruhnya memeriksa Tuan Park saat itu juga. Biksu itu bernama So Jung dan berkat biksu itu maka mereka berhasil datang tepat pada waktunya. Han No bertanya apa Tuan Park mengenal So Jung.
Dalam hatinya Tuan Park menghitung tinggal 10 hari lagi Kang Chi berusia 20 tahun.
Di luar, So Jung melihat ke langit. “Tak banyak waktu lagi, Kang Chi-ah,” gumamnya.
Kang Chi duduk di halaman dan mengeluarkan obat pemberian Yeo Wool. Di mangkuk obat itu tertera tanda panah yang sama dengan tanda panah pada surat Dam Pyung Joon untuk Tuan Park.
Chung Jo datang menemuinya. Tanpa banyak bicara ia memeriksa tangan Kang Chi yang terluka. Ia terkejut melihat luka Kang Chi yang cukup dalam. Sedikit marah, ia bertanya mengapa Kang Chi tidak menemui tabib.
Kang Chi tersenyum dan berkata lukanya telah diobati oleh ayahnya. Ia meyakinkan kalau ia baik-baik saja.
“Kenapa kau selalu baik-baik saja? Saat dalam kenyataannya kau tidak baik-baik saja dan terluka. Kau sakit dan perih. Katakan saja, tidak perlu menahannya.”
“Chung Jo…”
“Di depanku kau tidak perlu bersikap kau baik-baik saja,” Chung Jo berusaha menahan air matanya yang hampir keluar.
Kang Chi tersenyum lalu mendorong dahi Chung Jo dengan jarinya.
“Dasar bodoh. Siapa yang menahannya. Aku benar-benar baik-baik saja. Melihatmu aku merasa baikan. Bagiku, kau lebih ampuh dari obat apapun di dunia ini.”
Mendengar itu, Chung Jo memeluk Kang Chi erat-erat. Kang Chi tertegun.
“Apakah aku bisa meninggalkanmu? Apa aku bisa hidup tanpamu?” kata Chung Jo.
Kang Chi balas memeluk Chung Jo dengan erat.
“Kang Chi…” gumam Chung Jo.
Mereka berpelukan tanpa menyadari ada yang melihat mereka. Yeo Wool. Dan obat Yeo Wool pun terlupakan di bangku halaman.
Dam Pyung Joon menerima surat yang dikirim melalui burung merpati. “Menggunakan bela diri ilmu hitam.”
Tae Soo menemui Jo Gwan Woong. Ia memberitahu kalau ia telah menangkap seorang dari anak buah Jo Gwan Woong.
“Ia adalah pembunuh yang Tuan kirim ke penginapan kami semalam.”
Jo Gwan Woong pura-pura tidak tahu. Untuk apa ia mengirim pembunuh ke penginapan? Tae Soo berkata Jo Gwan Woong harus ke penginapan untuk menjelaskan persoalan ini.
“Apa? Menjelaskan? Kau anak tidak tahu sopan santun. Memangnya kau siapa hingga berani mengucapkan kata-kata itu?”
“Nyawa ayahku terancam! Jika ini terserah padaku, aku akan membawa Tuan sekarang juga. Tapi ayahku menghormati Tuan karena Tuan pernah menjadi asisten menteri. Aku berusaha bersikap sesopan mungkin. Pertama, datanglah ke penginapan dan minta maaf pada ayahku. Setelah itu, jelaskan mengapa Tuan memainkan permainan yang begitu kejam.”
O-oww….Tae Soo sepertinya belum tahu sekejam apa Jo Gwan Woong ini >,<
Tampaknya hari pernikahan Chung Jo semakin dekat. Tapi Chung Jo malah semakin tidak yakin dengan pernikahan ini. Ia merasa sesak dan gelisah saat teringat akan segera menikah.
Ia ingat percakapannya dengan Kang Chi semalam saat mereka berpelukan.
“Aku hanya ingin terkubur saja seperti ini. Jika itu tidak mungkin, aku ingin menjadi debu dan menghilang tanpa jejak,” katanya sedih.
Kang Chi melepaskan pelukannya. Ia bertanya pada Chung Jo apa yang sebaiknya ia lakukan.
“Aku akan melakukan apa yang kauinginkan. Apapun yang kauinginkan, aku akan berada di sisimu. Katakan padaku, apa yang kauinginkan? Apa yang bisa kulakukan?”
“Apa kau bisa mengkhianati Ayah? Kau akan menyakiti hatinya dan menjadi musuh Kak Tae Soo? Apa kau bisa hidup hanya dengan melihatku?”
Kang Chi terdiam.
“Tidak, kau tidak bisa. Kau tidak akan pernah bisa mengkhianati ayah atau keluargaku. Sama seperti aku juga tidak bisa.”
“Chung Jo…”
“Sudah cukup. Mari kita hentikan. Kudengar wanita menjadi ragu saat mendekati hari pernikahannya. Lupakan saja apa yang baru kukatakan,” kata Chung Jo. Lalu ia pergi meninggalkan Kang Chi.
Kang Chi pun teringat hal itu dan menghela nafas panjang. So Jung muncul dan duduk di sebelahnya.
“Siapa kau?” tanya Kang Chi.
“Aku hanya seorang tamu di sini. Kudengar makanan di penginapan ini enak. Aku datang untuk makan. Apa kau bekerja di sini?”
“Ya, kurasa begitu,” jawab Kang Chi. Ia melihat So Jung memperhatikan gelangnya dan merasa tak nyaman. Ia menutupi gelangnya dan pamit pada So Jung.
“Tersisa 10 hari lagi,” ujar So Jung.
Kang Chi berhenti berjalan dan menoleh.
“Menjelang 20 tahun kau tiba di sini. Bukankah tinggal 10 hari?”
“Sebenarnya, sisa 11 hari lagi,” kata Kang Chi walau ia merasa bingung.
So Jung tersenyum. Ia ingat Wol Ryung pernah mengatakan hal yang sama. Sebelas hari lagi menjadi manusia. Hmmm…apakah Kang Chi juga akan menjadi manusia jika memakai gelang itu hingga berusia 20 tahun?
Kang Chi bertanya mengapa So Jung tahu. Apakah So Jung mengenalnya? So Jung menghampiri Kang Chi.
“Jangan tinggal di penginapan malam ini. Saat segala sesuatu akan berakhir, selalu ada kekuatan jahat yang bekerja. Sama seperti 20 tahun lalu, ada kekuatan yang sama di udara. Segala sesuatunya akan berubah tempat. Itu adalah kekuatan yang menimbulkan kekacauan.”
Kang Chi tak mengerti kata-kata So Jung. So Jung berkata Kang Chi harus pergi dari penginapan sebelum matahari terbenam dan tidak kembali sampai matahari terbit esok pagi.
Kang Chi masih kebingungan.So Jung meraih tangan Kang Chi dan memperhatikan gelangnya.
“Tolong lakukan apa yang kukatakan, Kang Chi-ah.”
Kang Chi bengong. Bagaimana biksu ini bisa tahu namanya? Tapi saat ia berbalik, So Jung sudah menghilang.
Kang Chi berlari ke sana kemari mencari So Jung. Ok Man menghampirinya dan menegurnya karena tidak beristirahat (karena tangan Kang Chi yang terluka semalam). Kang Chi bertanya apakah Ok Man melihat seorang biksu. Ok Man tidak melihatnya. Ia bertanya mengapa Kang Chi mencari biksu itu. Kang Chi berkata sepertinya biksu itu mengetahui sesuatu mengenai dirinya.
Ok Man bercerita ada seorang tamu di penginapan. Tamu itu bukan tamu biasa. Ok Man berbisik kalau tamu itu seorang gubernur. Hmmm…pangkat Lee Soon Shin sama Jo Gwan Woong tinggi mana ya? Kalau pangkat Lee Soon Shin lebih tinggi kan harusnya lebih gampang menangani Jo Gwan Woong.
Tae Soo kembali ke penginapan. Han No melaporkan ada tamu yang menunggu Tae Soo. Rupanya Yeo Wool dan Gon.
“Lama tak jumpa,” sapa Yeo Wool.
Tae soo langsung tersenyum cerah.
“Nona Yeo Wool,” ia berjalan menghampiri. Gon langsung menatapnya dengan tatapan “ada satu lagi?”.
Tae Soo bertanya apa yang membuat Yeo Wool datang. Yeo Wool berkata ia sudah datang sejak beberapa hari yang lalu tapi ada hal yang perlu dilakukannya lebih dulu.
“Apa Guru Dam baik-baik saja?”
“Iya, ia sedang bersama Tuan Park.”
“Aku senang bertemu denganmu lagi,” kata Tae Soo. Wow, dia ngga pernah senyum selebar ini^^
Sementara Gon…sigh, poor Gon >,< saingannya bertambah.
Dam Pyung Joon membahas mengenai Jo Gwan Woong bersama Tuan Park. Mereka sama-sama merasa aneh karena Jo Gwan Woong belum menunjukkan pergerakan. Tidak tahu apa yang sedang direncanakannya.
“Kudengar orang-orangnya menggunakan ilmu hitam,” kata Guru Dam.
“Satu orang menggunakan bubuk untuk menciptakan ilusi. Dan orang yang tertangkap juga bisa menciptakan ilusi. Mengejutkan melihat teknik seperti itu di negeri kita.”
Guru Dam berkata itu teknik ninja. Dia pernah ke luar negeri beberapa tahun lalu dan melihat ninja menggunakan teknik yang sama.
“Apa menurumu dia (Jo Gwan Woong) bekerja sama dengan orang asing?” tanya Tuan Park.
Guru Dam berkata lokasi pembunuhan dan tempat yang Jo Gwan Woong datangi selalu berhubungan. Jika Jo Gwan Woong bersekutu dengan orang asing, maka rangkaian pembunuhan itu sudah jelas dilakukan oleh para ninja.
“Gubernur yang baru terpilih juga memfokuskan diri pada masalah ini. Kami telah membawa masalah ini ke pemerintah tapi selalu diabaikan.”
“Apa maksudmu mungkin akan terjadi perang?”
“Begitulah yang beliau pikirkan. Karena itu aku bertanya bisakah kau membantunya?”
Tuan Park bingung, bagaimana caranya membantu.
“Tanyakan saja sendiri,” kata Guru Dam.
Masuklah seorang berpakaian putih. Bangsawan yang pernah ditemui Yeo Wool dan Gon di dekat pasar. Tuan Park bangkit berdiri untuk menyambutnya.
Guru Dam memperkenalkan keduanya.
“Biar kuperkenalkan. Ini adalah gubernur yang baru terpilih.”
“Senang bertemu denganmu. Aku adalah Lee Soon Shin.
Rupanya Lee Soon Shin menemui Tuan Park karena ingin meminta bantuan untuk dana militer. Tuan Park menanyakan dana itu akan digunakan untuk apa. Guru Dam menegur Tuan Park agar bersikap lebih sopan.
“Aku memiliki darah pebisnis. Seorang pebisnis sangat cermat mengenai bagaimana uangnya digunakan. Bisakah Tuan memberitahu untuk apa dana militer itu?”
“Seandainya terjadi perang, kita memerlukan perahu untuk melindungi perairan kita. Sebelum aku diangkat, perlengkapan militer sangat sedikit. Pelatihan, senjata, dan meriam sedang diperlengkapi tapi membuat perahu lain lagi ceritanya.”
Tuan Park tahu membangun perahu akan membutuhkan banyak dana. Dan lagi untuk perang tidak mungkin hanya membuat satu perahu kan? Lee Soon Shin yakin jika pihak luar hendak menyerang melalui laut, mereka pasti memiliki ratusan perahu.
“Jika kita tidak bisa mengimbangi jumlah itu, kita memerlukan takting perang yang tak biasa dan perahu yang besar. Begitulah pendapatku.”
“Perahu seperti apa yang akan sekuat itu?” tanya Tuan Park.
Guru Dam berkata Tuan Park bertanya terlalu banyak. Ini adalah rahasia utama militer. Tapi Tuan Park tidak bergeming.
Lee Soon Shin mengamati Tuan Park. Akhirnya ia menunjukkan sebuah gambar. Gambar perahu yang besar dilengkapi dengan barisan meriam dan dayung di samping kiri dan kanan perahu. Bagian atas perahu tertutup dan dipenuhi duri-duri runcing. Inilah perahu kura-kura yang terkenal itu.
Tuan Park terpana. “Tuan berniat membangun perahu ini?”
“Inilah sebabnya aku ke sini mencarimu.”
“Kami sudah mengajukan rencana untuk membuat perahu ini tapi ditolak. Ini adalah perahu untuk melindungi negara tapi pemerintah tidak mau mendanainya,” Gur Dam menjelaskan.
“Kau bertanya bagaimana dana militer itu akan digunakan? Itu akan menyelamatkan negara dan perairan kita. Apa sudah menjawab pertanyaanmu?” tanya Lee Soon Shin.
Tuan Park nampak sangat kagum dengan desain perahu di depannya. Ia menyuruh Tae Soo menutup semua pintu dan jendela. Tae Soo awalnya nampak ragu tapi ia menuruti perintah ayahnya.
Yeo Wool dan Gon menunggu di halaman. Muncullah Kang Chi yang penasaran dengan tamu besar yang dikatakan Ok Man. Melihat Yeo Wool dan Gon, ia tersenyum jahil.
“Mengapa kalian ke sini? Apa kalian ke sini untuk menemui Tuan Park? Ada apa?”
“Gon, katakan padanya ini bukan urusannya,” ujar Yeo Wool tanpa mau melihat Kang Chi.
“Kau dengar? Dia bilang ini bukan urusanmu.”
“dengar ya Dam do-ryung, kurasa kau tidak tahu, semua yang terjadi di penginapan ini adalah urusanku. Bahkan walau aku tidak mau, itu tetap menjadi urusanku.”
“Cerewet sekali. Gon, suruh dia tutup mulut.”
“Kau dengar? Dia bilang tutup mulutmu.”
Kang Chi jadi kesal dan hendak melabrak Yeo Wool. Tapi ia harus melewati Gon dulu yang dengan sigap menghalangi.
“Singkirkan tanganmu sebelum aku memotong keduanya.” Ancam Gon dengan galak.
“Apa? Potong apa?” (fanny: potong bebek angsa…masak di kuali….)
Kang Chi mencengkeram baju Gon dan balik mengancam. Keduanya bertengkar sementara Yeo Wool tenang-tenang saja melihat keduanya. Pertengkaran semakin memanas hingga Gon hendak mencabut pedangnya.
“Hei, apa yang kalian berdua lakukan? Hentikan,” ujar Yeo Wool. Tapi keduanya tidak mau melepaskan diri….eh maksudnya tidak mau melepas lawannya.
Han No yang turun tangan melepas keduanya.
“Aku tidak mengijinkan kalian membuat keributan di sini. Jika kalian tidak berhenti, aku akan menggulung kalian dan menggantung kalian terbalik di pohon selama 4 hari,” kata Han No tegas.
Haha…Gon dan Kang Chi langsung tak berkutik. Ooooo….Yeo Wool kagum dengan ketegasan Han No. (satu lagi ciri khas Suzy… dia suka kedip-kedip^^)
Setelah semua pintu dan jendela tertutup, Tae Soo membuka pembatas dinding di belakang meja ayahnya. Di sana terdapat lukisan. Tae Soo menggeser lukisan itu. Di baliknya ada dinding yang menjorok. Tae soo mendorong bagian dinding tersebut. Di baliknya ternyata terdapat ruang rahasia.
Tuan Park mendekatkan lilin pada sebuah peti. Isinya ternyata uang emas.
“Mulai sekarang, semua ini akan digunakan sebagai dana militer Tuan,” kata Tuan Park.
Tae Soo menyalakan setiap obor di ruangan rahasia itu. Ternyata ruangan itu dipenuhi bertumpuk-tumpuk peti uang emas. Seluruh kekayaan Tuan Park selama bertahun-tahun ada di sana. Wow….coba di negara kita ada yang sedermawan ini ya^^
“Tolong terimalah. Gunakan untuk membuat perahu yang bisa menyelamatkan negara kita dan melindungi perairan kita,” kata Tuan Park.
Tapi berita kedatangan gubernur Lee Soon Shin ke Penginapan Seratus Tahun tidak luput dari telinga Jo Gwan Woong. Ia tahu sejak ditunjuk sebagai gubernur, Lee Soon Shin telah melatih tentara dan memperkuat militer.
“Kurasa ini waktunya bagiku untuk bergerak,” ujarnya.
Ia pergi menemui kepala polisi dan melaporkan kalau satu anak buahnya hilang. Tapi ini bukan masalah orang hilang biasa, melainkan pengkhianatan pada negara.
Ia berkata ia sedang menyelidiki kasus pemberontakan dan mengutus orangnya untuk menyelidiki kasus itu ke suatu tempat yang ia curigai. Tapi setelah beberapa hari orang itu tidak juga memberi kabar.
“Ke mana Tuan mengirimnya?” tanya kepala polisi.
“Penginapan Seratus Tahun.”
Kepala Polisi terkejut.
Padahal di Penginapan Seratus Tahun sedang berlangsung acara gembira. Hari ini akan diadakan acara seserahan mas kawin sebelum pernikahan Chung Jo (ternyata acara seserahan bukan cuma di kita aja ya^^). Rombongan kerabat mempelai pria akan membawa seserahan itu ke kediaman Tuan Park.
Nyonya Yoon meminta Choi memanggil Tuan Park karena kerabat mempelai pria akan segera tiba.
Tuan Park sedang mengantar kepergian Lee Soon Shin. Tapi sebelum pergi, Lee Soon Shin melihat Kang Chi dengan pandangan tertarik. Tuan Park segera menyuruh Kang Chi memberi salam pada Lee Soon Shin.
“Siapa dia? Apa dia puteramu?” tanya Lee Soon Shin.
“Benar. Aku membawanya sebagai anak terbuang, tapi ia kuanggap seperti anakku. Dia setia dan bertanggungjawab. Terlebih dari itu, ia memiliki hati yang baik (turunan papanya dong^^). Jika ada kesempatan, tolong bimbing dia. Ia mungkin akan lebih maju di bawah bimbingan Tuan.”
Lee Soon Shin nampak senang.
“Aku tidak mau,” ujar Kang Chi.
“Kang Chi!” tegur Tuan Park.
“Aku tidak akan pergi ke manapun. Tuan adalah majikanku satu-satunya. Aku tidak akan melayani orang lain kecuali Tuan.”
“Jika kau keluar ke dunia, kau akan menjadi orang yang lebih besar.”
“Bagiku tidak ada yang lebih besar dari Tuan dan Penginapan Seratus Tahun. Aku hanya ingin membantu Tae Soo dan melayani di penginapan,” ia lalu beralih pada Lee Soon Shin, “Tolong jangan mengambil saya. Saya minta maaf.”
Lee Soon Shin tidak nampak marah. Ia malah semakin tertarik dengan kesetiaan Kang Chi.
“Siapa namamu?” tanyanya.
“Saya Choi Kang Chi, putera dari kepala pelayan Choi.”
“Choi Kang Chi. Kau diberkati dengan banyak orang baik,” puji Lee Soon Shin pada Tuan Park.
Dasar bodoh, gumam Yeo Wool. Guru Dam mengamati Kang Chi lekat-lekat.
Choi datang untuk memanggil Tuan Park. Tuan Park menjelaskan pada Lee Soon Shin kalau puterinya akan segera menikah. Lee Soon Shin memberi selamat. Sementara wajah Kang Chi langsung tersaput mendung. Yeo Wool menyadari hal ini.
Yeo Wool dan Gon mengantar Guru Dam. Guru Dam bertanya Kang Chi orang seperti apa.
“Dia cuma anak-anak yang menganggap dirinya yang paling hebat (Gon senyum). Ah, tapi dia tidak sejelek itu
(senyum Gon lenyap..hee XD). Dia jujur dan berhati murni.”
“Apa kau dekat dengannya?”
“Apa? Tidak, kami tidak dekat sama sekali. Jika bisa, aku ingin menghindari anak itu. Benar, Ayah. Tapi kenapa Ayah bertanya?” Penyangkalan yang berlebihan malah menimbulkan kecurigaan, iya kan?
“Tidak ada apa-apa. Hanya saja ada yang menggangguku. Kalian berdua tetap di sini dan awasi. Berhati-hatilah agar tidak terluka.”
“Ya, Ayah.”
Guru Dam pergi diantar Gon. Yeo Wool menghela nafas lega setelah ayahnya pergi.
“Kenapa aku membicarakan hati murni segala? Benar-benar….ada apa dengan diriku?” gumamnya pada diri sendiri.
Di luar, Guru Dam menyuruh Gon mengawasi Kang Chi. Jika ada yang aneh, Gon harus melaporkannya segera. Jangan lupa, Dam Pyung Joon ini memiliki kelebihan. Sepertinya ia bisa merasakan kalau Kang Chi bukan manusia biasa.
Kepala polisi mempersiapkan anak buahnya. Sementara itu kerabat mempelai pria mulai berdatangan. Chung Jo tidak nampak gembira. Ia menutupi telinganya saat mendengar keramaian di luar. Kang Chi melihat keramaian itu dengann sedih.
Acara seserahan dilakukan. Kerabat mempelai pria menaruh bawaannya ke atas meja kendi yang disediakan keluarga mempelai wanita. Tiba-tiba meja itu rubuh. Firasat buruk.
Tepat saat itu, kepala polisi dan rombongannya menerobos masuk kediaman Tuan Park. Ia memerintahkan anak buahnya mencari pria yang hilang dengan seksama di kediaman Tuan Park, juga di Penginapan Seratus Tahun. Mereka juga diperintahkan mencari bukti yang menunjukkan ada kegiatan pemberontakan.
Tae Soo protes. Kepala polisi berkata Jo Gwan Woong melaporkan ada anak buahnya yang hilang dan berpendapat Penginapan Seratus Tahun bertanggung jawab atas hilangnya orang itu.
Kepala polisi berkata ia sebenarnya tidak ingin melakukan ini. Tapi masalah pemberontakan bukanlah masalah sepele.
Nyonya Yoon bertanya pada suaminya sebenarnya apa yang terjadi. Tuan Park hendak menjelaskan pada Kepala Ppoisi tapi pada saat itu seorang polisi melaporkan ia menemukan orang Jo Gwan Woong yang hilang. Si ninja ilusi.
Kang Chi mengetahui berita itu dari ayahnya. Choi menyuruh Kang Chi untuk segera ke kediaman Tuan Park. Tapi saat Kang Chi hendak melangkah tiba-tiba ia mendengar suara So Jung memanggil namanya.
Kang Chi menoleh. Tidak ada seorangpun. Tapi Kang Chi teringat dengan perkataan So Jung agar ia menjauh dari penginapan malam ini dan Kang Chi harus pergi dari penginapan sebelum matahari terbenam.
Kang Chi melihat ke langit. Matahari hampir terbenam. Choi mengajak Kang Chi segera pergi. Sementara So Jung berdiri di luar penginapan dan menanti dengan cemas.
“Kang Chi segeralah keluar. Cepat,” gumamnya.
Para polisi mengobrak-abrik kamar Tuan Park. Untunglah mereka tidak menemukan ruang rahasia di balik lukisan. Tapi mereka menemukan surat dengan tanda panah di depannya. Surat yang pernah dikirim Dam Pyung Joon pada Tuan Park.
Jo Gwan Woong telah tiba di penginapan. Kepala polisi bertanya apakah orang yang ditemukan di kediaman Tuan Park adalah anak buah Jo Gwan Woong.
“Benar, dia orang yang kukirim untuk menyelidiki komplotan pemberontak.”
“Itu bohong! Dia adalah pembunuh yang kaukirim untuk mencelakai ayahku!” ujar Tae Soo.
“Pembunuh? Ada apa ini?” tanya kepala polisi kebingungan.
“Biar kutanya padamu, jika dia pembunuh mengapa kau tidak melaporkannya pada pihak berwajib? Kau hendak menyembunyikan sesuatu jadi kau menyembunyikannya dan mengurungnya.”
Tae Soo berteriak marah.
“Tae Soo, hentikan,” ujar Tuan Park. Ia bertanya apa yang sedang Jo Gwan Woong rencanakan.
“Aku sedang menyingkirkan pemberontak untuk membantu Raja.”
“Aku bertanya apa yang sedang kaurencanakan dengan menyewa ninja berilmu hitam?”
Wajah Jo Gwan Woong berubah mendengar pertanyaan itu. Tapi keadaan bagi Tuan Park bertambah buruk karena tepat saat itu seorang polisi menyerahkan surat bertanda panah yang ia temukan di kamar Tuan Park. Jo Gwan Woong membaca surat itu.
“Bi Joo…?” kepala polisi membaca surat itu.
“Itu adalah panggilan para pemberontak terhadapku. Dan tanda panah ini adalah kode rahasia yang mereka gunakan saat saling berkirim pesan,” kata Jo Gwan Woong.
“Ayah…” Tae Soo sadar keadaan sangat buruk sekarang ini.
“Kau pemimpin komplotan pemberontak ini? Tangkap pemberontak ini sekarang juga! Cepat!”
Kepala plisi ragu tapi Jo Gwan Woong mengancam akan menuduh kepala polisi dengan pemberontakan juga. Kok gampang amat ya nuduh-nuduh orang >,<
Kepala polisi ketakutan dan menyuruh anak buahnya menangkap Tuan Park dan Tae Soo. Tae Soo dan Tuan Park diikat dengan tali. Han No siap bergerak tapi Tuan Park menyuruhnya tidak ikut campur. Mungkin agar Han No tidak ikut ditangkap. Tuan Park tidak kelihatan gentar sama sekali.
“Ayah! Ayah!” panggil Chung Jo khawatir.
Tuan Park memandang puterinya dengan penuh kasih. Jo Gwan Woong melirik Chung Jo. Ia menghampiri Tuan Park.
“Jangan khawatirkan puterimu. Aku akan menjualnya ke rumah gisaeng negara dan aku akan sering-sering mengunjunginya.” O-ow…ia menggunakan taktik yang sama >,<
Tuan Park dan Tae Soo menatap Jo Gwan Woong dengan penuh kemarahan. Jo Gwan Woong tersenyum licik.
“Kata siapa!!” seru Kang Chi.
Senyum di wajah Jo Gwan Woong langsung lenyap begitu ia melihat Kang Chi. Sementara yang lain melihat Kang Chi dengan penuh harap. Kang Chi berjalan menghampiri lalu mendorong para polisi yang memegangi Tae Soo dan Tuan Park. Ia melepaskan tali yang mengikat Tuan Park dan Tae Soo.
“Jika kau tidak mau mati, pergi dari sini,” ujar Kang Chi pada Jo Gwan Woong.
“Kang Chi…” tegur Tuan Park.
“Aku tidak akan berbicara banyak. Sebelum hitungan ketiga, kau sebaiknya pergi dari sini. Satu! Dua!”
“Kang Chi, kau sebaiknya tidak ikut campur,” kata kepala polisi. “ Ini adalah pemberontakan.”
“Pemberontakan? Apa kau bergurau? Beliau bekerja keras dan membayar semua pajaknya. Beliau membantu yang miskin dan kelaparan. Jika beliau bersalah karena itu, lalu bagaimana denganmu? Kau hidup dari pajak negara. Kau bersikap bak orang hebat dengan keluar masuk setiap waktu di rumah-rumah gisaeng. Dan saat kau bosan kau mengganggu orang tak bersalah. Apa kau bersalah karena kebosanan dan kemalasan?”
Amarah Jo Gwan Woong meledak. “Tangkap dia!!!”
Ninja penyamar maju dengan pedangnya. Kang Chi menangkap tangan yang memegang pedang dengan tangan kirinya dan tangan kanannya mencekik leher si ninja penyamar. Ninja penyamar terpaksa melepaskan pedangnya. Jo Gwan Woong cemas juga melihat kekuatan Kang Chi.
“Kau tidak bisa menang dengan kata-kata, jadi kau menggunakan pedang?” ujar Kang Chi. “Sudah kuperlihatkan kalau itu tak berhasil padaku.”
Ia melepaskan ninja penyamar tapi ninja ilusi mengambil pedang hendak menusuk Kang Chi.
“Tidak!!” seru Tuan Park. Ia menghambur ke depan Kang Chi.
Tuan Park tertusuk pedang! Semua orang kaget. Bahkan Jo Gwan Woong sendiri tidak menyangka akan terjadi seperti ini.
“Tuan…” Kang Chi tertegun. Sambil berteriak marah ia meninju ninja ilusi lalu menopang tubuh Tuan Park.
“Tuan!! Tuan!!” panggilnya panik. Air matanya menetes.
“Apa kau baik-baik saja?” tanya Tuan Park.
“Tuan…”
Tuan Park mengangkat tangannya memegang wajah Kang Chi.
“Jangan lupa. Kau sudah kuanggap anakku,” air mata Tuan Park mengalir. “Tolong awasi dan lindungi Tae Soo dan Chung Jo.”
Tangan Tuan Park terkulai lemas. Ia menghembuskan nafas terakhirnya.
“Tuan…Tuan….” Panggil Kang Chi tak percaya.
“Ayah…Ayah!!!” Seru Tae Soo sambil menangis.
Chung Jo terpaku tak percaya. Nyonya Yoon jatuh pingsan.
“Tidak. Tuan, bangunlah. Kumohon bangunlah. TUAAAAANN!!” teriak Kang Chi.
Angin bertiup kencang menyapu kediaman Tuan Park. Bulan tertutup awan. So Jung yang berada di luar penginapan merasakan sesuatu. Demikian juga Yeo Wool yang sedang berlatih di bagian lain penginapan itu.
Semua orang melindungi wajah mereka dari angin. Jo Gwan Woong berusaha melihat ke arah Kang Chi. Kang Chi menatapnya dengan penuh amarah. Matanya berubah hijau menyala. Jo Gwan Woong terkejut.
“Aku akan membunuhmu,” geram Kang Chi.
(Bersambung)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !