Genre : Drama, Fantasi
Episode : 24 (dalam konfirmasi)
Network : MBC
Tanggal tayang : 8 April - 25 Juni 2013
CAST & CREW
Sutradara : Shin Woo Chul
Skenario : Kang Eun Kyung
Pemain:
Choi Jin Hyuk sebagaiGu Wol Ryung (ayah Kang Chi)
Lee Sung Jae sebagai Jo Gwan Woong
Lee Seung Gi sebagai Choi Kang Chi
Bae Suzy sebagai Wol Yeo Dam
Yoo Yun Suk sebagai Park Tae Seo
Lee Yoo Bi sebagai Park Chung Jo (cinta pertama Kang Chi)
Lee Yeon Hee sebagai Yoon Seo Hwa (ibu Kang Chi)
Jung Hye Young sebagai Chun Soo Ryun (kepala gisaeng)
Uhm Hyo Sup sebagai Park Moo Sol (Ayah angkat Kang Chi)
SINOPSIS BAGIAN 4
Kata-kata Kang Chi membuat Yeo Wool terpana dan bertanya dalam hati, “Di mana.. di mana aku pernah mendengar kata-kata ini?”
Yeo Wool pun teringat akan suara gonggongan anjing yang akan menerkamnya saat ia kecil dan saat itu ada anak laki-laki yang meneriakkan hal yang sama padanya.
Kata-kata itu adalah kata-kata terakhir Kang Chi karena setelah itu ia pingsan di pelukan Yeo Wool. Tak hanya kaget karena Yeo Wool harus menangkap tubuh Kang Chi, tapi ia juga melihat kerlip cahaya biru yang berterbangan, dan salah satu kerlip itu membawanya ke pohon sakura yang berdiri di bawah bulan sabit.
Yang langsung mengingatkannya pada larangan seorang biksu yang pernah ia temui, “Pohon sakura yang berdiri di bawah bulan sabit. Jika kau bertemu dengannya di sana, kau harus melarikan diri.”
Biksu So Jung berada di depan Penginapan Seratus Tahun. Ia hanya melihat bangunan itu, tapi tak masuk ke dalamnya.
Sementara itu, Tuan Park mendapat peringatan dari Dam Pyung Joon kalau ia harus berhati-hati pada Jo Gwan Woong, karena Jo Gwan Woong sedang mengincar dirinya dan Penginapan Seratus Tahun.
Namun peringatan itu sedikit terlambat. Karena Tae Soo diberitahu oleh pelayannya kalau ada tamu yang tak diharapkan, yaitu Jo Gwan Woong. Jo Gwan Woong yang datang di malam hari, meminta Tae Soo untuk mengosongkan beberapa kamar untuknya dan para pengawalnya.
Tae Soo yang mewakil ayahnya meminta maaf karena ia tak dapat memenuhi permintaan karena semua kamar sudah penuh. Tapi pengawal Jo Gwan Woong menyela dan menuntut kalau mereka harus mendapat kamar yang mereka inginkan.
Jo Gwan Woong pun membuka tirai tandunya, untuk menunjukkan wajah super pentingnya (yang sudah dihiasi codet akibat pisau kayu Seo Hwa) dan memperkenalkan dirinya sebagai Jo Gwan Woong.
Nama itu sepertinya cukup popular, namun dengan artian buruk karena Tae Soo pun memerintahkan para pelayan untuk memeriksa berapa kamar yang benar-benar bisa dikosongkan. Dan hasilnya sungguh mencemaskan karena sesuai laporan hanya ada 2 kamar saja yang bisa disiapkan untuk rombongan Jo Gwan Woong.
Tentu saja Tae Soo sangat khawatir mendengar hal ini dan bertanya tentang keberadaan Kang Chi. Pelayannya, Oh Man, menjawab kalau Kang Chi belum nampak sedikitpun dan ia akan mencari pemuda itu. Tae Soo menghela nafas frustasi, “Kenapa ia juga harus menghilang di saat-saat seperti ini?”
Pemuda yang dicari Tae Soo ternyata terbaring di sebuah rumah tua, dengan Yeo Wool duduk di samping, mengamati wajah Kang Chi. Kata-kata Biksu itu terngiang kembali di telinganya. Ia menghela nafas dan mulai memanggil Kang Chi untuk menyadarkannya.
Tapi Kang Chi benar-benar pingsan. Yeo Wool pun kemudian mencolek pipinya. Namun tak ada reaksi. Ia kembali mencolek pipinya lebih dalam.
Tiba-tiba Kang Chi bersuara keras, mengagetkan Yeo Wool. Karena suara yang keluar adalah ngoroknya Kang Chi. Grook.. Grookk…
Setelah pulih dari rasa kagetnya, Yeo Wool mendesah kesal, “Uhh.. ternyata.. . Aku benar-benar beruntung menemukan anak babi,” dan Yeo Wool pun menggusah, seperti menghalau binatang ternak, “Huss huss… “
Gon datang dan memberitahukan kalau orang-orang itu telah pergi dan ingin tahu kondisi Kang Chi sekarang. Yeo Wool memberitahu kalau orang-orang itu pasti telah membius Kang Chi tadi. Gon mencoba membangunkan Kang Chi dengan menyepak lengannya, tapi pemuda itu malah semakin ngorok. Grokk.. grokk.. grooookk..
Gon pun mencoba trik lain. Ia mengeluarkan pedangnya dan menghunuskan pedang ke arah kepala Kang Chi.
Yeo Wool berteriak kaget. Namun ia semakin kaget karena Kang Chi membuka mata, langsung melompat berdiri dan berteriak,”Apa-apaan ini?! Kau hampir saja membunuhku!”
Yeo Wool dan Gon sama-sama terkejut melihat refleks Kang Chi yang tak terduga itu. Tapi tidak dengan Kang Chi. Kang Chi marah dan bertanya siapa sebenarnya mereka berdua. Gon menjawab pertanyaan Kang Chi dengan balik bertanya, “Bukankah seharusnya kau yang harus memperkenalkan diri dulu pada kami?”
Hilang kagetnya, Kang Chi menngerutkan kening seperti berpikir apa seharusnya etikanya seperti itu, ya?, namun ia pun menuruti kehendak Gon dengan menjawab, “Aku Kang Chi dari penginapan Seratus Tahun. Sekarang, siapa kalian? Siapa dan darimana asal kalian?”
Yeo Wool terkejut mendengar jawaban Kang Chi. Tapi Gon hanya tersenyum simpul (beneran simpul banget, senyumnya tidak lebar terurai tapi kecil seperti simpul tali) dan menjawab, “Maaf, aku tak pernah memberikan namaku pada orang asing.”
LOL. Tentu saja Kang Chi mendelik mendengar jawaban itu, apalagi saat mendengar Gon meneruskan, “Aku itu orangnya pilih-pilih. Memang seperti itulah aku.”
Kang Chi kesal, “Hei! Apa kau ingin membuat gara-gara denganku? Kenapa kau melakukan ini?” Tapi Gon malah mengolok-oloknya, “Apa kau memang tak mengerti? Atau ini adalah hari special kebodohanmu?”
Tentu saja Kang Chi marah mendengarnya. Ia pun melayangkan tinjunya. Tapi Gon dengan mudah menghindari serangan Kang Chi, bahkan menjatuhkannya. Kang Chi tak menyerah dan mencoba lagi.Dan lagi-lagi gagal. Ia pun mencoba untuk ketiga kalinya.
Tapi serangannya berhenti karena Yeo Wool menghadangnya dan berkata tajam. “Hei, babi. Ada apa denganmu? Kami telah menolongmu dan kau malah menyerang kami?”
Kang Chi melotot mendengar kata-kata Yeo Wol dan ia menatap Yeo Wol dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ia pun tertawa meremehkan, “Siapa yang menyelamatkan siapa? Apa kau ini bergurau?”
Dan Kang Chi mendapat tendangan berputar yang akhirnya mendarat ke pipinya. Kang Chi shock mendapat tendangan yang tak terduga itu.
Ia hanya dapat terduduk dan memegang pipinya, tak percaya, apalagi saat mendengar Yeo Wool bertanya, “Apa sekarang aku kelihatan sedang bergurau?”
Sepertinya Kang Chi memang kalah kelas dengan Gon dan Yeo Wool, karena mereka bisa mengikat Kang Chi seperti sekarang ini, dan menggiringnya ke Penginapan Seratus Tahun.
Ha. Kang Chi pun mengeluh, “Apa kau perlu melakukan ini? Aku bukan anak anjing, kan? Tolong lepaskan aku.” Kang Chi mengeluarkan senyum manisnya.
Tapi Yeo Wool tak mau, “Tadi kami telah menyelamatkanmu tapi kau malah menyerang kami. Bagaimana mungkin kami bisa percaya padamu.” Senyum Kang Chi langsung lenyap dan menunjuk pada Gon, “Ia duluan yang mulai, mau menusukku saat aku tidur.”
“Dan kenapa juga putra dari penginapan Seratus Tahun dikejar-kejar oleh banyak orang?” tanya Yeo Wool menyudutkan.
Kang Chi tak dapat menjawab pertanyaan itu karena alasan pribadi. Tapi Gon memotong ucapannya dengan mengatakan kalau Kang Chi ini pasti adalah pencuri. Tentu saja dugaan Gon itu membuat Kang Chi marah. Tapi mukanya sudah menjelaskan semuanya saat Gon mengutarakan dugaannya yang kedua, “Atau karena masalah gadis?”
Yeo Wool menatap Kang Chi yang membisu dan langsung menyimpulkan, “Ya ampun.. jadi kau ini seorang playboy?”
Nada Kang Chi langsung tinggi saat membantahnya, “Hei! Semua orang di Yosu tahu kalau aku adalah si Tuan Perawan.” Hehe.. Tapi Yeo Wool tak percaya mendengarnya dan menyuruh Kang Chi untuk terus berjalan. Tapi Kang Chi meminta agar Yeo Wool melepaskan ikatannya dulu, “Jika ada yang melihatku seperti ini, aku akan mati. Serius!”
Mati karena malu, maksudnya. Karena sedetik kemudian ada suara yang menyapa Kang Chi, tak percaya, “Kang Chi, apakah itu kau?”
LOL, Kang Chi kaget melihat Oh Man melihatnya terikat seperti anjing. Ia buru-buru berbalik dan berbisik pada Yeo Wool, memintanya untuk segera melepaskannya.
Tapi Yeo Wool hanya tersenyum manis padanya, dan melewati pundak Kang Chi ia bertanya pada Oh Man, “Apakah kau sedang mencari Choi Kang Chi?” Dan ia pun membalikkan badan Kang Chi yang melotot padanya dan bertanya kembali, “Apakah dia yang kau cari? Choi Kang Chi?”
Bwahaha… Kang Chi hanya bisa memasang muka polos menghadapi Oh Man yang bertanya panik, “Apa yang telah terjadi padamu? Siapa mereka?” dan ia pun menjawab kalau mereka berdua adalah temannya.
Untuk membuktikan pertemanan mereka, Kang Chi mengalungkan tangannya pada leher Yeo Wool, membuat Gon mendelik kesal. Yeo Wool pun juga sama, “Hei babi, lepaskan tanganmu!”
Tapi Kang Chi tak mau melepaskan Yeo Wool, dan Gon pun juga mencoba membantu Yeo Wool dengan melepakan tangan Kang Chi. Maka mereka bertiga pun sedikit tarik-tarikan.
Oh Man menghentikan tingkah ketiga orang itu dan meminta mereka berhenti bercanda, karena penginapan sedang dilanda masalah.
Dengan sopan, Tae Soo memberitahukan kalau mereka tak dapat menerima Jo Gwan Woong karena tak ada lagi kamar kosong, dan mereka tak dapat mengusir tamu. Jo Gwan Woong tersinggung karena mendapat perlakuan seperti tamu lainnya, para pedagang yang sering melakukan perjalanan.
Tapi Tae Soo menjelaskan kalau penginapan mereka selalu menghargai semua tamu yang datang, “Kami tak akan pernah mengusir tamu, tidak untuk siapapun. Itu adalah filosofi ayah saya.”
“Bahkan tidak untuk Jo Gwan Woong?”
“Bahkan tidak untuk bangsawan manapun,” kata Tae Soo tegas.
“Hei, kau!!” teriak Jo Gwan Woong marah. Dan sekejab, salah satu pengawal mengeluarkan pedang dari sarungnya dan menghunuskan pedang itu ke leher Tae Soo.
Tapi Tae Soo tak gentar. Ia balik menatap Jo Gwan Woong yang gemetar karena amarah yang luar biasa besar.
Nyonya Yoon kaget mendengar kabar dari pelayan Chung Jo kalau ada kericuhan yang melibatkan pedang hanya karena karena kamar untuk menginap. Dan betapa paniknya ia mendengar orang yang membuat gara-gara itu adalah rombongon Jo Gwan Woong. Chung Jo juga ikut panik mendengar hal itu dan bertanya kemana para penjaga dan Kang Chi sekarang ini?
Pelayan Chung Jo itu tak dapat menjawab dan ia melirik ibu, meminta bantuannya. Ibu teringat saat-saat ia menyuruh Kang Chi untuk meninggalkan rumah sekarang dan jangan pernah kembali. Sepertinya ibu menyesal, kenapa ia tak menunggu sehari saja untuk mengusir Kang Chi.
Dan ingatan Kang Chi pun juga masih jelas bagaimana ancaman Nyonya Yoon padanya. Melihat Kang Chi hanya termangu, Oh Man meminta Kang Chi untuk segera melakukan sesuatu. Gon pun menyadari kalau masalah gadis yang dialami Kang Chi tak sesederhana yang ia kira.
Kang Chi pun menoleh pada Yeo Wool dan kali ini dengan sungguh-sungguh ia meminta, “Tolong lepaskan aku. Keluargaku di Penginapan Seratus Tahun membutuhkanku. Kumohon padamu.”
Dan sekali lagi Yeo Wool merasa déjà vu saat memandang mata Kang Chi dan bertanya-tanya dalam hati, “Kapankah itu? Aku seperti pernah melihat mata itu.”
Tae Soo marah melihat tamunya berani mengeluarkan pedang padanya. Tapi Jo Gwan Woong menganggap Tae Soo melakukan pengkhianatan karena berani menolak tamu bangsawan dengan alasan semua tamu adalah sama, “Bangsawan adalah ayah dari negeri. Jika Yang Mulia Raja ingin menginap, apakah kau juga akan menolaknya? Sama? Tak ada pengecualian untuk siapapun? Apakah Penginapan ini ingin menggurui bagaimana cara bangsawan untuk bersikap?”
“Kami tak bermaksud seperti itu,” jawab Tae Soo.
“Lalu bagaimana dengan penghinaanmu tadi saat ada bangsawan datang dan memperkenalkan diri? Bagiku ini adalah sebuah pengkhianatan.”
“Pengkhianatan?” tanya Tae Soo tak percaya. ”Anda memperlakukan saya dengan tidak adil.”
Tapi Jo Gwan Woong benar-benar kelewatan. Ia tak menggubris pernyataan Tae Soo dan bertanya kembali, “Jadi apakah kau memperlakukan semua tamu, sama? Tak ada pengecualian, bahkan untuk para bangsawan?”
Tae Soo sangat marah mendengar pertanyaan itu, tapi ia pun tak bisa menjawabnya tanpa menyinggung Jo Gwan Woong yang ‘bermartabat’.
Terdengar suara Nyonya Yoon yang menyela dan meminta maaf karena putranya yang masih muda dan belum berpengalaman. Walau Tae Soo mencoba mencegahnya, tapi Nyonya Yoon meminta Jo Gwan Woong untuk bersabar sebentar karena ia akan menyiapkan kamar untuk mereka.
Tapi Jo Gwan Woong malah berkata, “Apakah ini hanya masalah tentang kamar? Aku sedang menyelidiki sebuah kejahatan karena tidak menghargai seorang bangsawan.”
Ughh..
Nyonya Yoon pun buru-buru berlutut dan meminta maaf. Jika ada yang harus dihukum, orang itu adalah dirinya karena gagal mendidik putranya. Tae Soo tak tega melihat ibunya merendahkan dirinya seperti ini. Ia menatap marah pada Jo Gwan Woong yang membalas tatapannya dengan penuh kemenangan.
Tapi tatapan Jo Gwan Woong sesaat kemudian berubah. Ia terpana.
Karena tepat pada saat itu, muncul Chung Jo yang khawatir akan kericuhan di penginapan keluarganya itu. Ia menyelinap di antara para pekerja dan kaget melihat ibunya berlutut. Ayah angkat Kang Chimenahan Chung Jo agar tetap di sampingnya.
Tapi bagi Jo Gwan Woong, ia seperti melihat Seo Hwa kembali, namun kali ini Seo Hwa memanggil Nyonya pemilik penginapan dengan panggilan ibu. Dan wajah Seo Hwa kembali menjadi wajah seorang gadis muda, seusia Seo Hwa saat ia melihatnya pertama kali. Dan pandangannya tak pernah lepas dari wajah gadis yang mirip Seo Hwa itu.
Ewww…
Mendadak seseorang berdiri tepat di hadapan Chung Jo sehingga Jo Gwan Woong tak dapat melihat gadis itu lagi. Ternyata Kang Chi.
Dan angin pun bertiup sangat kencang, seolah menandakan kedatangannya. Chung Jo dan ayah angkat Kang Chi menatap lega pada Kang Chi. Begitu pula Tae Soo. Kang Chi mengangguk hormat pada Nyonya Yoon dan pada temannya, ia meminta maaf karena terlambat datang. Tae Soo tersenyum lega dan berkata, “Sudah biasa, kok.”
Aww..
Dari atas atap, Yeo Wool dan Gon mengawasi kerumunan di Penginapan Seratus Tahun dan menyadari kalau kedatangan Jo Gwan Woong ke Penginapan itu yang lebih cepat dari yang mereka duga.
Dengan nada meremahkan, Jo Gwan Woong bertanya siapa diri Kang Chi. Kang Chi pun memperkenalkan nama dan pekerjaannya, “Saya adalah orang yang bertanggung jawab untuk menjaga kedamaian di Penginapan Seratus Tahun ini, Tu-an!”
Jo Gwan Woong jelas tak suka pada Kang Chi yang menjawab dengan nada sinis. Nyonya Yoon mencoba mencegah tindakan Kang Chi, tapi Tae Soo menahannya. Rupanya Tae Soo sangat percaya pada kemampuan Kang Chi.
Kang Chi maju selangkah dan berkata, “Untuk bangsawan yang terhormat dan berumur, Anda sangatlah kasar.” Jo Gwan Woong kaget mendengarnya, apalagi saat mendengar lanjutannya, “Bagaimana lagi Anda menyebut orang yang menghunuskan pedang pada pria yang dengan sopan mengatakan kalau penginapannya sudah penuh kemudian menuduhnya melakukan pemberontakan. Jika itu bukan kasar, lalu apa namanya?”
Jo Gwan Woong mencoba mengancam dengan menggunakan namanya yang telah terkenal, tapi Kang Chi tak peduli, “Anda adalah calon tamu di Penginapan kami. Tak kurang dan tak lebih. Jadi sekarang silahkan pilih. Anda meninggalkan tempat ini tanpa keributan..”
“Kauu!!” Jo Gwan Woong menggeram marah.“.. atau Anda ingin merasakan kemampuanku?” tantang Kang Chi balas berteriak.
Serentak semua pengawal Jo Gwan Woong mencabut pedang mereka, membuat kubu Penginapan mengkerut takut.
Yeo Wool pun beranjak hendak melompat turun, membantu Kang Chi. Tapi Gon mencegahnya, ia menduga kemampuan Kang Chi tak seenteng penampilannya tadi.
Dan rupanya feeling Gon benar. Kang Chi tak berkedip melihat pedang yang terhunus ke arahnya. Ia tersenyum kecil, dan hanya butuh beberapa detik untuk melumpuhkan beberapa pengawal terdepan, dan dengan tangan kosong ia merebut salah satu pedang dan mengarahkan ke salah satu dari mereka.
Gelang Kang Chi sesaat berpendar merah, dan kepala pengawal Jo Gwan Woong melihatnya.
Kubu Penginapan tersenyum lega karena Kang Chi berhasil mengalahkan para tamu. Begitu juga Yeo Wool yang merasa Kang Chi cukup lihai juga. Gon hanya terdiam dan terus mengawasi.
Masih dengan pedang di leher salah satu pengawal, Kang Chi bertanya, “Apa kalian perlu mendapat pelajaran lagi?” Karena tak ada yang menjawab, Kang Chi menoleh pada Jo Gwan Woong dan bertanya lebih keras, “Apa perlu?!”
Tak dinyana, Jo Gwan Woong tertawa terbahak-bahak dan menganggap semua ini lucu. Ia bertanya lagi siapa nama Kang Chi. Jo Gwan Woong berkata kalau Penginapan ini adalah tempat yang menarik. Dan saat itu, pandangannya mengarah pada Chung Jo.
Namun senyum Jo Gwan Woong hilang saat ia masuk ke dalam tandu. Dan pandangannya pun menjadi menyeramkan.
Kepala pengawal itu sekali lagi melihat gelang Kang Chi sebelum meninggalkan tempat.
Gon memuji penyelesaian masalah ini yang lebih cepat dari yang ia duga. Tapi Yeo Wool seakan tak mendengar kata-kata Gon, hanya memandangi Kang Chi dari jauh.
Keesokan harinya, kepala penjaga penginapan harus menghadapi kemarahan Tuan Park yang menginvestigasi kemana perginya para penjaga di malam itu. Nyonya Yoon menatap khawatir, takut kepala penjaga buka mulut dan kedoknya terbuka.
Tapi belum sempat kepala buka mulut, Kang Chi sudah maju, bersimpuh di sebelah kepala pengawal dan mengaku, “Semua ini adalah salah saya. Saya pergi tanpa ijin, dan mereka mencari saya dan kami berselisih jalan.”
“Butuh 7 orang penjaga untuk melacak satu orang?” Tuan Park jelas tak mudah percaya dengan pengakuan Kang Chi.
“Hah? Ahh.. tujuh..” Kang Chi menyadari kalau yang dipertaruhkan di sini bukan hanya teman yang ada di sebelahnya, tapi juga ketujuh temannya.
Maka ia pun hanya bisa berteriak dan bersujud mohon ampun, “SAYA PANTAS MATI, TUAANNNN…”
Tae Soo, Tuan Park, Nyonya Yoon, bahkan kepala penjaga juga bengong mendengar teriakan pengakuan Kang Chi, “SEMALAM SAYA MABUK DAN MEMBUAT KERIBUTAN DAN MEREKA TERPAKSA HARUS MENGHIMPUN KEKUATAN UNTUK MEMBANTU SAYAAAA….”
LOL. Tae Soo dan Kepala penjaga hanya bisa mendesah, karena Kang Chi kelihatan bohongnya. Tapi Kang Chi belum menyadari, sampai Tuan Park bertanya, “Bukannya tadi kau bilang mereka berselisih jalan denganmu?”
Kepala Kang Chi langsung mendongak dan bertanya, “Tadi saya bilang begitu?” LOL. “Ah.. benar.. uhmm…” Kang Chi mulai mengarang alasan lain, “Kemarin saya sangat mabuk hingga saya terhuyung-huyung pergi ke gunung.. mereka mencari saya.. dan kehilangan saya..,” Kang Chi mencoba tersenyum ceria..” Ya.. pasti seperti itu”
Tuan Park menggebrak meja, “Jangan berbohong lagi! Katakan sejujurnya!”
Kepala penjaga membungkuk dan meminta Tuan Park menghukumnya karena ialah yang bersalah. Tapi Kang Chi ikut membungkuk, mengatakan kalau ialah yang bersalah. Tae Soolah yang menengahi dan berkata kalau yang paling penting sekarang adalah mengetahui niat Jo Gwan Woong yang sebenarnya.
Tapi menurut ibu yang harus dilakukan terlebih dulu adalah meminta maaf atas apa yang telah Kang Chi lakukan kemarin, “Kita tahu bagaimana Jo Gwan Woon sebenarnya. Dan kita harus meminta maaf jika kita ingin menjaga kelangsungan penginapan ini.”
Kang Chi hanya bisa diam menunduk, mendengar Nyonya Yoon yang menimpakan semua kesalahan padanya.
Jo Gwan Woong yang sedang bersama para gisaeng kedatangan dua orang tamu. Mereka adalah Tuan Park dan Tae Soo. Jo Gwan Woong hanya melirik malas pada kedua orang yang berdiri di depan ruangannya.
Sama seperti Tuan Park dan Tae Soo, Kang Chi pun juga duduk bersimpuh di depan ruangan, menghadap Nyonya Yoon. Nyonya Yoon bertanya alasan Kang Chi yang kembali ke penginapan ini. Kang Chi menjelaskan kalau ia tak bisa tinggal diam saat mendengar Penginapan itu sedang ada masalah. Nyonya Yoon malah menyalahkan Kang Chi, karena jika Kang Chi tak kembali, maka suaminya sekarang tak akan pergi ke tempat itu.
Kang Chi menatap Nyonya Yoon sedih dan bertanya mengapa Nyonya Yoon sangat membencinya, “Anda tak pernah sekalipun tersenyum pada saya selama bertahun-tahun. Salah saya apa? Tolong katakan pada saya, dan saya akan mengoreksinya.”
Nyonya Yoon menjawab kalau keberadaan Kang Chi membuatnya marah, “Kau itu adalah kutukan di rumah ini. Keberadaanmu mengancam Tae Soo dan Chung Jo. Aku benci melihatmu di sini.”
Kang Chi menenangkan Nyonya Yoon kalau ia bukanlah ancaman. Ia bersumpah akan selalu melindungi Tae Soo dan Chung Jo.
“Sumpah? Apa bagusnya sumpahmu itu jika aku bahkan tak yakin kalau kau itu manusia.”
Kang Chi terkejut mendengar ucapan Nyonya Yoon, “Maksud Anda.. apa?”
Belum sempat Kang Chi mendapat jawaban, terdengar suara pelayan yang memanggil Nyonya Yoon. Dan Nyonya Yoon pun pergi meninggalkan Kang Chi yang masih termangu.
Kang Chi berjalan gontai dan memandang Chung Jo dari kejauhan. Saat itu Chung Jo sedang dikelilingi oleh para pelayan, tertawa-tawa saat mencoba kain-kain yang pantas untuk pernikahannya nanti dengan putra wakil menteri. Ia pun berjalan meninggalkan tempat itu, tak menyadari kalau Chung Jo mengawasi kepergiannya.
Ia masih termenung mengingat semua kejadian yang baru saja dilihatnya.
"Ohh.. jadi begitu ceritanya," seru Yeo Wool dari belakang, mengagetkan Kang Chi.“Kasih tak sampai. Kau jatuh cinta pada putrinya dan ibunya marah hingga mengusirmu pergi. Cerita klasik, iya kan?”
Kau kenapa kemari?” salak Kang Chi. Tapi Yeo Wool menjawab santai kalau ia sedang menginap di sini. Maka Kang Chi pun menyuruh untuk mengurusi urusannya sendiri dan berbalik pergi.
Tiba-tiba Yeo Wool mengangkat tongkat bambunya dan seperti yang dilakukan Gon kemarin, ia memukulkan tongkat kayunya sekuat tenaga ke kepala Kang Chi.
Praakk!!
Kang Chi membeku merasakan pukulan itu, membuat Yeo Wool kaget dan minta maaf. Kang Chi berbalik dan menarik tongkat Yeo Wool sehingga tubuh Yeo Wool pun ikutan tertarik maju. Kang Chi melotot padanya, “Apa-apaan sih?! Kau mau mati, ya?”
Yeo Wool yang langsung membela diri, “Kupikir kau bisa menghindarinya. Kenapa kau tak menghindar?”
“Karena aku tak bisa menghindar. Puas?!” bentak Kang Chi kesal. Ia mengusap-usap kepalanya yang sakit.
Yeo Wool tak percaya karena Kang Chi sangatlah gesit malam sebelumnya. Tapi Kang Chi berkilah kalau kemarin keadaannya terdesak. Jika ia tak melakukan apapun, ia akan mati, “Aku hanya melawan jika terpaksa.”
Jawaban Kang Chi ini malah membuat Yeo Wool penasaran dan ia menantang Kang Chi untuk sebuah pertempuran, satu lawan satu, nanti malam. Kang Chi tertawa meremehkan, “Mimpi kali, ya? Kemarin kau bisa mengalahkanku. Tapi yang jelas kemampuanmu hanya separah dariku. Tak ada pertempuran, tak ada penasaran. Karena kau nanti yang akan terluka.”
Kang Chi berbalik, tapi berhenti saat Yeo Wool menyebutkan kata laba-laba dan mengatakan kalau binatang itu sangat ditakuti oleh Kang Chi. Dari ekspresi Kang Chi terlihat kalau tebakan Yeo Wool itu benar. Tapi ia membantahnya dan langsung berbalik pergi.
“Awas! Laba-laba!” teriak Yeo Wool sambil menunjuk ke arah kaki Kang Chi.
Sontak Kang Chi menari kesetanan, meloncat-loncat mundur menghindari laba-laba itu, “Laba-laba? Dimana?! Ahhh!!” Dan ia tersandung hingga harus berpegangan pada Yeo Wool.
Yeo Wool hanya menatap Kang Chi kalem dan bertanya, “Benar-benar tak takut?” Ha. Kang Chi terpana, menyadari laba-laba itu hanya tipuan Yeo Wool. Ia pun menegakkan diri, pura-pura tangguh dan membantah kalau ia benar-benar tak takut pada laba-laba.
Kesal, bingung, penasaran, Kang Chi meninggalkan Yeo Woo dan setelah hanya sendirian, ia memegang dadanya yang masih berdebar dan bertanya-tanya, “Siapa dia sebenarnya?”
Sementara Yeo Wool pun bergumam sendiri, “Ternyata itu kamu..”
Tuan Park dan Tae Soo tetap sabar menunggu Jo Gwan Woong yang hanya leyeh-leyeh mendengarkan alunan musik. Seorang gisaeng yang memberanikan diri mengungkit tentang kedatangan Tuan Park, sehingga Jo Gwan Woong pun akhirnya menyuruh mereka masuk.
Kedatangan Tuan Park dan putranya menemui Jo Gwan Woong adalah untuk meminta maaf atas ketidaknyamanan yang dialami oleh Jo Gwan Wong. Tanpa basa-basi, Jo Gwan Woong pun meminta, “200 pukulan untuk Choi Kang Chi.”
Betapa kagetnya Tuan Park yang merasa 200 pukulan itu terlalu banyak. Walaupun Choi Kang Chi gampang marah dan kasar, tapi Kang Chi tak seburuk itu dan harus mendapat hukuman seperti seorang pembunuh. Tapi ia bersedia mengganti apapun untuk meredakan kemarahan Jo Gwan Woong.
Mendengar kata apapun Jo Gwan Woong pun meminta, “Bahkan Penginapan Seratus Tahunmu?” Dan melihat wajah shock Tuan Park, Jo Gwan Woong tersenyum, “Sepertinya tidak. Kalau begitu… Bagaimana dengan putrimu? Dia muda dan cantik, persis seperti seleraku.”
Ughhh..
Butuh ketenangan luar biasa untuk Tuan Park dan Tae Soo agar bisa menahan amarah. Jo Gwan Woong tersenyum, tahu kalau permintaannya tak akan terpenuhi. Jadi semua permintaannya tak dapat dipenuhi. Jalan yang paling mudah adalah menyerahkan Kang Chi agar dihukum 200 pukulan.
Tuan Park menarik nafas panjang dan teringat peringatan Dam Pyung Joon yang mengatakan kalau ia adalah target Jo Gwan Woong berikutnya. Maka iapun bangkit dan berlutut, “Dosa seorang putra adalah dosa ayahnya. Saya akan menggantikan Kang Chi untuk menerima hukuman 200 pukulan. Apakah cukup?”
Yang terjadi kemudian adalah Tuan Park dan Tae Soo pulang dengan tubuh utuh. Kepala pengawal bertanya pada Jo Gwan Woong, mengapa atasannya itu melepaskan mereka.
Jo Gwan Woong berkata kalau rakyat di daerah ini menganggap Tuan Park seperti raja. Jika ia memukulinya 200 kali, rakyat pasti akan membela Tuan Park. Maka ia punya rencana lain, “Kali ini aku akan menyerang. Dalam beberapa hari, nyawa Park Mu Sol ada ditanganku. Dan yang akan disalahkan adalah Choi Kang Chi.”
Sementara itu si amazing super spy, Choi Kang Chi, sedang membuntuti Yeo Wool dan Gun di kota. Ia benar-benar penasaran dengan Yeo Wool.
Gon dan Yeo Wool sebenarnya tahu akan aksi si super spy itu. Tapi mereka membiarkannya. Hingga suatu saat, ketika ada orang menghalangi pandangan Kang Chi, Gon dan Yeo Wool menghilang. Dan Kang Chi terbingung-bingung melihat kedua buruannya lenyap.
Yeo Wool dan Gon ternyata masih berada di dekat Kang Chi, melihat kebingungannya. Yeo Wool hanya bisa geleng-geleng kepala, heran, “Dia itu pintar atau bodoh sih? Apa orang itu sama dengan orang yang kemarin malam mengalahkan banyak orang?”
Gon memberikan kemungkinan penjelasan yang masuk akal, “Ia merespon sesuai situasi.” Gon pun mengajak Yeo Wool untuk pergi karena ada seseorang yang menunggu mereka.
Kang Chi masih tak habis pikir pada kedua orang yang ia buntuti itu tiba-tiba menghilang. Dan penjelasan paling mungkin baginya adalah, “Hantu.. Sesaat mereka ada, dan sesaat kemudian.. syuuuhh…”
Tapi perhatian Kang Chi langsung beralih saat melihat komplotan preman yang telah mendapat 50 nyang dari Tuan Park, sekarang tetap memalak para penjual di pasar. Saatnya untuk balas dendam..!!
Ternyata kepergian Gon dan Yeo Wool ke kota adalah untuk menemui seorang bangsawan. Mereka memberi laporan tentang rute pembunuhan misterius yang baru-baru ini terjadi yang sama dengan rute perjalanan bisnis Jo Gwan Woong.
Bangsawan itu merasa tak masuk akal jika pembunuhan itu hanya untuk mencaplok bisnis-bisnis yang ada di daerah dan bangsawan itu merasa pasti ada sesuatu yang lebih besar lagi yang diincar Jo Gwan Woong.
Pembicaraan mereka terhenti karena keributan yang ditimbulkan oleh Kang Chi. Akhirnya Kang Chi berhasil membekuk orang-orang itu tanpa melukai mereka. Dan Kang Chi menyeret kepala preman, Bong Chool, ke jalan utama.
Yeo Wool mengerutkan kening melihat Kang Chi mulai merusuh lagi. Bangsawan itu bertanya apakah Yeo Wool mengenal pemuda itu, dan Yeo Wool pun menjelaskan kalau Kang Chi adalah orang dari Penginapan Seratus Tahun. Bangsawan itu sepertinya tertarik mendengarnya.
Mereka melihat Kang Chi menjejerkan beberapa orang yang ia ringkus tadi dan menyuruhnya untuk berlutut. Kang Chi juga meminta uang dari mereka. Tapi mereka menolak memberikan.
“Aku akan menghitung sampai tiga,” kata Kang Chi dan ia mulai menghitung, “Satu.. dua..”
“Baik! Aku akan bayar!” seru Bong Chool kesal dan mulai mengeluarkan uang dari sakunya, “Selalu dengan hitungan satu-dua-tiga,” dan melemparkan tiga keping uang perak.
Kang Chi melotot melihat uang yang tak seberapa itu, “Hanya segini? Apa aku harus menggoncang kalian satu per satu, hah?” Kang Chi mencontohkan goncangan yang akan ia lakukan, dan para penonton mulai kegirangan, “Begitu?”
Tak hanya Bong Chool, tapi semua yang berlutut mulai mengeluarkan uang di saku mereka, sehingga terkumpul banyak sekali. Dan Kang Chi pun puas. Ia mulai memunguti uang itu satu per satu.
Ulah Kang Chi sangat mengesalkan ketiga penonton yang belum pernah pergi ke kota Yosu. Bangsawan itu hanya mendesah sinis, tak suka melihat Kang Chi yang memeras orang di siang bolong. Yeo Wool pun berkata kalau ia akan turun tangan.
Yeo Wool belum sempat melakukan apapun saat mendengar Kang Chi berteriak, “Ayo semuanya berbaris!” Dan mereka bertiga kaget karena seluruh penduduk berteriak kegirangan dan mulai berbaris.
Satu per satu penjual mulai menerima uang jerih payah mereka bekerja di hari itu, yang diperas semena-mena oleh komplotan Bong Chool. Tak lupa mereka berterima kasih pada Kang Chi yang mau memikirkan nasib mereka.
Kang Chi memberi nasehat pada komplotan Bong Chool agar merampas kekayaan dari orang-orang kaya dan bukannya dari orang yang tak punya. Kata-kata Kang Chi itu disambut oleh elu-elukan semua orang yang menyaksikannya.
Bangsawan yang mulanya sinis itu menjadi kagum, menyadari kalau ternyata Kang Chi sedang memalak preman yang suka memeras para penjual. Begitu pula Yeo Wool yang menatap Kang Chi dengan berbeda. Tatapan Yeo Wool itu tak luput dari mata Gon.
Biksu So Jung ternyata juga menyaksikan hal ini. Ia tersenyum bangga melihat perbuatan Kang Chi. Kehadiran Biksu So Jung itu terlihat oleh Yeo Wool yang buru-buru mengejarnya.
Yeo Wool ingin bertanya tentang takdir yang pernah Biksu So Jung katakan, “Apa yang akan terjadi jika aku tak menghindari takdir itu? Jika aku tak dapat menghindarinya, apa yang akan terjadi?”
Biksu So Jung menatap Yeo Wool lama, dan setelah itu ia menjawabnya, “Salah satu dari kalian akan mati.”
“Mati? Siapa? Aku?” seru Yeo Wool kaget. “Atau dia?”
“Hidup, mati, takdir. Semua itu adalah kehendak dari langit. Hanya itu yang bisa kukatakan,” dan Biksu So Jung pun beranjak pergi.
Yeo Wool termangu mendengar jawaban itu. Saat ia kembali ke jalan utama, ia melihat Kang Chi masih dielu-elukan oleh para penduduk. Dan ia pun makin gamang.
Kang Chi baru pulang ke penginapan setelah malam tiba. Ayah angkatnya, Pelayan Choi, menunggui Kang Chi dengan rasa khawatir yang dimiliki oleh seorang ayah. Kang Chi memberikan anggur kepada ayahnya dan menjelaskan kalau anggur itu pemberian dari penjual di pasar yang tadi ia bantu. Tadi siang ia baru saja membalas dendam pada komplotan Bong Chool.
Lagi-lagi ayah angkatnya khawatir kalau gerombolan Bong Chool akan membuat gara-gara lagi. Tapi Kang Chi menenangkan kalau ia tak melukai mereka sedikitpun dan ia pun bertanya apakah Tuan Park sudah pulang?
Tuan Park ternyata sedang berkumpul dengan keluarganya, menikmati waktu bersama keluarganya yang nantinya akan sulit mereka lakukan karena Chung Jo sebentar lagi akan menikah. Ibu memberitahukan pada dua anaknya kalau ayah sangat sedih dengan pernikahan Chung Jo ini, “Jika saja kakakmu sudah lebih dulu menikah, pasti kami tak merasa sangat kehilangan.”
Tae Soo menenangkan ibunya karena setelah Chung Jo pergi, ia akan membawa seorang gadis yang secantik adiknya ke rumah ini. Ibu mengingatkan kalau Tae Soo sudah berkali-kali kabur di acara perjodohan yang telah ia atur. Chung Jo yang penasaran pun bertanya, “Apa kau sebenarnya takut pada wanita?”
Tentu saja Tae Soo membantahnya. Tapi ibunya menceritakan kalau ayah mereka dulunya juga tak berani menatap matanya saat pertama kali mereka bertemu.
Kang Chi memandangi keceriaan keluarga Park dengan tatapan merindu. Kepala penjaga, Han No yang juga temannya, memintanya untuk tak bermimpi. Kang Chi tersenyum dan berkata kalau ia hanya suka memandangi mereka, “Dengan hanya memandanginya saja, membuatku merasa kalau aku adalah bagian dari keluarga itu.”
Han No bertanya tentang Chung Jo yang akan menikah sebentar lagi. Apakah Kang Chi tak apa-apa? Kang Chi tak menjawab. Ia malah memberikan bungkusan kue yang ia bawa itu kepada Han No dan berkata kalau ia akan menggantikan Han No berjaga malam ini.
Han No hanya dapat memandangi temannya yang menjauh pergi.
Sepertinya Yeo Wool masih galau sejak pertemuannya dengan Biksu So Jung siang tadi. Ia berusaha mengenyahkan peringatan Biksu itu dengan berlatih pedang di halaman penginapan yang telah sepi. Tapi sia-sia. Ucapan Biksu So Jung terus terngiang di telinganya. Dan janji Kang Chi di malam itu untuk terus melindunginya, sangat mirip dengan janji anak laki-laki yang pernah ia temui di hutan saat ia kecil, “Dari semua orang.. kenapa harus dia?”
Di jurus terakhirnya, ia mengeluarkan semua rasa frustasinya pada gerakan pedangnya, sehingga menggetarkan pohon sakura sehingga semakin banyak kelopak bunga sakura yang berguguran.
Terdengar suara tepuk tangan. Ternyata Kang Chi yang melihat latihan Yeo Wool. Ia kagum melihat kekuatan jurus pedang Yeo Wool yang mampu menggerakkan dahan pohon tanpa Yeo Wool menyentuhnya.
Yeo Wool yang moodnya lagi jelek, memilih meninggalkan Kang Chi. Tapi Kang Chi mencegatnya. Kang Chi ingin tahu bagaimana Yeo Wool tahu tentang rahasia laba-laba yang tak pernah ia beritahukan pada siapapun, “Apakah kau mengenalku atau kita pernah bertemu sebelumnya?”
“Dan apakah kau pernah mengenalku? Pernahkah kita bertemu sebelumnya?” tanya Yeo Wool mengembalikan pertanyaan itu pada Kang Chi. Kang Chi sendiri tak yakin, tapi seingatnya, mereka belum pernah bertemu.
“Kalau begitu, kita belum pernah bertemu,” kata Yeo Wool muram, “Jika kita tak mengingatnya, hal itu tak berarti apapun.” Dan Yeo Wool pun meninggalkan Kang Chi.
“Kalau aku mengingatnya,” kata-kata Kang Chi menghentikan langkah Yeo Wool, “apakah itu berarti sesuatu?”
Yeo Wool berbalik menatap Kang Chi, tapi tak dapat menjawabnya. Mereka bertatapan cukup lama, hingga Kang Chi mendadak berlari menghampiri dan langsung memeluk Yeo Wool sehingga mereka berdua merunduk.
Detik berikutnya sebuah senjata rahasia melayang ke atas kepala mereka. Senjata rahasia yang hanya dimiliki oleh para ninja. Yeo Wool dan Kang Chi melihat seorang ninja terbang ke atap penginapan. Kang Chi berteriak, mencoba menghentikan ninja itu. Han No mendengar teriakan Kang Chi dan berlari meninggalkan tempatnya tadi berdiri (dekat gazebo tempat keluarga Park bercengkerama).
Namun ternyata ninja lain sudah menunggu kepergiannya. Mereka turun dan menuju rumah keluarga Park.
Di kamarnya, Tuan Park sedang membaca buku. Ia merasakan sesuatu yang tidak biasanya. Ia membuka jendela, tapi tak ada siapapun. Tiba-tiba ada angin kencang masuk dan meniup lilinnya hingga mati.
Setelah menyalakan lilin, ia terkejut karena melihat seseorang ada di dalam kamarnya. Ternyata Biksu So Jung. Tuan Park menyambut kedatangan Biksu itu dengan gembira. Biksu itu dengan tenang balas menyapa, “Bagaimana kabar Anda, Tuan?”
Di tempat lain, Jo Gwan Woong sedang bermain baduk dengan seorang gisaeng. Ia pun berkata sendiri kalau perburuan telah dimulai. Dan dengan bidaknya, ia mulai memakan bidak-bidak si gisaeng.
Kang Chi dan Yeo Wool mengejar ninja itu hingga menjauhi penginapan.
Tuan Park bertanya mengenai maksud kedatangan Biksu So Jung. Apakah kedatangannya karena sudah hampir 20 tahun berlalu? Biksu So Jung mengiyakan, dan Tuan Park bertanya apa sebenarnya Kang Chi ini? Dan kekuatan apa yang tersimpan di gelang itu?”
Biksu So Jung tetap diam, menunggu Tuan Park bercerita lagi. Dan memang benar. Setelah sekian lama tak bertemu, Tuan Park mulai menceritakan apa yang terjadi pada Kang Chi saat gelang itu jatuh dan lepas dari tangannya.
Biksu So Jung meminta Tuan Park untuk menjelaskan lebih rinci lagi. Maka Tuan Park pun bercerita pada hari pertama ia membawa Kang Chi pulang, Kang Chi sempat terluka.
Tapi sinar mata Biksu So Jung membuat Tuan Park curiga. Ia segera berteriak, “Siapa kau? Tunjukkan siapa sebenarnya dirimu!”
Biksu So Jung tersenyum dan berkata kalau ia adalah So Jung. Tapi Tuan Park sudah tak percaya. Ia memanggil penjaga, namun tak ada siapapun.
Ternyata Biksu So Jung bukanlah Biksu So Jung, karena dalam sekejab biksu itu berubah menjadi ninja yang langsung mengarahkan pedang ke leher Tuan Park dan meminta Tuan Park untuk menjelaskan siapa Kang Chi sebenarnya.
Yeo Wool mendongak ke atap dan menajamkan penglihatannya. Kang Chi mengikuti arah pandangan Yeo Wool dan terkejut. Ada seorang berbaju hitam berdiri di atas atap. Dan sebentar kemudian, ada orang yang sama muncul dari udara tipis, berdiri di sisinya. Dan satu lagi. Dan satu lagi.
Tiga orang.. empat.. lima.. sepuluh.. sebelas .. belasan, puluhan. Ada puluhan ninja yang muncul mengelilingi mereka, tak hanya berdiri di atap, tapi juga di tanah. Mengelilingi mereka.
“Ilusi,” kata Yeo Wool menjelaskan tentang munculnya puluhan ninja yang muncul dari udara. Tapi saat ilusi itu mengeluarkan pedangnya, Yeo Wool berkata, “Ilusi atau tidak, pedang yang mereka pegang dapat melukaimu.”
Kang Chi mengernyit, “Kau bercanda, kan? Baiklah, bertempur mati-matian.” Tapi Yeo Wool mengkoreksi ucapan Kang Chi, “Salah. Mati adalah titik akhir. Sekarang kita harus berjuang agar tetap hidup.
Dengan pedang dan tangan kosong, mereka berdua bersiap untuk bertempur.
(Bersambung)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !