Home » , » THE HEIRS (2014) EPISODE 20-2

THE HEIRS (2014) EPISODE 20-2

Written By Regina Kim on Monday, December 15, 2014 | 4:00 AM


Drama: The Heirs (2014)
also known : The InheritorsHeritors
The One Trying to Wear the Crown, Bears the Crown – The Heirs
He Who Wishes To Wear the Crown, Endure Its Weight – The Heirs
One Who Wants to Wear the Crown, Bear the Crown – The Heirs
Those Who Want the Crown, Withstand the Weight of it – The Heirs

Genre : Romance,Comedy,Drama,School
Written by Kim Eun-sook
Directed by Kang Shin-hyo
Country of origin South Korea
Originallanguage(s) Korean
No. of episodes 20

CAST :


SINOPSIS LENGKAP

Rachel pergi ke rumah sakit untuk menemui dokter sesuai permintaan ibunya. Jejejeng….ia bertemu Hyo Shin

Rachel berkata ini pertama kalinya ia ke sini (psikiater). Hyo Shin duduk di sebelahnya. Ia sudah lama berobat di sini. 

“Mengapa kau ke sini (psikiater)?” 

“Agar aku bisa hidup. Mengapa kau ke sini?” tanya Hyo Shin. 


Rachel mengaku ia sulit tidur. Hyo Shin mengangguk mengerti. Hyo Shin bercanda ia terus menerus membuka rahasianya pada Rachel. Termasuk rahasia yang satu ini. Ia akan pergi wamil. Dan belum ada seorangpun yang tahu. 

Rachel tertegun. Kalimat pertama yang muncul dari bibirnya adalah: 

“Apakah ada gadis yang akan menunggumu?” 

Hyo Shin mengerutkan kening mendengar pertanyaan itu. Lalu ia tersenyum pura-pura memikirkan siapa yang akan menunggunya. Rachel nampak muram mendengar Hyo Shin akan pergi. 


Rachel sepertinya memberitahu Tan karena Tan berlari ke stasiun kereta. 

“Lee Hyo Shin!” panggilnya begitu melihat Hyo Shin. 

Hyo Shin terkejut melihat kedatangan Tan. Bahkan ibunya saja belum tahu ia akan pergi, bagaimana bisa Tan secepat ini? Tapi Tan sedang kesal. 

“Kenapa kau mendadak melakukan ini? Wamil apanya? Kau bahkan belum lulus sekolah.” 


Hyo Shin melirik kiri-kanan takut ada yang mendengar. Ia menenangkan Tan, suatu hari nanti Tan juga akan wamil. Tapi tidak seperti ini, kata Tan. Apakah orang tua Hyo Shin sudah memberi ijin? 

“Selama 19 tahun hidupku, aku tidak pernah mendapatkan ijin untuk apapun. Aku pergi tanpa seijin mereka. Untuk memberi mereka waktu untuk berpikir. Saat ini mereka pasti sudah menemukan suratku.” 

“Kau benar-benar gila.” 


Hyo Shin berkata ia baru bisa menghentikan ibunya dengan hal besar seperti wamil. Lah dulu yang bunuh diri itu hal yang lebih besar kan? >,< 

Melihat tekad Hyo Shin yang sudah bulat, Tan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia meminta Hyo Shin jangan sampai terluka. HyoShin mengangguk. 

Tan memeluk Hyo Shin dan menepuk punggungnya. Hyo Shin jadi terharu 

“Aku akan kembali dengan selamat,” ujarnya lirih. 


Eun Sang melihat ibunya sedang memilah biji-bijian untuk dibuat tepung. Ia bertanya apa tepung itu tidak terlalu banyak untuk mereka berdua. Ibu Eun Sang ingin mengirim sebagian untuk kakak Eun Sang. 

Eun Sang jadi kesal, memangnya kakaknya menghubungi ibunya? Ibu Eun Sang berkata Eun Suk mengirimnya sms bahwa ia sudah mendapat pekerjaan dan mempunyai ponsel baru. 

“Itu saja?? Lalu bagaimana dengan uang yang kakak ambil? Berapa nomornya? Berikan padaku.” 

“Untuk apa? Apa yang akan kaukatakan?” tanya ibunya cemas. 


“Apa lagi? Aku akan mengatakan bahwa ibu sehat. Dan aku juga sehat. Juga kita merindukannya. Dan kita hidup bahagia. Jadi kakak khawatirkan saja urusan kakak sendiri,” kata Eun Sang tersenyum. 

Ibu Eun Sang tersenyum. Ia bertanya apakah Eun Sang benar-benar bahagia. 

“Kau bertemu ibu sepertiku dan hanya menderita.” 

“Apa maksudnya? Karena aku anak Ibu maka aku bahagia. Aku akan menjadi dewasa dan membuat Ibu hidup dalam kemewahan. Aku menyayangi Ibu.” 

Keduanya berpelukan. 

Eun Sang melepaskan pelukan ibunya karena ada telepon. Dari pacar 


Nyonya Jung menjenguk Tuan Kim di rumah sakit. Mm…tapi tidak seperti menjenguk sih. Tuan Kim berkata ia telah mendengar Nyonya Jun membuat kekacauan saat ia terbaring di rumah sakit. 

“Namun aku tidak mendapatkan apa-apa,” kata Nyonya Jung tanpa menoleh pada suaminya. 

“Karena itu kau seharusnya menunggu sebentar lagi. Selama ini kau telah menanti dan bertahan dengan anggun, kenapa kau menendang kesempatan untuk mendapatkan apa yang selama ini kauinginkan?” 

Maksud Tuan Kim adalah Nyonya Han sudah tidak ada, Won dan Tan juga pergi dari rumah. Jika Nyonya Jung menunggu sedikit lagi maka mungkin saja Tuan Kim akan memberikan penghargaan pada Nyony a Jung. Atau jika Nyonya Jung menunggu hingga Tuan Kim sadar, mungkin Nyonya Jung tidak akan pulang dengan tangan hampa. 

“Aku menginginkan lebih. Semua ini sudah direncanakan sejak lama.” 

“Aku juga berencana begitu. Karena itu aku memanggilmu. Nyonya Jung Ji Sook, mari kita bercerai.” 


Kali ini Nyonya Jung tidak menolak. Ia sudah siap. Meski ia tidak bisa mengambil alih seluruh Grup Jeguk, setidaknya ia bisa membaginya menajdi dua (hanya 52% yang mendukung Tuan Kim). Itulah kekuatan daftar keluarga. Tuan Kim langsung memerintahkan pengacaranya membuat surat cerai. 

Tan membawa Eun Sang menjenguk Tuan Kim di rumah sakit. Eun Sang membawakan buku untuk dibaca Tuan Kim saat merasa bosan. 

“Tidak perlu terlihat baik di depanku,” ujar Tuan Kim. 

“Tetap saja, saya ingin terlihat baik,” kata Eun Sang. 

“Eun Sang telah mengumpulkan keberanian untuk datang ke sini. Tolong lihatlah kebaikannya,” Tan ikut membujuk. 


Eun Sang berkata ia akan membayar hutangnya sedikit demi sedikit. Sampai ia melunasinya, Tuan Kim harus terus sehat. 

Tuan Kim tersenyum. Ia harus hidup sangat lama jika ingin hutangnya dikembalikan. Tan bertanya hutang apa. 

Eun Sang pamit. Tuan Kim berkata Eun Sang tidak perlu datang lagi. Ia akan membaca buku-buku itu. Eun Sang mengangguk. Tan tersenyum sambil menaruh buku-buku itu di samping ayahnya. 


Tan menemani ibunya berjalan-jalan. Ia bertanya apakah ibunya hendak pergi ke tempat lain. 

“Nanti saja. Saat ini kakiku terasa kebas, aku membuat mereka bekerja terlalu keras. Hidup dalam kebebasan ternyata bukan hal mudah,” ujar Nyonya Han. 

“Kubilang juga apa. Kenapa Ibu memakai sepatu berhak tinggi? Lain kali pakailah sepatu yang nyaman.” 

Nyonya Han berkata ia memiliki impian jadi Miss Korea jadi ia tidak bisa meninggalkan sepatu berhak tinggi. (hehe…padahal Kim Sung Ryung pemeran Nyonya Han ini benar-benar Miss Korea lho, pada tahun 1988) 


Chan Young dan ayahnya pergi berkemah dan memancing. Di tengah-tengah sesi memancing, Chan Young mengambil selfie dirinya dan ayahnya. Yoon memasang tampang eh….cute? 

“Untuk dikirimkan pada Bo Na?” 

“ia pernah bilang ia tidak bisa bernafas jika tidak melihatku satu jam saja.” 


“Ayah punya firasat begitu kalian kuliah, Bo Na akan mendominasi hubungan kalian.” 

Chan Young berkata justru itu yang ia nantikan. Tapi apa ayahnya tidak terpikir untuk menikah lagi? Apa ayahnya tidak berpacaran? 

“Aku sibuk makan dan hidup, apa maksudnya pacaran? Apa kau tidak berencana untuk mengurusku?” tanya Yoon. Jadi ia tidak perlu sibuk kerja. 

Chan Young mengomel mengapa ayahnya selalu ingin jadi pengangguran, bahkan ayahnya terlihat tidak peduli ketika dipecat. 

“Cobalah jadi orang dewasa. Hidup dalam dunia ini tidaklah mudah. Terkadang memiliki banyak keinginan lebih menyakitkan dan lebih melelahkan dari berpacaran,” Yoon menasihati putranya. 

Chan Young merenung. 


“Apa kalian membicarakan aku?” terdengar suara di belakang mereka. 

Suara Won. Won datang bersama Tan. 

Tan diajari memancing oleh Chan Young. 

“Memancing itu yang penting timingnya. Apa kau pernah dengar bangsawan Tai dari Qi?” celoteh Chan Young. 

“Diamlah, bodoh,” sikut Tan. 


Yoon dan Won minum kopi di bawah pohon (untung ngga senggo-senggolan I bawah pohon *kaya pelem india*). Yoon tak menyangka Won akan menyusul ke sini ketika ia mengajak minum kopi. Won berkata ia terobsesi pada orang yang tak sopan padanya. 

“Apa kau sering pergi memancing?” tanya Won. 

“Ini adalah ritual keluarga untuk mempererat hubungan ayah-anak. Juga untuk mencari udara segar setelah ujian akhir.” 

Won jadi teringat pada ujian akhir Tan. Ia bertanya bagaimana hasilnya. 


“Kakak pasti kaget,” kata Tan bangga. “Tanya saja pada Chan Young.” 

“Kim Tan ranking 50,” ujar Chan Young. 

“Benarkah??” seru Won dan Yoon bersamaan. 

Tan mengangguk. 


“Dia berusaha dengan baik,” ujar Won tersenyum bangga. 

Sementara Yoon melongo. 

“Berusaha dengan baik? Aku bahkan tidak tahu ada ranking 50 di SMA Jeguk.” 

“Memangnya Chan Young ranking berapa?” tanya Won bingung. 


“Chan Young…selalu ranking pertama. Tidak ada drama dalam buku rapornya, lama-lama tidak menyenangkan. Aku bahkan tidak pernah mengeceknya lagi.” 

Won langsung menatap Tan kesal. Tan memarahi Chan Young untuk memperbaiki keadaan. Ia buru-buru kabur saking malunya. Won dan Yoon tersenyum geli. 


“Akan menyenangkan jika setiap hari seperti ini. Tan belum tahu, kan?” tanya Yoon pada Won. 

“Apa bagusnya jika ia sudah tahu,” ujar Won. 

Yoon berkata beritanya akan terbit besok. Won tahu tapi ia tidak ingin membicarakannya lagi. 


Berita apa? Berita pernikahan Won dan Nona Yang. Hyun Joo menangis setelah membacanya. 

Hyun Joo menemui Won. Sambil tersenyum ia meminta Won memenuhi janjinya sekarang. 

“Janji apa?” 

Hyun Joo mengeluarkan wishbone. 

“Kau bilang kau akan mengabulkan keinginanku kan? Aku sudah memikirkannya.” 


Tampaknya Won sudah tahu apa yang akan diminta Hyun Joo. Ia menunduk tak bisa menatapnya. Seharusnya masing-masing mereka memegang ujung wishbone itu tapi Won tidak mau. 

Hyun Joo memutuskan yang panjang adalah bagian Won, yang pendek adalah bagiannya. 

“Jangan….” Ujar Won. 

Hyun Joo mematahkan wishbone itu. Bagian Won yang patah. 


“Bagianku lebih panjang. Artinya keinginanku yang akan menjadi kenyataan,” kata Hyun Joo. 

Won terdiam. Hyun Joo berusaha keras menguatkan hatinya dan menahan tangisnya. 

“Mari kita putus. Itu keinginanku. Meski kita duduk dekat satu sama lain, kita seperti orang asing yang terpisahkan jarak. Jangan merasa bersalah karena ini bukanlah sesuatu yang tidak kuketahui sebelumnya.” 

“Maafkan aku….maaf…” hanya kata-kata itu yang bisa keluar dari bibir Won. 

“Kau bilang kau akan mengabulkan keinginanku,” ujar Hyun Joo berusaha menahan tangisnya. Ia melambaikan tangan, “Selamat tinggal, Oppa…” 

Won duduk sendirian setelah Hyun Joo pergi. 


Ketika ia pulang, Tan sudah menunggunya. Tan menanyakan berita itu, apakah Won benar-benar akan menikah? Mengapa tiba-tiba Won menikah? 

“Mempertahankan Grup hanya dengan mengandalkan kekuatan kita sebenarnya beresiko. Itulah sebabnya pernikahan ini diperlukan. Inilah beban mahkota yang harus kutanggung.” 

Tan masih hendak protes tapi Won berkata ia tidak memerlukan pendapat Tan. Ini adalah keputusannya. 

“Aku sudah memikirkan kesepakatan kita. Mengenai kau ke Amerika.” 

Tan menunduk. 


“Jangan ke Amerika. Sebaliknya, tinggal di sini di sisiku. Aku menyuruhmu mempelajari bisnis dengan serius. Cukup lakukan itu. Aku kesepian.” 

“Jika aku di sini, kakak tidak akan kesepian?” 

“Aku tetap kesepian. Tapi akan lebih baik daripada kau tidak ada di sini.” 


Young Do pergi ke bengkel langganannya. Ia melihat luka di jarinya (akibat cuci piring). Kemudian seorang gadis mengantarkan ayam goreng. Barulah Young Do teringat ia pernah melihat Eun Sang mengantarkan pesanan, jauh sebelum ia melihat Eun Sang di minimarket. Itulah pertemuan pertama mereka. 

Young Do mengambil plester pemberian Eun Sang lalu menempelkannya di lukanya. Ia telah melepaskan Eun Sang. 


Bo Na, Chan Young, dan Ye Sol menunggu Myung Soo di studionya, tapi Myung Soo tidak bisa datang. Chan Young berkata Myung Soo adalah tipe di mana seorang gadis lebih penting daripada teman. 

“Apakah itu pengakuan bahwa aku, kekasihmu, lebih penting dari Cha Eun Sang, temanmu?” tanya Bo Na. 

“Mungkin saja. Aku akan menentukan urutannya.” 


Mereka bermain kartu. Entah kartu apa dan bagaimana memainkannya. Bo Na protes karena ia kalah. Apakah Chan Young dan Ye Sol sudah bersekongkol? 

“Lee Bo Na out. Kau harus mengabulkan permintaanku. Cium, “ Chan Young menunjuk pipinya. 

Bo Na malu karena ada Ye Sol. Malunya Cuma sedtik. 

“Sebelah mana? Kiri? Kanan?” tanyanya sambil mendekat. 

Tepat saat itu Chan Young menoleh hingga mereka kiss. 


“Hei, bagaimana kau bisa tiba-tiba menoleh seperti itu,” kata Bo Na kaget. 

“Maaf, kalau begitu sini aku kembalikan,” Chan Young memeluk Bo Na, siap mencium balik. 

“Kalian yang benar saja! Kalian akan putus di tanganku,” ujar Ye Sol kesal. Emang enak dicuekkin? XD 


Tan mendapat kiriman dari Amerika. Rupanya gurunya mengembalikan buku tugas yang terakhir dikumpulkan Tan. Ketika itu Tan menulis. 

“One Who Wants to Wear the Crown, Bears the Crown.” 

Di bawahnya tertulis pertanyaan Sang Guru. 

“Mahkota apa yang kaucoba kenakan? Apakah mahkota kekataan, ketenaran, atau cinta?” 

Pasti sudah tahu jawabannya kan ya?


Tan merenung. Ia melanjutkan menulis diarinya. 

“Pemilik ruang kerja telah berganti.… Kakak telah naik ke tempat yang ia inginkan. Ingin menjadi lebih kuat. Namun ia menangis di malam hari. ” 


Won duduk di ruang kerja ayahnya. Sorry, but what’s wrong with your hair, Won? 

Walau ia mendapatkan apa yang ia inginkan, namun ia kesepian. Ia sering menangis sambil melihat wishbone yang telah patah. 

“Tempat pengasingan kakak adalah rumah ini, tempat kakak hidup seumur hidupnya. 


Dan aku menjadi apa yang kukira tidak ada hubungannya denganku. Aku menjadi senior. 

Tan pergi ke sekolah. Ia melihat Myung Soo keluar dari sekolah setelah dugem semalam. Ia memotret Tan begitu melihatnya. Untuk kenang-kenangan. 

Kenang-kenangan apa, tanya Tan. Untuk mengingat wajah yang sepertinya telah menaklukkan satu gunung lagi. 


Tan meneruskan berjalan. Ia melihat Rachel. Rachel melengos pergi. Kemudian Tan berpapasan dengan Chan Young dan Bo Na yang berjalan bergandengan tangan. 

“Kau tahu besok ujian hari pertama kan? Aku menantikannya,” ujar Chan Young. 

“Lindungi tempatmu dengan baik. Aku bukan orang yang setengah-setengah,” sahut Tan. 

“Sepertinya dia akan ranking 100 lagi,” olok Bo Na. Ia menarik Chan Young pergi. 

“Kalian ini…” gerutu Tan. Tapi ia tersenyum. 


Tan berpapasan dengan Young Do. Mereka berjalan saling melewati begitu saja. 

“Tapi tidak ada yang berubah. Menjauh…atau berbaikan…hal itu belum kami pelajari.” 


Eun Sang meneruskan: 

“Tapi kami tahu. Saat kami berusia 18 dan menghadapi masa sulit. Bagaimana kami masing-masing menangis dan terluka. Juga bagaimana kami hancur. Betapa tegangnya kami.” 

Eun Sang mengacungkan boneka burung hantunya saat melihat Tan berjalan ke arahnya sambil tersenyum. 


“Kau ini suka pamer. Bagaimana jika Lee Bo Na melihatnya?” ujar Tan. Bo Na memiliki boneka yang sama. 

“Aku melakukannya agar ia bisa melihatnya dan berkata: Lihat ini! Pacarku yang membelikannya.” 

Tan tersenyum geli. Eun Sang bertanya apa harapan Tan ketika meniup lilin ulang tahunnya. Ia penasaran. 

“Aku berharap agar semua orang yang kukenal berbahagia.” 

Eun Sang tak percaya. Serius, kata Tan. 

“Sepuluh tahun lagi kita akan mengadakan pesta di rumah.” 


Mereka membayangkan kira-kira apa yang akan terjadi 10 tahun lagi. 

Eun Sang: “Sepuluh tahun lagi kita berusia 29 tahun. Apakah semuanya hadir? 

Tan: “Iya. Bo Na dan Chan Young tetap sibuk meski dalam pesta.” 

Bo Na jadi wanita karier, sementara Chan Young menjadi agen penyidik kejahatan dunia maya. Tapi mereka masih bersama. 


Hyo Shin menjadi sutradara yang filmnya dinominasikan mendapat penghargaan. Film itu bergenre militer. Ye Sol meminta Hyo Shin mengkastingnya untuk film Hyo Shin berikutnya. 

Rachel menghampiri Hyo Shin dan bertanya apa Hyo Shin masih menekuni hobi anehnya membuat film. Hyo Shin bertanya apa Rachel tidak memiliki internet di perusahaannya (perusahaan Ester). Rachel berkata ia terlalu sibuk untuk melihat internet. 

Hyo Shin bertanya apa Rachel akan datang jika ia mengundangnya ke permutaran perdana filmnya. Rachel tidak mau. Ia tidak tertarik pada film. 

“Kalau begitu datanglah untuk melihatku.” 

“Aku akan memikirkannya,” kata Rachel sedikit gugup. 


Young Do membantu usaha hotel ayahnya dan sekarang ia dekat dengan Won. Mereka menyapa Tan. 

Tuan Kim masih hidup walau bertambah tua. Bahkan Nyonya Jung hadir dalam pesta itu. 

Nyonya Han berdampingan dengan ibu Eun Sang. Ia kaget melihat ibu Eun Sang nampak lebih muda darinya. Keduanya melambaikan tangan pada Tan. 


Tan naik menuju kamarnya. 

Tan: “Dan walau sudah 10 tahun berlalu, sama seperti dengan nekadnya aku berlari padamu ketika berusia 18 tahun, kau ada di ujung jalan tempat aku berdiri. Aku meniup lilinku dan membuat keinginan.” 

Di kamar, Eun Sang sudah menunggunya. Tan menciumnya. 


Lamunan itu berlalu. 

“Jadi dalam bayangan kita, mereka adalah orang-orang yang bisa tersenyum,” kata Eun Sang. 

“Karena itu disebut keinginan,” sahut Tan. 

“Kuharap keinginan itu terwujud.” 

“Mungkin…suatu hari nanti.” 

Mereka saling tersenyum dan berjalan bergandengan tangan. 


Tan: “ Pada usia 18 tahun kamui jatuh, saling menyukai, menangis, melarikan diri, berlutut. Kami saling membelakangi satu sama lain. 

Kilas balik seluruh perpisahan mereka. 

Eun Sang: “Meski begitu pada usia 18 tahun, kami berlari menghampiri satu sama lain. Bergandengan tangan. Memeluk dengan segenap kekuatan kami. 


Tan dan Eun Sang berjalan-jalan di hari yang bersalju. Tan bertanya jadi kapan Eun Sang akan menraktirnya makan. Apa Eun Sang memang sengaja tidak menraktirnya? Apa karena Eun Sang ingin memasakkan makanan untuknya setiap pagi? Ia bercanda apa itu artinya Eun Sang melamarnya. 

Eun Sang meleletkan lidah lalu berjalan dengan cepat mendahului Tan. 


“Hei Cha Eun Sang, apa kaulupa apa yang akan kulakukan jika kau membelakangiku?” 

Eun Sang berjalan sambil menutup mulutnya 

Eun Sang: “Kami bisa saja terjatuh lagi. Dan mungkin berlutut lagi. Tapi… 

Tan: “Meski begitu kami akan berjalan maju…” 


The End.
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Google Translate

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Love and Like Movie - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger