Genre : Drama | Horror | Thriller
Tanggal Rilis : 4 April 2012 (Indonesia)Official site: www.rec3genesis.com
Studio: Magnet Releasing (Magnolia Pictures)
CAST/CREW :
Director: Paco Plaza
Writers: Luiso Berdejo, Paco Plaza
Actors: Ana Isabel Velásquez, Àlex Monner, Blai Llopis, Diego Martin, Emilio Mencheta, Ismael Martínez, Itziar Castro, Javier Botet, Leticia Dolera, Mireia Ros
SINOPSIS :
Dalam “REC 3”, lokasi tidak lagi mengambil tempat di apartemen tapi mengajak kita ke tempat lain, penonton diundang ke sebuah pernikahan, hari bersejarah bagi kedua pasangan, Koldo (Diego Martin) dan Clara (Leticia Dolera). Seperti halnya acara pernikahan pada umumnya, kita akan melihat wajah-wajah ceria penuh senyum, termasuk kedua pasang pengantin yang tidak ada habisnya menebar rasa sayang kepada seluruh undangan. Dentuman musik disko pun makin memeriahkan pesta tersebut, sayangnya “tamu tak diundang” merusak pesta yang tadinya normal-normal saja. “Pesta” masih tetap berjalan, tapi sekarang dimeriahkan oleh teriakan-teriakan tamu undangan yang sedang digigit oleh, well saya sebut saja zombie. Darah yang mengalir dari tubuh-tubuh tak bernyawa itu sekarang menghiasi lantai dansa. Santapan lezat yang tertata rapih di meja hanya jadi hiasan tak dipedulikan, karena mereka yang sudah terinfeksi lebih memilih mengejar manusia yang hidup dan mencicipi leher mereka. Semua berantakan, yah itu termasuk ekspektasi saya yang akan melihat film mokumenter yang asyik seperti film pertama atau kedua. Paco sudah “terinfeksi” ide lain, meninggalkan pakem “REC” yang sudah dibangun dari awal. “REC 3” sekarang bercerita dengan gaya konvensional, tidak lagi dikemas dengan mokumenter seutuhnya, yah sebagai “penyedap” agar rasa mokumenter yang melekat dari film pertama dan kedua tetap masih berasa, Paco menyisipkan pengambilan gambar “first person” melalui medium kamera personal di awal film. Lucunya ada satu adegan yang memperlihatkan kamera yang tergeletak, seolah-seolah Paco ingin mengucapkan pesan selamat tinggal pada mokumenter, ada kamera-kamera CCTV disana tapi nuansa dokumenter itu jelas sudah sangat berbeda, bisa dibilang semi-mokumenter seperti “District 9”.
Apalah namanya, mokumenter atau bukan, “REC 3” memang sudah telanjur biasa saja, Paco menyajikan hidangan yang sama tapi berbeda rasa, tampaknya menyutradarai film ini sendiri membuat kualitasnya pun ikut terbelah menjadi dua. Jika film pertama dan kedua masih bisa menghadirkan misteri tentang sumber infeksi, di film ketiga ini tidak banyak misteri-misteri baru yang ditawarkan, atau banyak menjawab pertanyaan yang masihnyangkut setelah saya menonton film pertama dan kedua. “REC 3” hanya ingin memperlihatkan apa yang terjadi di tempat lain ketika kemungkinan “REC 2” sedang terjadi, yah kedua film ini sepertinya memang terjadi dalam waktu bersamaan, jika penonton jeli akan ada sebuah clue menarik terselip disana, diantara ketegangan yang tengah dibangun oleh Paco. Bicara soal “tegang”, film yang tayang di Indonesia bulan April ini masih bisa dibilang berhasil, walaupun kejutan-kejutannya sudah pernah ada di dua film sebelumnya. Apa yang menarik sekarang adalah bagaimana sang sutradara sepertinya sedang bersenang-senang dalam urusan menghadirkan kesadisan, yah akan ada banyak adegan menjijikkan, disturbing, gory dan bikin muntah. Sisi menyenangkan dari kepala yang terbelah dan darah yang muncrat kemana-mana menjadi bagian paling asyik di film ini, selebihnya “REC 3” adalah petualangan berdarah yang agak membosankan, apalagi dengan keromantisannya yang dikombinasikan komedi, menghibur tapi saya sedang tidak ingin melihat yang lucu-lucu. Sekali lagi “REC 3” bukan film zombie yang jelek, hanya saja kali ini skala “hiburannya” berkurang setengah dari dua film sebelumnya. Beruntung disana ada seorang Leticia Dolera yang cukup menawan berperan sebagai heroine, semoga saja “REC 4” bisa lebih baik dari film ini…berharap Jaume bisa memperbaiki kekurangan rekannya.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !