Episode : 24 (dalam konfirmasi)
Network : MBC
Tanggal tayang : 8 April - 25 Juni 2013
CAST & CREW
Sutradara : Shin Woo Chul
Skenario : Kang Eun Kyung
Pemain:
Choi Jin Hyuk sebagaiGu Wol Ryung (ayah Kang Chi)
Lee Sung Jae sebagai Jo Gwan Woong
Lee Seung Gi sebagai Choi Kang Chi
Bae Suzy sebagai Wool Yeo Dam
Yoo Yun Suk sebagai Park Tae Seo
Lee Yoo Bi sebagai Park Chung Jo (cinta pertama Kang Chi)
Lee Yeon Hee sebagai Yoon Seo Hwa (ibu Kang Chi)
Jung Hye Young sebagai Chun Soo Ryun (kepala gisaeng)
Uhm Hyo Sup sebagai Park Moo Sol (Ayah angkat Kang Chi)
SINOPSIS BAGIAN 7
Yeo Wool mengingat kilas balik kejadian dahulu akan pesan Pendeta So Jung akan butiran cahaya biru dan juga melihat Kang Chi berubah bentuk, Yeo Wool terpesona melihat kejadian itu.
Kang Chi yang mulai berubah diantara butiran cahaya biru dengan sedikit demi sedikit lukanya sembuh seperti sedia kala. Para pengawal kaget dan ketakutan melihat perubahan Kang Chi saat itu.
Mereka mundur beberapa langkah kebelakang saat Kang Chi berdiri tegak. Jari-jari tangan Kang Chi mulai memanjang, rambut Kang Chi mulai memutih dan mata Kang Chi berubah berwarna hijau,kelopak matanya mengecil bagai mata kucing.
Yeo Wool kaget dan berbicara dalam hati apakah ini benar terjadi? melihat perubahan itu dan melarikan diri tak kuasa melihat kejadian itu. Kang Chi mulai menyerang semua pengawal. Dalam pelariannya Yeo Wool kaget dan menjerit pada saat Gon Yi menghadangnya, yang akhirnya menyadarkan Yeo Wool dari ketakutannya itu. Yeo Wool terus menerus berkata "itu tidak mungkin terjadi, tidak mungkin terjadi" Gon Yi tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Yeo Wool.
Suara keras Kang Chi membuat Gon Yi tertegun sesaat, Seluruh pengawal Gwan Woong tidak berdaya dan menemui ajal terkena cakaran Kang Chi. Kang Chi yang tidak menyadari akan perubahan dirinya terus berjalan dengan tergopoh-gopoh meninggalkan para pengawal yang telah mati yang akhirnya ia pingsan ditengah hutan dengan tangan berlumuran darah yang juga diguyur hujan.
Chung Jo dibawa ke Chunhwagwan. Ia terkejut saat tahu Chunhwagwan adalah tempat gisaeng. Kepala Gisaeng di sana masih gisaeng Chun Soo Ryun. Gisaeng Chun terkesiap saat tahu gadis yang baru datang adalah puteri Park Mu Sol.
Chung Jo tidak mau masuk. Jang So (pelayan gisaeng Chun) bertanya memangnya apa yang akan Chung Jo lakukan jika tidak masuk. Chung Jo bersikeras tidak mau masuk.
“Aku tidak akan pernah melewati pintu itu. Mati ya mati, tapi aku tidak akan pernah menjadi gisaeng rendahan!”
Gisaeng Chun keluar.
“Jika kau tidak mau menjadi gisaeng, apa yang akan kaulakukan?” tanyanya.
Chung Jo terdiam.
“Ayo katakan padaku. Sebagai anak pemberontak, kau dijual ke sini untuk menjadi gisaeng. Jika tidak menjadi gisaeng, apa yang akan kaulakukan?”
“Ayahku tidak memberontak, ia difitnah!”
Gisaeng Chun berkata bukanlah pekerjaannya untuk membuktikan Tuan Park tak bersalah. Tugasnya adalah menjadikan Chung Jo gisaeng di Chunhwagwan.
“Bunuh saja aku! Daripada menjadi gisaeng, lebih baik mati!”
Kata-kata itu mengingatkan Gisaeng Chun pada Seo Hwa 20 tahun silam. Gisaeng Chun terdiam sejenak. Lalu ia memerintahkan Chung Jo diikat ke pohon aib.
Maka terjadilah pada Chung Jo seperti yang terjadi pada Seo Hwa. Pakaiannya dibuka lalu ia diikat di pohon yang sama.
Chung Jo berteriak-teriak marah dan panik minta dilepaskan.
“Menyerahlah. Semakin cepat kau menyerah, penderitaanmu akan semakin berkurang,” ujar Gisaeng Chun.
“Dasar jalang! Setelah melakukan ini padaku, kau pikir kau akan selamat? Aku adalah Park Chung Jo, puteri dari pemilik Penginapan Seratus Tahun Park Mu Sol. Aku Park Chung Jo!!”
“Ayahmu sudah mati! Sekarang nama Park Mu Sol tidak bisa melindungimu ataupun menyelamatkanmu. Berhentilah bergantung pada nama ayahmu. Saat ini jika kau tidak berusaha sendiri, tidak mungkin kau tetap hidup.”
“Aku…aku tidak akan pernah melupakanmu,” kata Chung Jo dengan penuh kebencian. “Suatu hari nanti kau akan membayar rasa malu yang kuterima ini!!”
Gisaeng Chun memerintahkan agar Chung Jo tidak diberi minum setetespun sampai ia memerintahkan. Lalu ia masuk ke dalam bersama para pelayannya meninggalkan Chung Jo sendiri.
Chung Jo berteriak-teriak histeris memanggil mereka. Tapi tidak ada seorangpun yang mempedulikannya.
Di dalam, kepala pelayan dan Jang So bertanya-tanya mengapa Gisaeng Chun memerintahkan Chung Jo diikat ke pohon aib. Sejak peristiwa Seo Hwa 20 tahun lalu, Gisaeng Chun tidak pernah mengikat satu orangpun ke pohon itu.
Chung Jo menangis memanggil-manggil ayahnya. Hujan turun.
Dalam hujan, So Jung menemukan mayat-mayat pengawal Jo Gwan Woong bergelimpangan di hutan. Ia juga menemukan butiran batu dari gelang Kang Chi yang terlepas. Ia nampak kesal.
Yeo Wool menceritakan semua yang ia lihat pada ayahnya. Ia nampak masih terguncang.
“Apa kau yakin ia tidak seperti manusia?” tanya ayahnya.
“Ya, Ayah.”
“Kami sudah memeriksa mayat-mayat di hutan. Semuanya terkena luka cakar yang mematikan,” kata Gon.
Serta merta Guru Dam teringat pada Wol Ryung. Ia membunuh Wol Ryung waktu itu karena cakar Wol Ryung melukai Seo Hwa. Ia juga teringat Seo Hwa yang hamil.
“Bagaimana anak itu bisa dibesarkan Mu Sol?” gumamnya. Ia tahu Kang Chi adalah anak Wol Ryung dan Seo Hwa.
Gon meminta tiga orang. Ia akan membereskan semuanya. Jika Kang Chi dibiarkan pasti akan menimbulkan masalah nantinya, sebelum itu terjadi ia akan menyingkirkan Kang Chi lebih dulu.
“Gon-ah,” protes Yeo Wool.
“Tolong ijinkan aku, Guru,” kata Gon.
Yeo Wool dengan khawatir melihat ayahnya. Ia takut ayahnya menyetujui permintaan Gon.
“Bagaimana jika kita menerimanya?” terdengar suara Lee Soon Shin. Rupanya sejak tadi ia juga mendengar laporan Yeo Wool dan Gon.
Kang Chi adalah seseorang yang dianggap anak oleh Park Mu Sol. Mereka seharusnya menerimanya dan mendiskusinya lebih lanjut setelah itu. Yeo Wool langsung mendukung usul Lee Soon Shin.
“Tapi bagaimana jika terjadi sesuatu lagi? Orang-orang kita akan terluka, Tuan,” ujar Gon.
“Dia orang Park Mu Sol!” bela Yeo Wool. “Dia orang yang disayangi Park Mu Sol. Ini masalah nyawa, kita tidak bisa memutuskannya dengan enteng.”
Guru Dam menyuruh Yeo Wool keluar. Yeo Wool keluar dengan kesal. Tanpa mempedulikan hujan yang membasahi tubuhnya, ia menegur Gon.
“Menyingkirkannya dengan membunuhnya? Bagaimana bisa kau berkata seringan itu?”
“Dia bukan lagi manusia. Nona telah melihat sendiri mayat-mayat itu.”
“Tetap saja kau harus mencari tahu situasinya terlebih dulu! Bagaimana ia bisa menjadi seperti itu? Apa yang terjadi padanya? Sudah sewajarnya untuk mengkhawatirkannya.”
“Yang kukhawatirkan hanyalah Nona dan Guru,” ujar Gon tegas. “Aku tidak peduli dengan apa yang terjadi pada orang lain.”
Yeo Wool nampak kecewa.
“Benar. Selalu begitu. Kau tidak tahu apapun selain tanggungjawab dan tugasmu, iya kan? Bahkan memikirkan hal lain selain perintah Ayah pasti terlalu menyusahkanmu hingga kau bisa mati. Tapi apa kau tahu, Gon-ah? Itulah sebabnya aku merasa kau bagai sebuah tembok untukku. Tembok dingin tanpa hati atau perasaan.” Oucchh….
Yeo Wool berbalik pergi.
“Apa Nona menyukainya?” tanya Gon. “Apa Nona memiliki perasaan seperti itu padanya?”
Yeo Wool terdiam sesaat.
“Apa otakmu terbuat dari batu? Sudah kubilang dia adalah penyelamat hidupku,” jawab Yeo Wool.
Benarkah hanya seperti itu? Baik Gon dan Yeo Wool tampaknya tidak yakin.
Guru Dam Pyung Joon menceritakan pada Lee Soon Shin bahwa 20 tahun lalu ia pernah membunuh makhluk gaib bernama Gu Wol Ryung. Dan setelah membunuhnya ia baru tahu wanita itu mengandung. Mereka berkesimpulan bayi itu adalah Kang Chi.
Guru Dam yakin Kang Chi tidak akan selamat jika Jo Gwan Woong tahu Kang Chi bukanlah manusia. Lee Soon Shin berkata jika itu yang terjadi maka itu melegakan. Kang Chi adalah makhluk setengah manusia, setengah siluman (aku menggunakan kata siluman agar lebih mudah ya, walau sebenarnya Wol Ryung bukanlah siluman melainkan roh pelindung Gunung Jiri), kekuatannya belum bisa diketahui tapi sudah pasti melebihi kekuatan manusia.
Ia lebih khawatir Jo Gwan Woong akan menarik Kang Chi ke pihaknya jika Jo Gwan Woong mengetahui kekuatan Kang Chi. Jika itu terjadi, maka mereka tidak akan bisa menghentikan ambisi Jo Gwan Woong.
“Pertama, kita harus menemukan anak itu.”
“Tapi bagaimana jika ia berbahaya seperti yang Gon katakan? Apa yang akan kita lakukan jika ia melukai orang-orang tak bersalah?” tanya Guru Dam.
“Maka….aku sendiri yang akan menebas lehernya.”
Keesokan paginya, Gon menemukan kamar Yeo Wool kosong.
Kang Chi terbangun. Ia bangkit berdiri dan mengerang karena perutnya masih terasa sakit. Ia teringat peristiwa semalam, saat ia berubah dan membantai para pengejarnya.
Kang Chi berlari kembali ke tempat semalam tapi mayat-mayat itu tidak ada. Ia bertanya-tanya apakah semalam hanya mimpi.
So Jung muncul. Ia melihat Kang Chi dengan kecewa.
Jo Gwan Woong menerima laporan kalau para pengejar Kang Chi lenyap tak berbekas. Demikian juga pengejar Tae Soo tidak bisa menemukan Tae Soo.
“Bukan hanya 1-2 orang, setengah lusin orang menghilang tanpa jejak?”
“Sepertinya jejak mereka tersapu hujan semalam,” kata ninja penyamar (abis ngga tau namanya sih). Ia minta maaf karena tak bisa menangkap baik Kang Chi maupun Tae Soo.
“Menarik…..” ujar Jo Gwan Woong. Ia tidak terlihat marah. “Aku mempunyai perasaan kalau ia bukan orang biasa, tapi melenyapkan 7 orang tanpa jejak? Jika begitu maka aku menginginkannya.” (Hmm…jika ia mendapatkan Kang Chi di bawah kendalinya maka ia mempunyai mesin pembunuh yang tidak terlacak.)
Kang Chi tidak percaya dengan kata-kata So Jung.
“Siluman? Ayahku siluman? Makhluk apaan itu?”
“Jaga mulutmu!” tegur So Jung. “Dia makhluk suci yang melindungi gunung ini selama ribuan tahun!”
“Biksu, apa ini dongeng? Omong kosong macam apa ini?! Jadi kau bilang aku ini bukan manusia? Begitukah?”
“Ibumu manusia, jadi kurasa kau setengah manusia.”
Kang Chi benar-benar tak habis pikir mengapa So Jung menipunya. Apa So Jung cari mati? Ia tidak bisa…mmm lebih tepatnya tidak mau menerima penjelasan So Jung mengenai asal-usulnya.
“Kau tahu betul daripada siapapun kalau tubuhmu tidak seperti biasanya. Bukankah kau merasa kesakitan di seluruh tubuhmu saat kau berubah? Bukankah kau masih merasakan rasa sakit itu? Bukankah aku sudah menyuruhmu tenang selama 10 hari saja? Jika kau tidak membuat masalah hingga kau berusia 20 tahun, kau bisa hidup sebagai manusia selamanya,” kata So Jung.
Errr….kenapa baru ngomong sekarang???? Sigh, tapi seandainya So Jung waktu itu memberitahu Kang Chi pasti Kang Chi tidak akan percaya seperti sekarang. Bahkan lebih tidak percaya lagi karena waktu itu Kang Chi belum berubah.
“Omong kosong. Jadi aku sekarang ini bukan manusia?!” Kang Chi masih dalam tahap penyangkalan.
So Jung menyarankan agar Kang Chi tinggal di Taman Cahaya Bulan untuk sementara waktu. Itu adalah tempat terbaik sampai Kang Chi bisa mengendalikan kekuatannya. Orang-orang tak bersalah bisa terluka oleh Kang Chi.
“Jangan sembarangan!” bentak Kang Chi marah. Matanya bersinar hijau. Tangannya mulai berubah. Kang Chi terkejut. Ia memandangi kedua tangannya dengan shock.
“Kembalikan aku. Kembalikan aku ke wujudku yang semula,” ia memohon pada So Jung.
“Terima saja. Inilah wujudmu yang sebenarnya, Kang Chi.”
“Tidak, tidak mungkin. Tidak mungkin aku menjadi monster seperti ini!”
So Jung hanya diam. Kang Chi memunguti butiran batu merah dari gelangnya yang terlepas. Ia menyodorkannya pada So Jung.
“Apa ini cukup? Apa ini cukup untuk mengembalikan aku seperti semula?” tanyanya penuh harap.
“Kang Chi-ah…”
“Kumohon! Kumohon bantulah aku kembali menjadi manusia! Kumohon bantulah kembalikan aku!”
So Jung hanya menghela nafas sedih.
Kang Chi jatuh berlutut di tanah. “Aku tidak bisa kembali jika aku seperti ini. Pada Chung Jo…pada yang lainnya…aku tidak bisa kembali dalam keadaan seperti ini. Kumohon kembalikan aku seperti semula. Ya? Kumohon…kembalikan aku seperti semula!” Kang Chi menangis. Tapi So Jung tidak bisa menjawab.
Tak jauh dari sana Yeo Wool melihat mereka. Ia melihat Kang Chi yang terpuruk. Ia telah mendengarkan semua percakapan mereka dan sama shocknya dengan Kang Chi.
Chung Jo terbangun. Ia masih terikat di pohon aib. Orang-orang yang lewat berbisik-bisik membicarakannya. Chung Jo kembali menangis.
“Kakak….Kang Chi…” panggilnya dalam hati.
Kang Chi merenung di Taman Cahaya Bulan. Yang ada di pikirannya hanyalah Chung Jo.
Hari berganti hari…Chung Jo semakin lemah. “Bagaimana bisa tak ada seorangpun yang datang? Aku bahkan menunggu seperti ini. Mengapa tidak ada seorangpun yang datang? Mengapa?” Chung Jo akhirnya jatuh pingsan.
Gisaeng Chun menghela nafas panjang melihat Chung Jo.
Chung Jo terbangun di sebuah kamar. B egitu membuka mata, ia melihat semangkuk makanan. Tanpa pikir panjang ia langsung makan dengan lahap. Kepala pelayan menasihati agar Chung Jo makan pelan-pelan setelah berhari-hari tak makan.
“Sepertinya kau sudah memutuskan untuk hidup,” ujar Gisaeng Chun.
Chung Jo mengangkat kepalanya. Ia baru sadar sejak tadi Gisaeng Chun memperhatikannya. Serta merta ia menurunkan sendoknya. Wajahnya menunjukkan kemarahan.
“Apa kau masih berpendapat sama? Apa kau masih memiliki harga diri seorang bangsawan? Jika begitu..kau mungkin masih harus melewati beberapa hari lagi di pohon aib.,” kata Gisaeng Chun.
Kemarahan berganti rasa takut begitu Chung Jo mendengar pohon aib.
“Kenapa? Tentu saja kau tidak mau kembali ke sana. Kalau begitu lebih baik lepaskan harga dirimu. Hentikan dan tinggalkan semuanya sekarang. Jika kau siap melepaskan segalanya, kau bisa makan bubur di sini. Apa yang akan kaulakukan? Terikat di pohon aib? Atau makan bubur hangat di sini?” tanya Gisaeng Chun.
Pelan-pelan Chung Jo menyendok buburnya lalu kembali makan. Air mata amarah, malu, dendam, perasaan terhina, sedih bercampur jadi satu saat ia menyadari apa yang ia lepaskan demi bertahan hidup. Gisaeng Chun menghela nafas panjang.
Yeo Wool tiba di Taman Cahaya Bulan. Ia melihat So Jung membawakan makanan untuk Kang Chi tapi Kang Chi sudah 4 hari tidak mau makan. So Jung jadi kesal. Berapa lama lagi Kang Chi akan duduk diam di situ?
Yeo Wool menghampiri mereka lalu tanpa tedeng aling-aling menggeplak kepala Kang Chi dari belakang. So Jung ikut terkejut.
Kang Chi menoleh marah. Yeo Wool terkejut juga melihat mata Kang Chi yang hijau. Kang Chi terkejut melihat Yeo Wool.
“Kau ….bagaimana bisa…”
“Apa kau mau membuat dirimu lapar hingga mati? Mengapa menolak makanan yang dibawakan orang secara khusus untukmu? Kau seharusnya makan dan berterima kasih.”
Yeo Wool mengambil makanan yang dibawa So Jung lalu menyodorkannya pada Kang Chi. Ia bersikap biasa seakan tidak terjadi apapun pada Kang Chi.
Kang Chi diam menatap Yeo Wool. Yeo Wool mengingatkan kalau Kang Chi sudah 4 hari tidak makan. Memangnya Kang Chi tidak lapar?
“Kau…apa yang kaulakukan di sini? Bagaimana kau bisa tahu tempat ini?”
“Aku mengikutimu sejak dari hutan. Kau tidak perlu terkejut. Apa yang terjadi padamu telah aku dengar semuanya. Termasuk apa yang dikatakan biksu padamu.”
“Dan kau masih mengikutiku?”
“Ya.”
“Kenapa? Apa kau tidak menganggapku aneh?”
“Tentu saja kau aneh. Memangnya kenapa? Sejak awal kau memang aneh. Matamu berubah warna, terus kenapa? Bukan berarti hidupmu berakhir kan? Apa kau mau bersembunyi hingga mati? Mengapa membuat dirimu lapar padahal ada makanan enak? Ini.” Yeo Wool kembali menyodorkan makanan.
Kang Chi terpana mendengar perkataan Yeo Wool. Sesaat ia nampak tersentuh tapi ia tidak mau makan dan menyuruh Yeo Wool pergi.
“Memangnya kenapa kalau aku mati. Aku lebih baik mati kelaparan daripada berwujud seperti ini.”
PLAKKK! Yeo Wool kembali menggeplak Kang Chi. Aya! Kang Chi mengaduh kesakitan.
“Mengapa orang gunung lemah seperti ini? Memangnya ada apa dengan dirimu yang membuatmu duduk bermuram durja di sini?” ujar Yeo Wool kesal.
“Apa ini seperti perubahan kecil bagimu?” Kang Chi bangkit berdiri dengan kesal. “Aku menjadi monster, aku bukan lagi manusia!”
“Tapi kau masih hidup!” Yeo Wool berkata tadinya ia mengira Kang Chi akan mati malam itu. Tapi Kang Chi masih hidup, bukankah seharusnya Kang Chi merasa bersyukur?
Kang Chi berkata apa yang bisa ia lakukan dengan wujud seperti ini. Bagaimana ia bisa hidup sebagai monster dan bukan manusia?
Yeo Wool berkata memangnya apa yang akan Kang Chi dapatkan dengan duduk seperti ini.
“Jika kau yakin akan memperoleh jawabannya setelah ratusan atau ribuan tahun duduk di sini, maka silakan! Aku akan berdiri di sampingmu dan menyemangatimu!”
“Terlalu!” umpat Kang Chi frustrasi.
“Ya, memang terlalu!”
“Sialan!”
“Iya, memang sialan! Benar-benar sialan! Aku juga sulit mempercayainya. Aku yakin kau merasa terpukul dan takut. Aku mengerti, tapi kau tetap Choi Kang Chi.”
Kang Chi menatap Yeo Wool.
“Tak peduli seperti apa kau terlihat dari luar, di dalam kau selalu Choi Kang Chi. Benar kan?”
“Aku tidak tahu lagi,” jawab Kang Chi. Ia bahkan tidak ingat bagaimana ia bisa berubah pada malam itu. Ia tidak ingat bagaimana ia bertarung dan berapa banyak yang mati. Seluruh tubuhnya terasa terbakar. Seluruh tulang di tubuhnya terasa sakit seakan dihancurkan.
“Mataku telah beberapa hari seperti ini. Aku bisa mencium bau apapun. Aku bisa mendengar suara burung dan kebisingan bermeter-meter jauhnya. Aku tidak yakin apakah aku masih Choi Kang Chi atau aku telah menjadi monster. Aku tidak tahu,” kata Kang Chi sedih.
“Tentu saja kau masih Choi Kang Chi,” kata Yeo Wool yakin. “Jika kau benar-benar monster maka kau tidak akan sebingung ini. Bukankah begitu?”
Mata Kang Chi berubah hitam mendengar kata-kata Yeo Wool. Yeo Wool dan So Jung terkejut melihatnya. Tapi hanya sesaat mata Kang Chi berubah hijau kembali.
“Lupakan, walau kau menghiburku tetap tidak bisa mengubah apapun,” kata Kang Chi getir. Ia menyuruh Yeo Wool pergi.
“Kang Chi-ah,” Yeo Wool mengulurkan tangan hendak memegang pundak Kang Chi. Tapi ia mengurungkan niatnya dan hanya memandangi Kang Chi dengan sedih.
So Jung mengamati keduanya. “Mungkinkah…..mereka berdua….”
Beralih ke tempat penginapan 100 tahun, Joo Gwan Woong mulai hari ini menjadi pemilik penginapan 100 tahun, semua pegawai penginapan terbelalak dan tidak berkata apa-apa.
Istri dari Tuan Park dibawa menghadap dan diberitahukan bahwa semua pegawai dan Istri Tuan Park nyawanya diampuni dan dijadikan budak selamanya oleh Joo Gwan Woong, tapi Istri Tuan Park menolak dan mengutuknya bahwa penginapan ini akan menjadi kuburan bagi Joo Gwan Woong.
Istri Tuan Park yang ditodong dengan pedang oleh Joo Gwan Woong karena tidak mau dijadikan budak menarik pedang tersebut dan bunuh diri dihadapan Joo Gwan Woong sambil menyumpahinya, karena kesal dan marah Joo Gwan Woong pun menarik pedangnya dan menyabetnya 1 x lagi kebadan Istri Tuan Park dan meninggallah Istri Tuan Park. Para Pegawai Penginapan 100 tahun menangis dan menyembah Istri Tuan Park.
Joo Gwan Woong merasa gelisah mendengar kutukan dari Istri Tuan Park, ia penasaran apa ada rahasia besar di balik penginapan 100 Tahun ini yang belum ia tahu?
"Huaaaa!!!!!" (Kang Chi menjerit)
"Tidak ada yang perlu dirisaukan" Pendeta Jo Sung berkata kepada Wool Yeo.
"Apa yang terjadi?" Wool Yeo bertanya.
"Dia sedang melawan dirinya sendiri"
"Apa maksudnya melawan diri sendiri dan siapa?"
"Sifat Siluman yang ada didalam diri Kang Chi dan sifat manusianya sedang bertarung." Pendeta So Jung yang sambil menganyam kembali Rantai Kang Chi yang putus. Itu masalah dalam diri Kang Chi hanya dia yang bisa mengendalikannya, jangan mengganggunya ujar Pendeta So Jung kepada Wool Yeo yang beranjak pergi ingin melihat apa yang terjadi.
"Tetapi jika terjadi sesuatu pada dirinya bagaimana?"
"Walaupun ia bisa bertahan hidup atau mati itu sudah menjadi takdirnya."
Apa?
"Itu adalah keputusan yang akan ia ambil ataupun menolaknya". Tidaklah masalah bila ia mengambil salah satunya itu adalah jalan satu-satunya yang ia harus ditempuh.
Biarpun Pendeta So Jung mengetahui takdirnya, maka kamu tidak boleh mengganggunya dalam keadaan ia bertarung melawan dirinya sendiri itu.
Memang saya tidak mau mengganggunya, tapi ada perempuan yang ia sukai.
"Itu karena dia bodoh." Kata Pendeta So Jung kepada Wool Yeo.
Maka janganlah mengganggunya, pergilah pada jalanmu sendiri. Kang Chi akan menemukan jati dirinya sendiri dengan keadaannya itu. Dalam keadaan tersiksa Kang Chi terus berhalusinasi mengingat kejadian Tuan Park yang dibunuh oleh pengawal Gwan Woong yang menjadikannya ia marah, Kang Chi juga mengingat pertemuannya dengan Chung Jo di kerangkeng yang belum diberangkatkan ke Rumah Gisaeng.
Kang Chi memohon agar menolongnya dari siksaan itu. Wool Yeo memberikan semangat diluar gua, bertahanlah, ingatlah bahwa kamu adalah Choi Kang Chi, janganlah lupa akan namamu itu. Kang Chi marah besar karena terus mengingat kejadian-kejadian yang menyakitkan dan ia berjanji akan membunuh semua yang telah membuat kejadian yang menyedihkan itu.
Pendeta So Jung memberi amaran kepada Wool Yeo agar pergi dari hutan ini karena sepertinya amarah Kang Chi tidak bisa terbendung lagi.
"Jadi harus bagaimana?" bagaimana dengan Kang Chi?
"Saya rasa Kang Chi telah kalah dengan sifat silumannya" yang akhirnya Wool Yeo mengambil anak panahnya dan berlari menjauh dari gua.
Kembali ketempat kediaman Panglima Dam Pyeong Jun, Gon Yi melaporkan keadaannya, Panglima Dam menanyakan bagaimana situasi Wool Yeo kepada Gon Yi.
"Apa yang terjadi?" Bagaimana dengan keadaan Wool Yeo?" Apakah ada kabar dari Wool Yeo?
"Maafkan saya Tuan" Saya masih belum menemukannya".
Tuan Dam menarik napas dan bertanya-tanya, "Kemanakah Wool Yeo pergi?"
Ia telah pergi selama 4 hari.
"Itu salah saya Tuan, Seharusnya saya berada dekat dengannya."
Akhirnya Wool Yeo kembali ketempat kediaman Ayahnya Dam dengan terengah-engah.
Gon Yi bertanya apakah ada yang terluka dan apa yang terjadi. Ayahnya pun bertanya kamu tidak berkata apa-apa tentang kepergiannya.
Dengan terengah-engah Wool Yeo meminta tolong bahwa Choi Kang Chi berada dalam keadaan bahaya, "Tolong berhentikan dia Ayah."
Sementara itu Pendeta So Jung sedang menghalangi Kang Chi yang sudah mengamuk dengan tongkatnya agar sadar dan tidak meninggalkan gua.
"Apakah kamu tidak mau minggir dari hadapanku"
Dan mau kemana kamu pergi?
"Saya ingin membunuh semua yang membuat Tuanku hidup menderita."
satu demi satu. Saya akan mengakhiri semua nyawanya.
Yang akhirnya Pendeta So Jung tak kuasa menahan kemarahan Kang Chi ia terpelanting oleh Kang Chi dan Kang Chi pun meninggalkan gua.
Di Rumah Gisaeng Chung Jo dipanggil untuk menghadap Gwan Woong, dalam perjalanannya ia melihat Gisaeng lain sedang menghibur para langganannya ia terbelalak kaget. Apalagi sesampainya di tempat itu.
Dalam gelap malam, bayangan hitam dengan tangan yang berkuku tajam Kang Chi mengerang bagai Serigala melihat poster pengumuman yang bergambarkan dirinya yang tengah dicari dan diberi imbalan uang sebesar 200 yang, ia menyobeknya, Disaat bersamaan Gon Yi menghalangi langkahnya. Tapi Kang Chi masih sadar dan tidak mau melawan Gon Yi, Gon Yi pun berkata demikian tapi itu amanat dari Wool Yeo untuk menghalangi Kang Chi yang akhirnya pertarunganpun bermulai.
Badan Kang Chi terkena sabetan pedang Gon Yi tapi dengan cepat badan Kang Chi sembuh seperti sedia kala, Gon Yi kaget melihatnya. Yang akhirnya Pendeta So Jung mematahkan pertarungan itu dengan melemparkan gelang yang bisa mengontrol kemarahan Kang Chi tepat pada tangannya.
Kuku tajam Kang Chi berubah seperti sedia kala, Gon Yi pun langsung memukul muka Kang Chi, Kang Chi terjatuh, Ia berusaha memutuskan gelang itu namun tidak bisa. Pendeta So Jung pun memberitahukan : "Bila kamu memutuskan gelang itu, kamu tidak akan mempunyai kesempatan untuk bisa menjadi Choi Kang Chi lagi.", Bila kamu ingin memutuskannya dan melawan itu adalah takdirmu dan itu keputusanmu." Hanya inilah yang saya bisa bantu untuk kamu. Akhirnya niat Kang Chi berubah dan batal memutuskannya. Pendeta So Jung memberitahu Gon Yi sepertinya masalahnya sudah terpecahkan saat ini.
Wool Yeo, Tuan Dam Muncul dihadapannya.
Beralih dirumah Gisaeng, Kepala Gisaeng mendapat kabar dari pegawainya bahwa Chung Jo berada diruangan Gwan Woong, tapi pegawainya tidak mengetahui ada kejadian apa disana, Ia menarik napas panjang.
Chung Jo berdiam diri tidak bergeming sedikitpun, Gisaeng Wol Sun menyuruhnya masuk tidak digubrisnya.
Tapi Gwan Woong membiarkannya. "Biarkan saja" hanya melihatnya saja tidaklah jelek. Gisaeng Wol Sun meminta maaf karena Chung Jo belum terlatih untuk menjadi Gisaeng.
"Harga yang bagus untuk mengaguminya terlebih dahulu" lalu merasakan baunya dan terakhir saya bisa menikmati rasa dari tubuhnya. Untuk sekarang saya sudah cukup puas buat mata saya untuk melihatnya."
"Saya ingin kembali keruangan saya, tolong antarkan saya" Saya tidak mau berada disini lagi, tolong"..Gisaeng Wol Sun menampar Chung Jo.
Mengapa kau lakukan ini?” tanya Chung Jo marah.
“Di tempat ini, mereka yang tidak tahu diri harus diperlakukan dengan keras. Aku adalah gisaeng terbaik di sini. Beraninya orang serendah kau menatapku dan menentangku!”
Melihat Chung Jo masih menatapnya dengan marah, Wol Sun mengangkat tangannya lagi untuk menampar.
“Turunkan tanganmu!” tegur Gisaeng Chun. Ia bertanya mengapa gisaeng yang tidak terlatih bisa berkeliaran di sini. Wol Sun kebingungan menjawab.
“Sepertinya ia tersesat. Itulah sebabnya kau harus mengawasi gadis baru,” sindir Jo Gwan Woong.
Gisaeng Chun menyuruh kepala pelayan membawa Chung Jo pergi. Lalu ia meminta maaf pada Jo Gwan Woong karena mengirim orang yang belum siap.
“Bukankah itu bukti kau sudah semakin tua?” ujar Jo Gwan Woong. Wol Sun tersenyum licik mendengarnya (hmmm….sepertinya ia menginginkan posisi Gisaeng Chun).
“Gadis itu bernama Chung Jo, bukan? Melihatnya mengingatkanku pada peristiwa lama. Seo Hwa. Apa kau ingat? Tidak boleh ada kesalahan lagi, bukankah begitu Gisaeng Chun?”
Chung Jo masuk ke kamarnya dengan marah. Ia benci melihat pembunuh ayahnya namun ia tidak bisa melakukan apapun.
Kang Chi diikat. Ia protes mengapa ia diperlakukan seperti penjahat. Yeo Wool mencoba menenangkannya kalau mereka sedang membantunya.
“Aku tidak membutuhkan bantuan! Segera lepaskan tali ini!”
“Kang Chi-ah!”
“Percuma, tidak ada gunanya menjelaskan padanya,” ujar Gon kesal.
Guru Dam menyuruh Gon menyerahkan Kang Chi ke polisi. Yeo Wool terkejut. “Ayah!”
Guru Dam berjalan pergi. Yeo Wool menyusulnya.
“Ayah, kenapa Ayah melakukan ini? Ayah bilang akan membantunya.”
“Itulah sebabnya, Ayah sedang membantunya.”
Yeo Wool tak mengerti. Membantu apanya? Kepala polisi sekarang dikendalikan oleh Jo Gwan Woong. Guru Dam berkata ini adalah keinginan Lee Soon Shin.
Keesokan paginya, Kang Chi diserahkan ke polisi. Penduduk desa berbondong-bondong hendak melihatnya. Mereka menyalahkan Kang Chi atas kematian Tuan Park.
“Apa kau tahu kejahatanmu?!” kata kepala polisi.
“Tidak, aku tidak tahu. Kejahatan apa?” kata Kang Chi tenang.
“Ckck…” Kepala polisi menoleh dengan khawatir ke arah ruangan di mana Jo Gwan Woong duduk dengan angkuhnya.
“Kau benar-benar tidak tahu kejahatanmu?!” katanya lagi.
“Sudah kubilang aku tidak tahu. Itulah sebabnya aku bertanya. Apa kesalahanku?”
“Kesalahan membunuh pemilik penginapan Seratus Tahun Park Mu Sol! Bukan hanya itu, menerobos penjara dan mengeluarkan tahanan dan membunuh para penjaga. Untuk tiga kejahatan ini kau pantas dijatuhi hukuman mati!”
Kang Chi malah tersenyum sinis.
“Hukuman mati? Baik, aku akan menyerahkan nyawaku dengan senang hati. Tapi aku tidak akan menyerahkannya dengan percuma. Cukup membunuh satu orang lagi saja di sini. Orang yang memfitnah Tuan Park atas pengkhianatan. Menghancurkan keluarganya dan mengambil alih penginapan Seratus Tahun, si brengsek itu Jo Gwan Woong!!”
Penduduk desa berkasak-kusuk mendengar tuduhan Kang Chi.
“Biarkan aku membunuh satu orang itu saja dan aku akan memberikan lebih dari sekedar nyawaku. Bagaimana?”
“Ini…ini…” kepala polisi kehabisan kata-kata. Ia takut Jo Gwan Woong marah. Karena itu ia memutuskan untuk mengeksekusi Kang Chi sekarang juga. Ia lalu berteriak memanggil para eksekutor.
Yeo Wool siap bergerak tapi Gon menahannya.
“Mereka akan membunuhnya, apa kau akan diam saja?” kata Yeo Wool.
“Bukankah kau bilang kau akan memberikan lebih dari hidupmu?” terdengar suara Jo Gwan Woong. Ia keluar dari ruangannya.
Melihat musuhnya, Kang Chi langsung berdiri dan hendak menyerang. Tapi ia ditahan para penjaga.
Jo Gwan Woong menghampirinya. Ia bertanya apa yang lebih berharga bagi Kang Chi dibandingkan nyawanya.
“Itu adalah kebulatan tekadku untuk membunuhmu!”
“Kebulatan tekad katamu? Sungguh menyentuh. Hanya itu? Apa itu yang membuatmu menarik? Atau kau memiliki hal lain….” Jo Gwan Woong menyentuh gelang Kang Chi dengan kipasnya.
Kang Chi dan Yeo Wool agak kaget karena Jo Gwan Woong tahu mengenai gelang Kang Chi (ngga sepenuhnya tahu sih. Jo Gwan Woong mengira gelang itu yang memberi kekuatan pada Kang Chi, padahal justru gelang itu yang meredam kekuatan siluman Kang Chi).
“Aku akan memberimu kesempatan terakhir. Bekerjalah untukku maka aku akan mengampuni nyawamu,” kata Jo Gwan Woong.
“Aku tidak tahu omong kosong apa yang kaukatakan ini.”
“Aku bisa memberimu kekuasaan dan kekayaan.”
“Bahkan anjing yang lewat saja tidak akan menerimanya. Nikmati saja sendiri! Aku tidak mau apapun kecuali nyawamu.”
“Sayang sekali. Apa lagi yang kalian tunggu! Jalankan eksekusinya!” seru Jo Gwan Woong.
Kang Chi melihat gelangnya. Ia ingat So Jung memperingatkannya kalau ia melepas gelang itu maka ia tidak bisa kembali menjadi manusia. Tapi melihat Jo Gwan Woong yang tersenyum licik di hadapannya dan juga sebentar lagi ia akan dieksekusi, Kang Chi memutuskan membunuh Jo Gwan Woong sebelum ia mati atau menjadi siluman adalah jauh lebih baik. Ia meraih gelangnya dan siap menariknya.
“Hentikan!!” seru seseorang.
Kang Chi menoleh. Lee Soon Shin berjalan masuk. Yeo Wool nampak lega.
“Siapa kau?” tanya Jo Gwan Woong.
“Aku adalah Gubernur Jeolla, Lee Soon Shin.”
Kepala polisi buru-buru menghampirinya dan bertanya mengapa Lee Soon Shin datang ke sini.
“Kudengar orangku ditangkap di sini jadi aku segera datang.”
“Apa? Orang Gubernur? Siapa dia?”
“Namanya Choi Kang Chi. Orang yang berdiri di sini.”
Kepala polisi dan Jo Gwan Woong terkejut. Lee Soon Shin tersenyum hangat pada Kang Chi.
“Apa kau baik-baik saja, Kang Chi? Aku datang menjemputmu.”
Kang Chi terpana.
(Bersambung)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !