Home » , , , » MY LOVE FROM THE STAR EPISODE 20 (2014)

MY LOVE FROM THE STAR EPISODE 20 (2014)

Written By Regina Kim on Wednesday, December 31, 2014 | 1:28 AM


Also known as : You Who Came from the Stars,You from Another Star,My Love from the Stars,My Love from Another Star,Man from the Stars,Man from Another Star
Genre : Romance,Comedy,Drama,Sci-Fi
Written by : Park Ji-eun
Directed by : Jang Tae-yoo
Country of origin South Korea
Originallanguage(s) Korean
No. of episodes 21
Production : Executiveproducer(s) Choi Moon-suk
Producer(s) Moon Bo-mi
Location(s) Korea
Cinematography Lee Gil-bok, Jung Min-gyun
Camera setup Multiple-camera setup, Running time 70 minutes
Productioncompany(s) HB Entertainment
Broadcast : Original channel SBS and regional affiliates
Picture format 1080i (HDTV), Original run 18 December 2013 – 27 February 2014

STARRING : 


SINOPSIS LENGKAP :

Prolog episode 20 

“Demi aku, hiduplah di tempat lain. Demi aku, jangan mati. Hiduplah di suatu tempat. Maksudku adalah….pergilah. Ke tempat dari mana kau berasal. Bukankah kau bilang kau harus pergi? Bukankah kau bilang kau akan mati jika kau tidak pergi? Bukankah saat ini kau sedang menderita? Karena itu aku memintamu untuk pergi.” 

Min Joon berkata ia sudah membuat keputusan untuk tinggal di sisi Song Yi. Song Yi berkata ia juga sudah memutuskan. Jika Min Joon mati di sisinya, maka ia juga akan mati. 

“Tidakkah kau mengerti apa yang kukatakan? Karena aku menyukaimu lebih dari yang kaupikirkan, kuarasa aku bisa hidup jika tahu kau hidup di suatu tempat. Dibandingkan tidak berada di manapun di alam semesta ini, lebih mudah bagiku mengetahui kau hidup di suatu tempat.” 

“Aku tidak akan melakukannya. Aku tidak akan membiarkanmu sendirian. Aku akan menemukan caranya.” 


Yoo Seok dan Detektif Park menonton berita mengenai Min Joon dan Song Yi yang menghilang. Para wartawan sedang menyelidiki siapa Min Joon. Mereka mewawancarai beberapa orang yang mengenali Min Joon dengan nama yang berbeda. 

Kakek tua yang puluhan tahun lalu pernah kalah bermain mahjong dengan Min Joon, yakin bahwa Min Joon adalah Kim Mu San, orang yang selalu dikalahkannya (padalah ia selalu kalah dari Min Joon). Peneliti astronomi di Injae yakin kalau Do Min Joon adalah Han Seo Jin, yang sepengetahuannya sudah meninggal dunia. 

Bahkan Bokja, pemilik café manga yang bukunya pernah dipinjam Min Joon, ikut diwawancarai. Ia berkata Min Joon adalah orang yang tegas dan tidak sembarangan membeli buku. Ia tidak percaya Min Joon memiliki hubungan dengan Song Yi, bahkan mengaku kalau ia yang memiliki hubungan dengan Min Joon. (Selama ini Song Yi curhat pada Bok Ja tanpa memberitahu nama, jadi Bok Ja tidak tahu Min Joon yang ditaksirnya adalah pria alien yang diceritakan Song Yi) 

Orang-orang menduga-duga siapa Min Joon. Apakah Min Joon benar-benar memiliki kekuatan super? Atau orang biasa yang menggunakan trik untuk menipu? Atau alien dari planet lain? 


Yoo Seok mematikan TV. Detektif Park mengeluh karena ia terus menerus ditanyai mengenai Min Joon. Memangnya ia ayahnya? Yoo Seok tidak menyangka Min Joon akan melakukan itu (menghilang) di depan orang-orang. Detektif Park membenarkan, padahal selama ini mereka merahasiakan identitas Min Joon untuk melindunginya. Ia bertanya-tanya di mana Min Joon sekarang. 


Song Yi dan Min Joon tidur di tempat tidur yang sama. Tapi sebenarnya mereka tidak bisa tidur. Song Yi berkata ia sudah memantapkan hatinya dan memikirkan cara untuk melepaskan Min Joon. Haruskah ia mengatakan kalau ia bosan pada Min Joon? Atau mengatakan ia akan hidup baik-baik saja dengan Hwi Kyung, jadi Min Joon tidak usah khawatir untuk pergi? Kalimat terakhir membuat Song Yi mendapat cubitan kecil di pipinya. 

“Aku takut. Walau aku takut kau tidak berada di sisiku, aku lebih takut jika kau tidak ada di manapun di alam semesta ini. Apakah kau tidak takut….mati?” 


Min Joon membelai rambut Song Yi. Ia berkata ia sudah menyaksikan orang-orang lahir, tumbuh, menua, lalu mati. Jadi ia bepikir akhir hidup seseorang adalah kematian. Tapi jika begitu, kenapa manusia berusaha begitu keras? Mereka semua pada akhirnya akan menua, berkeriput, dan menghilang. Kenapa mereka begitu berjuang dan hidup sekuat tenaga seakan-akan sedang menjalani perang? 

“Kehidupan penghuni bumi jika dilihat dari sisi lain, menyedihkan dan rapuh. Tapi setelah memikirkan kematian, aku menyadarinya. Tidak ada seorangpun yang hidup untuk mati. Yang terpenting adalah bagaimana menjalani hidup ini.” Min Joon memeluk Song Yi. “Karena itu meski akhirnya sudah ditentukan, kita tetap bisa bahagia dan terus hidup. Sederhana, namun membutuhkan waktu lama bagiku untuk menyadarinya.” 


Sinopsis Episode 20 

Bok Ja melihat rekaman video ketika Min Joon mendarat di bar, lalu ia dan Song Yi menghilang di rumah sakit. Judul beritanya adalah: Chun Song Yi teleport dengan kekasihnya? 

“Chun Song Yi…bagaimana ini?” Bok Ja menangis. 

Kedua pelanggannya terharu melihat Bok Ja menangis. Mereka berkata itulah persahabatan sejati. Menangisi temannya, mengkhawatirkan temannya. 

“Do Min Joon-nim adalah priaku. Bagaimana ini?” Bok Ja menangis tersedu-sedu. Bok Ja bukan menangis karena Song Yi hilang tapi karena Min Joon-nimnya yang ternyata kekasih Song Yi. 


Pengacara Jang ditanyai polisi mengenai Min Joon. Jang berkata Min Joon tidak menculik Song Yi. Mereka berdua berpacaran dan pasti sedang berada di suatu tempat. 

Min Joon dan Song Yi sedang mengendarai taksi untuk kembali ke Seoul. Mereka mendengar dari radio mengenai Do Min Joon, orang yang membantu penangkapan Jae Kyung, yang mendadak hilang bersama Chun Song Yi. 

Supir taksi melirik penumpangnya dari kaca spion. Song Yi menutupi wajahnya dengan kerah jaketnya. Ia meminta supir taksi mematikan radio. Melihat supir taksi terus melirik mereka diam-diam, Song Yi tak tahan lagi dan membenarkan kalau ia adalah Song Yi. Supir taksi tersenyum karena dugaannya benar. 


Song Yi bertanya pada Min Joon kenapa Min Joon tidak memberitahunya mengenai Jae Kyung. Min Joon balik bertanya apa yang akan terjadi jika ia memberitahu hal seperti itu pada Song Yi yang cepat marah dan blak-blakkan. Song Yi terdiam. Ia berkata Hwi Kyung pasti sedang mengalami masa sulit. 


Hwi Kyung bangun dan terkejut saat melihat Se Mi duduk menungguinya. Ia bertanya kenapa Se Mi ada di sini. Se Mi berkata ia ditelepon ibu Hwi Kyung yang khawatir karena beberapa hari ini Hwi Kyung tidur terus menerus. 

“Karena aku baik-baik saja, pergilah,” kata Hwi Kyung. 

“Kenapa? Memangnya aku akan memakanmu?” gurau Se Mi. 

Hwi Kyung berkata ia ingin sendirian saat ini. Se Mi menghela nafas panjang. 

“Hwi Kyung-ah…aku sangat membenci Song Yi. Aku ingin melihatnya menderita. Setiap kali Song Yi kehilangan sesuatu, rasanya seperti balas dendam dan aku menyukai itu. Tapi saat aku merenungkannya, yang paling banyak kehilangan sebenarnya…aku,” kata Se Mi. 


Ia berkata selama ini ia tidak mengatakan perasaannya dengan jujur pada Song Yi yang menganggapnya sahabat, maupun pada Hwi Kyung yang menganggapnya malaikat. Karena ia tidak bersikap tulus pada siapapun, tidak ada yang mempercayainya sekarang bahkan di saat ia benar-benar tulus. 

“Sekarang aku berencana untuk melepaskanmu sepenuhnya. Karena aku harus hidup. Aku harus melepaskanmu agar aku bisa kembali menjadi temanmu. Dengan begitu aku bisa mengatakan dengan jujur apa yang kupikirkan. Aku tahu kau menderita karena apa yang terjadi. Jangan hanya menyimpan semuanya di dalam hati. Ceritakan padaku. Kau bisa menceritakannya padaku dan menangis di depanku, Hwi Kyung-ah…” 

Mata Hwi Kyung berkaca-kaca. Se Mi duduk di sisinya dan memegang pundaknya untuk memberi dukungan. 


Jae Kyung berbicara dengan pengacaranya. Ia ingin pengacaranya melakukan yang terbaik untuk menyatakan penangkapannya tidak sah. Ia adalah direktur S&C dan orang dengan status sosial seperti dirinya tidak mungkin melakukan perbuatan itu. Ia juga menyatakan ia telah dijebak Penuntut dalam suatu keadaan hingga ia membuat pengakuan. Ia juga berkata mereka tidak bisa membiarkan pemasangan CCTCV yang tidak semestinya. Intinya, ia ingin menyatakan diri sebagai korban. 

Setelah menulis semua permintaan Jae Kyung, Pengacaranya mendapat telepon. Entah siapa yang menelepon tapi Pengacara itu menatap Jae Kyung dan berkata pada si penelepon kalau ia akan menelepon balik. 

Jae Kyung meminta pengacaranya menolongnya keluar dari tahanan secepatnya karena ada hal-hal yang harus dibereskannya. Ia juga tidak ingin ada penyelidikan saat ia ditahan. Pengacaranya mengiyakan. 


Song Yi dan Min Joon telah tiba di depan gedung apartemen. Song Yi melihat para reporter berkeliaran menanti mereka. Song Yi nampak ragu. Lalu ia menghela nafas panjang dan menggenggam tangan Min Joon. 

“Jangan gugup, Do Min Joon-sshi.” 

“Aku tidak gugup.” 

“Jangan gemetar atau takut. Kau pernah mengatakan tidak usah bersembunyi jika kita tidak melakukan kesalahan. Jadi, bersikaplah yakin. Do Min Joon-sshi tidak melakukan kesalahan apapun.” 

“Aku tahu, jadi kau juga jangan takut.” 

“Kenapa aku harus takut?” 

Min Joon melirik lutut Song Yi yang gemetaran. Song Yi menepuk lututnya. 


Ia berkata ia akan keluar lebih dulu. Min Joon ingin keluar bersama tapi Song Yi berkata ia sudah mengalaminya berkali-kali jadi sebaiknya Min Joon percaya padanya. 

“Apa yang akan kaulakukan?” tanya Min Joon. 

“Oh, begitu aku keluar dari mobil, para wartawan akan mengerubungiku. Mereka tidak mungkin melewatkanku begitu melihatku. Pada saat itu, kau menyusup ke dalam gedung. Apapun alasannya, jangan gunakan kekuatanmu lagi. Akhir-akhir ini kondisimu tidak terlalu baik. Jangan gugup,ya?!” ujar Song Yi. 

Min Joon meletakkan tangannya di lutut Song Yi yang terus gemetar. Haha…ini siapa yang gugup sih? 

“Terima kasih. Sekarang ready…and action.” 


Song Yi keluar dari mobil. Dengan gaya seorang bintang, ia berjalan menuju gedung apartemennya. Tentu saja para wartawan langsung mengerubunginya. Mereka bertanya Song Yi dari mana saja dan apakah Song Yi diculik. 

“Aku akan memberitahukan semuanya pada kalian. Aku tidak diculik.” 

“Kalau begitu apa yang terjadi? Di mana Do Min Joon?” tanya wartawan. 


Mim Joon keluar dari taksi. Para wartawan yang melihatnya langsung menyerbunya. Melewati dan mengabaikan Song Yi begitu saja. 

“Hei, excuse me! Excuse me!” Seru Song Yi. “ Semuanya, aku sedang memberikan wawancara! Aku Chun Song Yi!” 

Para wartawan berebut memberikan pertanyaan untuk Min Joon. Min Joon hanya diam melihat mereka. Song Yi menerobos kerumunan itu dan menghalangi Min Joon. 

“Jangan mengambil foto. Ambil fotoku saja!” Song Yi berusaha mengalhkan perhatian para wartawan padanya. Tapi itu usaha sia-sia. 


Dua orang menyeruak di tengah kehebohan itu. Mereka adalah polisi dan hendak membawa Min Joon ke kantor polisi. Song Yi menjelaskan kalau ia tidak diculik. Min Joon menggenggam tangan Song Yi untuk menenangkannya. Polisi itu berkeras hendak menginterogasi Min Joon di kantor polisi. 


Penangkapan itu langsung menjadi berita di televisi. Keluarga Song Yi juag menontonnya. 

Diberitakan Song Yi muncul kembali dengan manajernya dan Song Yi menyatakan kalau Min Joon adalah tunangannya. Song Yi juga tutup mulut mengenai bagaimana caranya ia menghilang. 

“Apa? Bertunangan? Apa ia gila? Dan ia tidak terluka sedikitpun. Anak nakal. Jika ia aman, kenapa ia tidak menelepon ke rumah?” Ibu Song Yi mengomel. 

“Kakak Min Joon-ku dibawa ke kantor polisi? Itu tidak baik untuknya,” kata Yoon Jae khawatir. 


Ia langsung dimarahi ibunya. Menurut ibunya, lebih tidak baik lagi untuk Song Yi yang seorang artis. Ia hendak menelepon kantor polisi tersebut. 

Ayah Song Yi berdiri dan hendak pergi. Ibu Song Yi bertanya apa ayah Song Yi akan pergi di saat puterinya ke kantor polisi. Ayah Song Yi berkata mereka telah kembali dengan selamat dan ia merasa lega. Song Yi bisa meneleponnya jika sudah kembali. Ibu Song Yi berkata ayah Song Yi sebaiknya makan bersama mereka jika Song Yi sudah kembali. 

“Bukankah begitu?” tanya ibu Song Yi pada Yoon Jae. 

“Kenapa bertanya padaku,” ujar Yoon Jae. Lalu ia melihat ayahnya. “Makanlah sebelum pergi.” 

Menyadari puteranya mulai membuka hatinya, ayah Song Yi tersenyum. 


Song Yi dan Min Joon tiba di kantor polisi. Para wartawan tidak diperbolehkan masuk. Polisi ingin menanyai Song Yi dan Min Joon di tempat terpisah. Song Yi protes. Mereka bisa bicara jelas dan terus terang bersama-sama. Sepanjang perjalanan ia sudah menyatakan kalau ia tidak diculik dan ia tunangan Min Joon. Song Yi terus menerus menggandeng tangan Min Joon dan tidak melepasnya. 

“Chun Song Yi, tidak apa-apa,” kata Min Joon menenangkan. 

“Baiklah, tapi jika kaupikir ia akan melakukan hal yang mencurigakan, segeralah keluar atau berteriak. Aku akan ada di sini untuk melindungimu.” And that’s why we love you^^ 

Polisi tersinggung dengan kata-kata Song Yi. Ia membawa Min Joon pergi. 

“Pokoknya jika ada yang tidak beres, jangan jawab dan telepon aku! Ah, teleponku tidak ada. Kalau begitu, telepon 119! Ah, benar juga… ini kantor polisi (119).” 


Polisi sebenarnya tidak menginterogasi Min Joon mengenai penculikan Song Yi. Ia ingin tahu bagaimana Min Joon bisa menghilang. 

“Apapun alasanku untuk menghilang, apakah itu termasuk melanggar hukum? Apa ada pasal yang mengaturnya?” tanya Min Joon. 

Polisi kebingungan karena ini baru pertama kalinya terjadi. Min Joon berkata jika begitu polisi seharusnya menyelidiki perbuatan yang jelas melanggar hukum. Ia tidak duduk di tempat ini hanya untuk memuaskan keingintahuan pribadi si polisi. 


Song Yi ditawari makan oleh seorang polisi. Ia bertanya apakah Min Joon juga diberi makan. Polisi itu berkata Min Joon menolak makan. Song Yi juga menolak untuk makan. 

Detektif Park tiba dengan terburu-buru. Ia menyapa Song Yi. Song Yi mengenalinya sebagai detektif yang pernah menanyainya. 

“Ah iya, kau masih ingat,” Detektif Park tersenyum, “Oya, Do Min Joon-sshi di dalam, kan?” 

Ia masuk ke ruangan tempat Min Joon ditanyai. Polisi yang menanyai Min Joon langsung berdiri dan menyapanya sebagai senior. Detektif Park menegurnya karena tidak menanyai Min Joon bersamanya. Polisi itu membela diri kalau wilayah rumah sakit tempat Min Joon dan Song Yi menghilang adalah wilayahnya. 

“Tidak, tidak. Hotel tempat Do Min Joon pertama kali menghilang adalah wilayahku. Dan ini juga bagian dari penyelidikanku sejak awal. Aku sudah membuat banyak penyelidikan latar belakang Do Min Joon.,” kata Detektif Park. Ia pura-pura memarahi Min Joon lalu ia berkata ia yang akan menginterogasi Min Joon dan meminta polisi itu mengoper kasusnya ke wilayahnya. Polisi itu menyerah. 


Detektif Park diam-diam meminta Song Yi dan Min Joon menunggu sementara ia melihat situasi di luar. Ia akan melepaskan mereka. 

Setelah Detektif Park pergi, dua orang polwan lewat. Salah satu dari mereka berhenti dan meminta tanda tangan. 

“Aku sedikit sibuk sekaramg, “ kata Song Yi enggan. 

“Apa kau benar-benar menghilang dengan kekuatan super?” tanya polwan itu. Haha…ternyata sasarannya Min Joon. 


Song Yi berkata Min Joon tidak memberi tanda tangan. Polwan itu malah minta berfoto bersama atau sedikitnya jabatan tangan Min Joon. 

“Jabat tangan? Tidak boleh,” kata Song Yi. 

“Anak kami menonton videonya dan sangat menyukainya. Anakku berpikir kau Superman,” kata polwan itu 

“Kau punya anak? Ternyata kau sudah menikah.” Kata Song Yi senang. Ia menyuruh Min Joon memberi tanda tangan. 


Detektif Park berhasil mengeluarkan Song Yi dan Min Joon dari kantor polisi dari pintu belakang, hingga tidak ditemukan wartawan. Ia meminta Song Yi pulang. Tapi Song Yi tidak mau, ia ingin bersama Min Joon. 

“Kami akan melakukan interogasi, bukan bersenang-sennag. Ini bukan tempat di mana orang bisa keluar masuk sembarangan.” 

Min Joon berkata mereka akan menurunkan Song Yi dalam perjalanan ke kantor polisi. Tanpa mempedulikan larangan Min Joon, Song Yi berkeras ia tidak mau pergi. Ia akan terus berada di sisi Min Joon. Ia akan menunggu di depan ruang interogasi. 


Detektif Park menyerah dan membiarkannya. Min Joon diinterogasi Yoo Seok dan Detektif Park. Detektif Park bertanya apakah Min Joon tidak tahu kalau melakukan tindakan medis tanpa ijin adalah perbuatan ilegal. Yoo Seok membela Min Joon. Ia berkata kondisi Song Yi saat itu memang gawat dan ditunda sedikit saja bisa mengakibatkan kondisi terburuk bagi Song Yi. Apalagi Song Yi kemudian selamat setelah prosedur medis itu. 

Detektif Park setuju. Ia berkata tindakan medis yang Min Joon lakukan tidak ada niat mencelakai dan dilakukan dalam situasi darurat. 

Kemudian Detektif Park dengan galak bertanya lagi mengenai perusakan properti bar saat Min Joon mendarat di bar tersebut. Begitu banyak piring mahal yang pecah dan usaha tersebut mengalami kerugian. 

Yoo Seok kembali membela dengan berkata tidak ada seorang pun yang terluka dalam kejadian itu. Dan itu bisa dianggap pelanggaran kecil. 

Betulkah, kata Detektif Park. Ia berkata Min Joon benar-benar beruntung. Jika Min Joon mengganti kerugian material si pemilik bar maka Min Joon bisa bebas dengan membayar denda. 

“Apa lagi ya? Penyerangan pada Lee Jae Kyung!” Detektif Park terdiam lalu berkata, “Dia memang pantas dipukul.” 


Hahaha….Detektif Park hanya pura-pura galak. Ia dan Yoo Seok sebenarnya sedang membantu Min Joon agar terlepas dari semua tuduhan. Min Joon bahkan tidak diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan. 

“Apa yang kalian lakukan?” tanya Min Joon. 

“Apa kau tidak tahu? Kami membereskan kejadian itu,” kata Detektif Park. 

Yoo Seok bertanya kenapa Min Joon melakukan itu. Selama ini Min Joon berganti-ganti identitas untuk melindungi sesuatu, yaitu identitas asli dirinya. Tapi kenapa dalam sekejap Min Joon membuat semuanya sia-sia? 

“Bukankah kalian berdua juga memiliki orang-orang yang berharga dalam kehidupan kalian? Karena aku memiliki orang seperti itu, pikiran bahwa aku mungkin kehilangan orang tersebut membuatku kehilangan akal. Aku tidak mampu memikirkan akibat tindakanku. Saat itu, aku hanya melakukan apa yang bisa kulakukan,” jawab Min Joon. 


Song Yi tersenyum saat akhirnya melihat Min Joon keluar dari ruang interogasi. Meski ia terlihat sangat lelah, ia meraih tangan Min Joon. 

“Ayo kita pulang,” katanya. 

Mereka berjalan bergandengan lalu menghilang. 


Sementara itu ibu Song Yi sedang berbicara dengan seseorang di telepon mengenai para wartawan yang masih menunggu di luar. Bagaimana bisa Song Yi pulang melewati mereka. 

“Teleportasi? Apa kau bercanda? Itu tidak mungkin,” katanya pada si penelepon. Mungkin temannya. 

Tiba-tiba Min Joon dan Song Yi muncul di dalam apartemen. Ibu ternganga kaget. Ayah bengong. Yoon Jae melirik ibunya, karena ia sebenarnya sudah tahu. 


“Apa yang terjadi?” tanya Song Yi. Min Joon meminta maaf karena tidak berhasil mengontrol teleportasi mereka dengan baik. Seharusnya mereka mendarat di apartemen Min Joon. 

Ibu menutup telepon tanpa mengatakan kalau Song Yi sudah pulang. Ia menatap puterinya dengan marah lalu mengayunkan tangannya. 

Plakk!! Min Joon terkena pukulan ibu. Itu karena ia melindungi Song Yi dengan tubuhnya. 

Yoon Jae dan Song Yi langsung menghambur mengkhawatirkan Min Joon. 


Ibu menarik Song Yi untuk berbicara di kamar. Ia menanyakan identitas Min Joon. Tadinya ia tidak percaya apa yang diberitakan di televisi, tapi ia hampir terkena serangan jantung saat melihatnya sendiri barusan. 

Song Yi tidak ingin membicarakan itu sekarang. Tapi ibunya tidak peduli. Ia mengancam akan menanyai Yoon Jae jika Song Yi tidak memberitahunya. 

“Ibu, dia adalah satu-satunya di alam semesta ini yang aku cintai. Tidak ada orang lain sebelum dia, dan tidak akan ada lagi setelahnya. Walau ia bukan manusia biasa, bagiku ia hanyalah orang yang kucintai.” 

Melihat puterinya bersungguh-sungguh seperti itu, ibu tidak bisa berkata apa-apa lagi. Apalagi ketika Song Yi meminta ibunya menyiapkan makanan untuk Min Joon. 


Untuk pertama kalinya, Min Joon makan bersama sebuah keluarga. Meski sambil mengomel, ibu memberi Min Joon ikan kesukaannya. Ia berkata ia melakukan ini bukan karena menyukai Min Joon tapi karena ini waktunya makan. Min Joon berterima kasih. 

Ayah Song Yi pun tersenyum pada mantan istrinya dan berkata ia akan makan dengan baik. Ibu Song Yi tersenyum. 

Song Yi berbisik pada Min Joon kalau ini untuk pertama kalinya keluarganya makan bersama kembali setelah 12 tahun. 


Ibu Song Yi menegur cara makan Yoon Jae yang sedikit-sedikit. Yoon Jae berkata ia sudah kenyang. 

“Nikmatilah makanannya, Yoon Jae-ah..” kata Min Joon tersenyum. 

“Iya, kak,” Yoon Jae langsung menurut dan menyuap sesendok besar nasi ke mulutnya. 


Song Yi mencicipi sup dan meminta ibu tidak membuat sup lagi karena rasanya aneh. Ayah membela bahwa rasa sup itu baik-baik saja. Ibu mengomeli Song Yi yang mengkritiknya padahal ia sendiri tidak bisa memasak. 

Min Joon tersenyum. 

“Do Manajer, bagaimana rasanya?” tanya Ibu. 

“Ya?” 

“Bagaimana rasa supnya?” 

Min Joon mencicipi sup dan berkata rasanya aneh. 

“Betul kan? Do Min Joon-sshi, jangan memakannya. Bisa merusak selera makanmu,” Song Yi menyingkirkan sup itu. 

Yoon Jae ikut berkata kalau selama ini ia tidak pernah memakan sup buatan ibunya. Ibu jadi kesal. Ia menderetkan semua sup di depan ayah Song Yi. Ayah Song Yi tersenyum geli. 


Dalam diarinya, Min Joon berkata itu adalah pertama kalinya ia makan dengan orang-orang yang disebut keluarga. Bagaimana rasanya? Ia merasa lega karena ada orang-orang seperti mereka di sekitar Song Yi. 

“Aku juga ingin terus bersama mereka.” 


Saat makan buah, Song Yi tiba-tiba berkata sebentar lagi tidak ada taksi berkeliaran, jadi sebaiknya orang tuanya pulang. Ayahnya mengerti dan tersenyum. 

“Ayah pergi dulu, puteriku.” 

“Hati-hati di jalan, Ibu,” Song Yi menatap ibunya yang masih duduk karena tidak mengerti kalau Song Yi ingin berduaan dengan Min Joon. Ia menatap Song Yi dengan curiga, memangnya Song Yi akan melakukan apa? 


“Bukan karena kami akan melakukan sesuatu, tapi agar kak Min Joon-ku tidak merasa tidak nyaman,” ujar Yoon Jae. 

“Kenapa kau tidak pergi juga?” kata Song Yi pada adiknya. 

“Aku juga?” 

“Kau yang paling menganggu, kau.” 

“Memangnya aku kenapa?” 

“Kau terus menerus menempel pada Min Joon-ku.” 

“Memangnya kak Min Joon milikmu??” Yoon Jae menarik Min Joon. 

“Tentu saja dia milikku! Apa, memangnya dia milikmu? Berhentilah mengganggu dan cepatlah pergi,” Song Yi melepaska tangan Min Joon dari Yoon Jae. 


Ibu mengomel Song Yi jika Song Yi bersikap tidak tahu malu seperti ini, maka ia akan kehilangan pesonanya. Song Yi tidak peduli, ia adalah kekecualian karena ia cantik. 

“Bukan begitu, Do Min Joon-sshi?” Song Yi tersenyum pada Min Joon. 

Min Joon tersenyum geli mengiyakan. Song Yi memegangi tangan Min Joon erat-erat. Seakan menegaskan Min Joon adalah miliknya. 


[Bersambung ke Bagian 2] – diposting besok 

Komentar: 

Selama 400 tahun Min Joon hidup di dunia, ia menjauhi manusia dan hidup menyendiri. Manusia terdekatnya hanyalah Yi Hwa dan Pengacara Jang. Yi Hwa menyisakan rasa bersalah dan kesedihan di hati Min Joon. Terhadap Pengacara Jang pun, ia selalu bersikap sopan dan cenderung kaku. Min Joon memiliki penilaian yang buruk pada manusia dan tidak pernah berusaha menjalin kedekatan emosi dengan mereka. 

Tapi setelah ia mengenal Song Yi, semuanya lambat laun berubah. Seiring semakin menipisnya waktu yang ia miliki di bumi, ia menyadari bahwa manusia memiliki kelebihan. Manusia memiliki cinta. 

Untuk cinta, manusia berjuang untuk terus hidup meski tahu akhir hidup mereka sudah jelas, yaitu kematian. Untuk cinta, manusia rela mengorbankan dirinya sendiri. Untuk cinta, hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Ternyata manusia tidak seburuk itu. 

Cinta di sini bukan hanya cinta antara pasangan kekasih, tapi juga cinta saudara, sahabat, dan kepercayaan dari orang yang mungkin tidak kita kenal dekat. Setelah membuka hatinya untuk Song Yi, Min Joon mendapatkan apa yang selama ini tidak dimilikinya dan dijauhinya. 

Jika sebelumnya ia tidak mau membantu manusia karena manusia selalu menganggapnya monster, kali ini Detektif Park dan Yoo Seok malah membantunya dan membelanya. Sebelumnya ia tidak mau makan bersama orang lain, sekarang ia makan dalam kehangatan sebuah keluarga. 

Aku tersentuh ketika ia mengatakan bahwa ia ingin bersama keluarga Song Yi. Keluarga Song Yi jauh dari keluarga ideal. Mereka sering bertengkar dan bicara ceplas-ceplos, tapi kehangatan cinta itu bisa dirasakannya. 

Aku penasaran siapa yang menelepon Pengacara Jae Kyung. Feelingku sih itu adalah ayah Jae Kyung. Dan kalau dugaanku benar, ayah Jae Kyung kali ini akan membiarkan puteranya menjalani hukuman yang memang harus diterimanya. Semoga.... 

Se Mi akhirnya merelakan cintanya pada Hwi Kyung. Ia memilih menjadi teman Hwi Kyung dan mendampinginya. Mudah-mudahan ia dan Song Yi juga kembali bersahabat, kali ini dengan tulus. Ibu Song Yi menemui CEO Ahn. Ahn sudah mengganti foto raksasa Se Mi yang menghiasi dinding dengan foto Song Yi. Ruangan itu dipenuhi foto Song Yi. Ibu Song Yi tidak nampak senang. Ia berkata ia sedang sibuk, kenapa CEO Ahn menyuruhnya datang. 

Dan CEO Ahn pun mulai melontarkan pujiannya demi mengambil hati ibu Song Yi. Tapi ibu Song Yi tidak tertarik dengan basa-basinya. Ada apa, tanyanya. CEO Ahn berkata ia sedang memikirkan bagaimana mempersiapkan kembalinya Song Yi yang sudah ia besarkan sejak menjadi artis cilik. 

“Setelah berhari-hari tidak tidur aku akhirnya memutuskan. Peganglah tanganku dan kita menjalaninya bersama, Obu,” CEO Ahn mengulurkan tangannya. 


Ibu menepis tangan CEO Ahn. Ia bertanya di mana CEO Ahn yang menyatakan kontrak Song Yi telah selesai. CEO Ahn pura-pura lupa. Ibu jadi kesal dan bangkit berdiri. CEO Ahn menahannya. Ibu Song Yi berkata ia sedang sibuk karena banyak agensi mencarinya. 

CEO Ahn menawarkan kontrak dengan jumlah bonus yang sama seperti sebelumnya. Lalu ia menyerahkan sebuah proposal. Ibu mengira proposal itu untuk Song Yi. 

“Bukan. Itu untuk Do Min Joon-sshi. Aku bertanya-tanya apakah bisa menitipkannya pada Ibu karena aku tidak tahu cara menghubunginya.” 

“Apa ini? Kau hendak mengontrak Do Min Joon? Dia bukan selebritis.” 

CEO Ahn berkata yang penting Min Joon bisa menghilang. Jika mereka mengadakan tur pertunjukan sulap, maka akan menjadi hal luar biasa. Tanpa disangka ibu membela Min Joon. Ia berkata Min Joon bukanlah barang. 

“Kurasa kau juga menganggap Song Yi-ku sebuah barang. Karena itu kau menyimpannya jika bagus dan membuangnya jika jelek. Aku akan mencari agensi yang mengurus orang, bukan barang.” Ibu Song Yi bangkit berdiri dan pergi. CEO Ahn bertanya-tanya sejak kapan ibu Song Yi memiliki harga diri seperti itu. Ia kembali mengejar ibu Song Yi. 


Song Yi akan kembali ke set syuting. Min Joon mengomel karena ia tidak diperbolehkan mengantar. Song Yi berkata akan terjadi kehebohan jika saat ini Min Joon muncul di set syuting. Ia berjanji akan segera kembali. 

“Kau tidak membiarkan aku datang karena kau akan melakukan adegan kiss atau pelukan, kan?” 

“Tidak.” 

“Jika ada adegan seperti itu, aku akan menyuruh mereka menggunakan pemeran pengganti.” 

Hwi Kyung keluar dari lift dan menyapa Song Yi. Lalu tanpa mempedulikan Min Joon, Hwi Kyung memeluk Song Yi. 

“Mengapa wajahmu tampak kuyu,” kata Hwi Kyung khawatir sambil membelai pipi Song Yi. “Kau pasti sangat menderita mengikuti Do Min Joon.” 


Song Yi tersenyum. Menikmati kecemburuan Min Joon yang jelas terlihat. Min Joon bertanya ada apa Hwi Kyung datang ke sini. Hwi Kyung berkata ia akan mengantar Song Yi ke set syuting karena Min Joon tidak bisa tampil di muka umum. 

Meski itu betul, Min Joon nampak kesal. Apalagi Hwi Kyung kemudian menghadiahi Song Yi ponsel baru, yang bernomor belakang sama dengannya. Song Yi berkata itu bagus sekali karena ia sering lupa nomernya tapi tak pernah lupa nomor Hwi Kyung. Min Joon mendelik. 


Song Yi meninggalkan kedua pria itu untuk mengambil dompetnya yang tertinggal. Hwi Kyung bertanya apa Min Joon mengerti. Min Joon berkata ia tidak mengerti sama sekali. 

“Aku tinggal diam bukan karena aku mengakuimu. Hanya saja Song Yi sangat menyukaimu saat ini jadi aku akan membiarkannya sekarang. Tapi aku belum menyerah. Jika kau tiba-tiba menghilang atau meninggalkannya sendirian, ketahuilah bahwa tempat di sisinya akan menjadi milikku. Saat itu, aku tidak akan melepaskannya,” kata Hwi Kyung. 

Dalam perjalanan, Hwi Kyung menyinggung soal kakaknya. Ia meminta maaf karena Song Yi berkali-kali mengalami hal seperti itu (hendak dibunuh). 

“Hwi Kyung-ah…walau saat ini kau tersenyum, tidak ada kata-kata yang bisa melukiskan perasaanmu, bukan? Begitu juga yang kurasakan. Seakan-akan tidak ada masalah, aku makan dan bekerja, tapi tidak ada kata-kata tepat untuk perasaanku. Sepertinya seluruh dunia ini bahagia, kecuali diriku.” 

Hwi Kyung terdiam, meski ia tidak mengerti mengapa Song Yi merasa seperti itu. 


Di set syuting, Song Yi duduk di sebelah Se Mi. Se Mi menyindir set syuting jadi berisik gara-gara Song Yi karena para wartawan berdatangan. 

“Yah, itu karena aku berita panas.” 

“Bukan kau, tapi manajermu yang dicari semua orang. Apa Do Min Joon-sshi tidak datang?” 

“Tidak perlu mengkhawatirkan kekasihku.” 

Se Mi berkata yang beruntung dalam peristiwa kali ini hanyalah sang sutradara. Ada gosip yang mengatakan peristiwa itu adalah pertunjukkan untuk mempromosikan film mereka. 

“Sepertinya film pertamamu akan berhasil baikk berkat diriku,” sindir Song Yi. 

“Skenario tiba-tiba diubah dan kau mendapar adegan lebih banyak.” 

“Yah, kau tahu kan, aku memang pencuri perhatian. Aku menghentikan semua gosip mengenai diriku dan berfokus pada kemampuan aktingku yang hebat. Akibatnya aku mendapat adegan lebih banyak. “ 


Se Mi tertawa tak percaya. “Aktingmu jelek selama 15 tahun. Bagaimana bisa membaik hanya dalam satu hari? Bukan karena aktingmu, tapi karena kau mendapat banyak simpati setelah kasus Han Yoo Ra selesai. Dan sekarang kau memiliki aura misterius karena Do Min Joon….” 

“Jadi kau membaca semua berita mengenaiku,” kata Song Yi tenang. “Aku bertanya-tanya apakah kau tidak meninggalkan komentar kejam di bawah berita itu. Suatu hari nanti aku akan menuntut para komentator kejam itu. Sebaiknya kau hentikan jika kau tidak ingin dipermalukan karena harus menemuiku di kantor polisi.” 

Hehe…melihat Song Yi dan Se Mi sekarang seperti melihat Yoo Ra dan Song Yi dulu^^ Jika dulu Se Mi selalu berpura-pura baik di depan Song Yi, sekarang ia tidak lagi. Namun hubungan keduanya malah jadi lebih menarik. TTM. Teman tapi Musuh. 

Song Yi bertanya apakah Se Mi memiliki waktu luang. Tidak ada, jawab Se Mi. Tapi ia penasaran juga dengan maksud pertanyaan Song Yi itu. 


Sementara itu, Min Joon harus berhadapan dengan calon ibu mertua. Ia berkata ia sudah mendengar sedikit tentang Min Joon dari Yoon Jae. Ia tertawa dan berkata itu tidak masuk akal. 

“Apa itu benar?” tanyanya serius. 

“Iya.” 

“Tidak mungkin. Manajer Do, mungkin kau pernah menjalani perawatan psikolog atau semacamnya?” 

“Tidak pernah. Memang sulit dipercaya, tapi itu benar.” 

Ibu Song Yi mengangguk. Lalu ia mencubit pipi Min Joon. 


“Kulitmu tidak lepas? Bagaimana dengan orangtuamu? Kaubilang pria itu bukan ayahmu. Bagaimana dengan orangtua kandungmu. Apa mereka tinggal di planetmu? Apa keluargamu tidak tiba-tiba berniat untuk pindah dan tinggal di sini?” 

Min Joon berkata kehidupan di sana tidak seperti di bumi. Tidak ada keluarga, teman, atau pasangan. Hmmm…ini menjelaskan kenapa Min Joon begitu kaku dan tidak banyak berekspresi. Ibu Song Yi malah senang mendengarnya. Jadi lolos seleksi cuma karena tidak punya orangtua? 


Min Joon sedang mencuci tangan ketika tiba-tiba darah menetes ke tangannya. Ia mimisan. Dan ia melihat penglihatan itu lagi. Penglihatan ia menghilang. Ia lalu membaringkan diri di tempat tidur. 


Song Yi pergi ke apartemen Min Joon. Ia bertanya-tanya di mana Min Joon karena seharusnya Min Joon tidak keluar rumah. Lalu ia melihat tanaman Min Joon yang layu. Ia teringat perkataan Pengacara Jang. 

Ketika itu Song Yi bertanya apakah Min Joon benar-benar akan mati jika tidak kembali ke planetnya. Pengacara Jang berkata Min Joon memelihara tanaman sejak hidup di sini, dan akhir-akhir ini ia melihat tanaman itu layu. Ia percaya tanaman itu berkaitan dengan Min Joon. 


Diterpa ketakutan dan firasat buruk, Song Yi berlari ke atas menuju kamar Min Joon. Ia melihat Min Joon berbaring dengan mata terpejam dan tidak bergerak ketika ia memanggilnya. 

Song Yi menghampiri pelan-pelan. Untuk meredakan rasa takutnya, ia mencoba bergurau. Tapi Min Joon tidak bergerak sedikitpun. 

Song Yi mulai menangis. Ia menyentuh tangan Min Joon lalu membuatnya terlentang. Min Joon tetap tidak bergerak. 

“Do Min Joon-sshi, jangan seperti ini. Jangan menakutiku,” katanya dengan suara gemetar. 


Ia menempelkan telinganya di dada Min Joon untuk mendengar detak jantungnya. Tampaknya ia tidak mendengarnya karena ia menangis semakin keras. 

“Tidak! Tidak! Tidak!” 

Pelan-pelan Min Joon membuka matanya. 


Ia memegang kepala Song Yi. Seketika itu juga tangis Song Yi berhenti. Ia bertanya apa Min Joon sudah sadar. Melihat wajah Song Yi yang diliputi ketakutan dan kelegaan, Min Joon memeluknya. 

“Saat suaramu begitu keras seperti ini, bagaimana bisa aku tidak sadar?” kata Min Joon. 

Song Yi kembali menangis. “Kupikir kau sudah mati. Kupikir kau sudah mati…” 


Setelah emosinya reda, Song Yi bertanya berapa lama lagi waktu yang tersisa hingga waktu kepergian Min Joon. Satu minggu. 

Song Yi menghela nafas panjang. Waktunya begitu singkat. Ia berkata mereka tidak bisa menyia-nyiakan waktu yang tersisa untuk berdebat mengenai pergi atau tidaknya Min Joon. 

“Tadi kau melihatnya, kan? Jika kau mati saat berada di sisiku, aku akan menangis seperti itu. Selama berhari-hari… selama berbulan-bulan... selama bertahun-tahun…mungkin hingga aku mati, aku akan menyalahkan diriku karena mengakibatkan kematianmu. Apa itu yang kauinginkan?” 


“Lalu bagaimana denganku? Dalam waktu yang begitu panjang, apa yang dapat kulakukan jika aku ingin melihatmu? Tak peduli berapa lama waktu berlalu, jika aku tidak bisa melupakanmu, apa yang harus kulakukan?” 

Song Yi berkata mereka sudah banyak berfoto bersama. Min Joon bisa membawanya. Setiap kali ia ingin melihat Min Joon, ia akan melihat foto-foto itu dan mendengar lagu yang dinyanyikan Min Joon. Ia akan memikirkan Min Joon. Ia meminta Min Joon melakukannya juga. 

“Masih banyak waktu yang tersisa bagi kita. Kita akan menjalani 1 minggu ini seperti 7 tahun, seperti 70 tahun… Kita akan menikmati waktu ini. Apa kau mencintaiku?” 

Min Joon menyentuh wajah Song Yi, mencubit pipinya. 

“Cucilah wajahmu. Kau jadi jelek.” 

Song Yi tersenyum. 


“Apakah satu minggu ini sangat spesial?” Dalam diarinya, Min Joon berkata minggu itu lebih membosankan dan lebih normal dibandingkan minggu-minggu lainnya. 

Mereka menonton TV bersama, sambil makan di depan TV tentunya. Dan tidak lupa untuk bertengkar. Song Yi ingin memesan ayam dan bir. Tapi Min Joon melarangnya. Ini saatnya untuk menghentikan kebiasaan itu. Apa Song Yi akan menjadi mabuk lalu masuk ke rumah pria lain seenaknya? Hehe..itu yang terjadi pada episode awal ketika Song Yi tersesat masuk apartemen Min Joon dan Min Joon tidak mau hal itu terulang pada pria lain^^ 


Min Joon menemani Song Yi berlatih skrip meski akhirnya ia mengomel kesal melihat dialognya (mengenai seorang pria yang harus memilih di antara 2 wanita). Song Yi bertanya siapa yang akan Min Joon selamatkan lebih dulu jika ia dan Pengacara Jang terjatuh ke air. 

“Tentu saja kau.” 

“Benarkah?” tanya Song Yi senang. 

“Pengacara Jang itu marinir. Dia pasti bisa berenang.” 


“Hanya itu? Bukan karena aku sesuatu…sesuatu…” (lah kok jadi Syahrini XD) 

“Sesuatu..sesuatu apanya?” tanya Min Joon bingung. 

Song Yi jadi kesal. Ia membalikkan badan untuk tidur. 

“Apa kau mau es krim?” tanya Min Joon. 

“Kau yang traktir,” Song Yi langsung bangun. 


Keduanya bermain kartu. Song Yi kalah terus jadi ia curiga Min Joon menggunakan kekuatannya. Ia berkata Min Joon seharusnya menghemat kekuatannya karena kondisinya tidak begitu baik. Min Joon berkata ia memang hebat bermain kartu, jadi Song Yi yang harus dihukum karena kalah. 

“Aigooo..apa kau benar-benar akan menjitakku?” gerutu Song Yi. Min Joon benar-benar menjitak Song Yi hingga Song Yi berteriak kesakitan. 


Sebagai balasan, Song Yi mengancam akan mencium Min Joon habis-habisan. 

“Bersiap-siaplah pingsan seharian,” ujarnya. 

Min Joon tertawa sambil mengelak. Ia berhasil membalikkan keadaan. Dan ia yang mencium Song Yi. 



Pengacara Jang membaca berita. Komet Min Joon akan tiba di bumi besok. Pertunjukan luar angkasa yang hanya terjadi 400 tahun sekali. 

Min Joon sedang berada di perpustakaannya ketika Song Yi memanggilnya. Namun ketika ia keluar dari pintu, ia malah teleport. Alas kakinya kali ini dua-duanya tertinggal. 

Ia mendarat di jalan. Orang-orang mengenalinya sebagai orang yang bisa teleport dan memandanginya seperti ia orang aneh. 

Song Yi yang heran karena Min Joon belum turun juga, melihat pintu perpustakaan terbuka. 


Min Joon duduk kedinginan di taman tanpa alas kaki. Pengacara Jang berlari tergopoh-gopoh membawakan pakaian hangat dan sepatu untuk Min Joon. Ia mengomel karena ia lupa membawa kaus kaki. Ia bertanya apa Min Joon kedinginan. Min Joon tersenyum dan mengangguk. 

Pengacara Jang memakaikan sepatu di kaki Min Joon. Ia khawatir karna sepertinya kekuatan Min Joon tidak terkendali. 

“Pengacara Jang, kurasa hari itu juga kita berada di taman ini,” kata Min Joon. 

Pengacara Jang melihat sekelilingnya. Ia membenarkan. Itu adalah hari ketika Min Joon menyelamatkan nyawanya. Setelah memberinya makan, Min Joon membawanya ke taman ini. 


Kilas balik 30 tahun lalu: 

Jang menangis dan berterima kasih karena Min Joon telah menyelamatkannya, dan dengan demikian telah menyelamatkan ibunya (sekedar pengingat, Jang ketika itu meminta pinjaman uang pada bos Bank tempat Min Joon bekerja untuk biaya operasi ibunya. Ibunya selama ini bekerja keras agar ia bisa ikut ujian negara. Karena tidak diberi pinjaman, Jang putus asa dan pergi bunuh diri. Tapi Min Joon berhasil menyelamatkannya). 


Wajah Min Joon jauh dari ramah ketika ia menyerahkan satu amplop berisi uang pada Jang. Ia berkata Jang harus mengembalikan uang itu nantinya. Ia berkata sepertinya Jang tidak begitu pintar hingga berpikir untuk bunuh diri hanya karena tidak punya uang. Ia menyuruh Jang membayar kembali uang itu setelah lulus ujian negara. 

Jang heran bagaimana Min Joon mempercayainya akan mengembalikan uang itu. Min Joon berkata ia tidak percaya siapapun, karena itu ia memberikan uang itu bukan karena ia percaya pada Jang. Ia berkata sebenarnya ia tidak ingin menjalin ikatan dengan siapapun, tapi anggap saja ini takdir. 


Jang menangis terharu. Ia berulang kali berterima kasih sambil memegangi tangan Min Joon. Mungkin inilah penyebabnya Min Joon menyebut pertemuan mereka sebagai takdir. Jang tidak takut dan tidak menyebutnya monster ketika mengetahui Min Joon bukan manusia, ia malah berterima kasih dan menganggap Min Joon penyelamatnya. 


Teringat pada peristiwa itu, Pengacara Jang bertanya apakah ia boleh memegang tangan Min Joon sekali saja. Karena Min Joon diam, Pengacara Jang memberanikan diri memegang tangan Min Joon dan menggenggamnya erat, seperti seorang ayah pada puteranya. 

“Tuan, aku tidak ingin melepasmu pergi dari sisiku. Ini mungkin tidak masuk akal, tapi aku benar-benar merasa seperti orangtua yang melepaskan puteranya,” kata Pengacara Jang sambil menangis. 


“Pengacara Jang…Dulu sekali seseorang pernah berkata: selamat tinggal adalah sesuatu yang kaukatakan lebih dulu. Ketika akhir itu tiba, kita tidak akan sempat mengatakan selamat tinggal. Aku sangat berterima kasih. Aku tidak akan melupakanmu.” 

Pengacara Jang menangis tersedu-sedu di pangkuan Min Joon. Min Joon berusaha menahan tangisnya dan merangkul sahabatnya sekaligus figur ayahnya. 


Ketika Min Joon kembali, Song Yi menyambutnya. Sepertinya ia tahu Min Joon baru mengucapkan selamat tinggal pada Pengacara Jang. Dengan penuh pengertian ia memeluk Min Joon dan bertanya apa Min Joon baik-baik saja. Min Joon mengangguk. 

Song Yi menuntun Min Joon masuk ke dalam. Ia telah menghias seluruh ruangan dengan lilin dan bunga. Min Joon duduk, melihat sekelilingnya dengan sedikit bingung. Dong Yi duduk bersimpuh di lantai, di hadapan Min Joon. Min Joon menatapnya penuh tanda tanya. 


“Kita menikah hari ini,” kata Song Yi. 

“Apa?” 

“Kita tidak bisa becerai, karena Do Min Joon-sshi akan pergi besok.” 

“Chun Song Yi…” 


“Aku tidak akan bercerai dan kau akan mati jika mengkhianatiku di sana. Kau tahu insting wanita, kan? Ketahuilah bahwa insting wanita lebih kuat dari kekuatan super.” 

Min Joon tersenyum. 

Song Yi berkata Min Joon memberinya cincin ketika melamarnya. Saat ini ia tidak punya banyak uang karena harus membayar sewa dan sebagainya, karena itu ia memberikan sebuah USB sebagai hadiah lamaran. Song Yi meminta Min Joon menontonnya nanti saat sedang sendirian, karena ia akan malu jika Min Joon menontonnya sekarang. 


“Lihatlah itu kapanpun kau merindukanku. Lihatlah hingga USB itu rusak. Dan karena sepertinya kau tidak pernah berpikir untuk mengatakan kau mencintaiku, aku yang akan mengatakan bagianmu. Aku mencintaimu, Do Min Joon,” kata Song Yi. “Karena kau akan hidup jauh lebih lama daripadaku, kau mungkin akhirnya akan lupa, tapi seorang wanita sempurna seperti diriku benar-benar sangat mencintaimu dan menyukaimu. Jangan lupa dan banggalah mengenai itu.” 

Min Joon menaruh tangannya di atas tangan Song Yi. 


“Kekuatan terbesar yang kumiliki adalah menghentikan waktu.” 

“Kau bisa melakukannya?” 

“Tentu saja. Aku pria yang lebih berkemampuan dibandingkan dengan yang kaupikirkan. Tidak terhitung berapa kali aku menghentikan waktu di saat kau bahkan tidak menyadarinya, dan mengatakan…. aku mencintaimu, Chun Song Yi.” 

Song Yi menatao Min Joon, tak mampu bicara. Min Joon berkata ia merasa jika ia mengatakannya ketika waktu mengalir maka semuanya juga akan mengalir pergi dan menghilang. 

“Karena itu aku mengatakannya ketika waktu berhenti. Aku mencintaimu, Chun Song Yi. Aku mencintaimu.” 


Epilog: 

Song Yi menyuruh Se Mi memegang kamera. Se Mi protes kenapa ia harus memegangi kamera itu. 

“Bantu aku menikah,” ujar Song Yi. Se Mi mulai merekam. 


Tiba-tiba Song Yi menari. Diiringi lagu Bruno Mars “Marry You”. 


Min Joon tertawa melihatnya. Tapi lambat laun tawa itu diselingi tangis. 


Song Yi berlutut dengan bunga putih di tangannya terulur pada kamera. 

“Do Min Joon-sshi, apa kau bersedia menikah denganku?” 

Min Joon kembali tertawa…dan menangis. 


 

(Bersambung)

Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Google Translate

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Love and Like Movie - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger