Distributor: Kadokawa Pictures
Genre: Horror
Durasi: 96 menit
Genre: Horror
Durasi: 96 menit
CAST & CREW
Sutradara: Tsutomu HanabusaPenulis: Hideo Suzuki, Tsutomu Hanabusa
Produser: Atsuyuki Shimoda
Pemain: Satomi Ishihara, Ai Hashimoto, Koji Seto, Yusuke Yamamoto, Ryosei Tayama
Studio: Kadokawa Shoten Company
PREVIEW
SEORANG Blogger frustasi karena dikritik oleh pembacanya. Pria bernama Seiji Kashiwada (penampilannya nyentrik ala vokalis band aliran J-Rocks) mendendam dan ingin menebarkan teror kematian kepada pembencinya. Terobsesi ingin membalas dendam, dia mencoba membangkitkan kembali arwah Sadako dan menayangkan secara langsung proses bunuh dirinya sendiri melalui internet. Tak lama, setiap orang yang menyaksikan tayangan langsung bunuh diri Kashiwada pun tewas. Segera, beredar rumor mengenai video kutukan yang membuat orang yang menontonnya mati mengerikan. Banyak orang tidak percaya mengenai hal ini, termasuk Akane, seorang guru SMA, sampai salah satu muridnya tewas bunuh diri tak lama setelah menonton video terkutuk itu. Bersama Takanori, kekasihnya, Akane mencoba menyelidiki penyebar video tersebut. Sementara itu, nyawanya pun kini dalam ancaman roh Sadako yang mengincar tubuhnya. Lalu, apakah motif dari Sadako yang ingin mengambil alih tubuh Akane?
Nama Sadako menjadi fenomenal sebagai hantu wanita berambut panjang yang meneror siapapun yang menonton videonya di film Ringu (Ring), (1998). Film horor Jepang yang mengusung genre atmospheric-horror ini sukses besar menakut-nakuti penontonnya hingga dibuat beberapa sekuel termasuk dua film versi Hollywood. Adegan hantu Yamamura Sadako yang merangkak dari dalam sumur dan keluar melalui layar televisi menjadi salah-satu adegan film horor klasik sepanjang masa. Namun, apa jadinya jika hantu Sadako berkeliaran di era serba digital dan internet tanpa media VCR-player seperti sekarang ini? Diceritakan, video kutukan itu menyebar melalui situs internet. Namun, tak semua orang bisa mengaksesnya. Hanya beberapa orang yang ‘sial’ yang dapat menonton video bunuh diri Kashiwada sampai akhirnya Sadako muncul dari layar perangkat apapun yang digunakan untuk menonton. Terdengar konyol? mungkin. Apalagi digambarkan Sadako lebih agresif mengejar Akane dan muncul dari banyak layar. Mulai dari layar komputer, TV, ponsel, hingga layar superbesar advertorial di gedung-gedung.
Seharusnya, ide Sadako kembali dibangkitkan, apalagi dalam format 3D, akan sangat menakutkan. Juntaian rambut panjang dan tangan menggapai-gapai dari dalam layar televisi tentu akan menimbulkan kesan realistik dan mengejutkan apabila serius ditampilkan dalam gambar tiga dimensi. Akan tetapi, kemunculan Sadako di film yang awalnya diadaptasi dari novel karya Suzuki Koji ini malah meninggalkan kesan lebay dan berlebihan. Kembali lagi ke awal, film Ring bukanlah film penampakan. Atmospheric-horror lebih banyak membuat adegan dengan suasana misterius, mencekam, hingga penonton merasakan diri merinding akan kehadiran lelembut dalam film. Di film Ring, Sadako sendiri tidak muncul hingga akhir cerita. Sedangkan Sadako 3D malah menampilkan si hantu secara sporadis dan berlebihan, macam dedemit dan pocong di film-film horor Nayato (blah!). Belum lagi, hampir sepertiga akhir durasi film Sadako 3D malah menampilkan kejar-kejaran antara Akane dan monster-mirip Sadako yang muncul dari dalam sumur dengan jumlah banyak. Oh, sekarang saya seperti menonton film jenis creature-horror macam Alien. Sutradara Hanabusa Tsutomu seolah gamang mengarahkan film yang mungkin (maunya) dibuat seperti horor kontemporer kekinian. Yah, Penggambaran tokoh-tokohnya yang seolah tak bisa lepas dari internet seperti kebanyakan anak muda sekarang, terlihat sekali ingin menyasar segmen ABG yang empat belas tahun lalu belum ‘ngeh’ dengan Ring.
SEORANG Blogger frustasi karena dikritik oleh pembacanya. Pria bernama Seiji Kashiwada (penampilannya nyentrik ala vokalis band aliran J-Rocks) mendendam dan ingin menebarkan teror kematian kepada pembencinya. Terobsesi ingin membalas dendam, dia mencoba membangkitkan kembali arwah Sadako dan menayangkan secara langsung proses bunuh dirinya sendiri melalui internet. Tak lama, setiap orang yang menyaksikan tayangan langsung bunuh diri Kashiwada pun tewas. Segera, beredar rumor mengenai video kutukan yang membuat orang yang menontonnya mati mengerikan. Banyak orang tidak percaya mengenai hal ini, termasuk Akane, seorang guru SMA, sampai salah satu muridnya tewas bunuh diri tak lama setelah menonton video terkutuk itu. Bersama Takanori, kekasihnya, Akane mencoba menyelidiki penyebar video tersebut. Sementara itu, nyawanya pun kini dalam ancaman roh Sadako yang mengincar tubuhnya. Lalu, apakah motif dari Sadako yang ingin mengambil alih tubuh Akane?
Nama Sadako menjadi fenomenal sebagai hantu wanita berambut panjang yang meneror siapapun yang menonton videonya di film Ringu (Ring), (1998). Film horor Jepang yang mengusung genre atmospheric-horror ini sukses besar menakut-nakuti penontonnya hingga dibuat beberapa sekuel termasuk dua film versi Hollywood. Adegan hantu Yamamura Sadako yang merangkak dari dalam sumur dan keluar melalui layar televisi menjadi salah-satu adegan film horor klasik sepanjang masa. Namun, apa jadinya jika hantu Sadako berkeliaran di era serba digital dan internet tanpa media VCR-player seperti sekarang ini? Diceritakan, video kutukan itu menyebar melalui situs internet. Namun, tak semua orang bisa mengaksesnya. Hanya beberapa orang yang ‘sial’ yang dapat menonton video bunuh diri Kashiwada sampai akhirnya Sadako muncul dari layar perangkat apapun yang digunakan untuk menonton. Terdengar konyol? mungkin. Apalagi digambarkan Sadako lebih agresif mengejar Akane dan muncul dari banyak layar. Mulai dari layar komputer, TV, ponsel, hingga layar superbesar advertorial di gedung-gedung.
Seharusnya, ide Sadako kembali dibangkitkan, apalagi dalam format 3D, akan sangat menakutkan. Juntaian rambut panjang dan tangan menggapai-gapai dari dalam layar televisi tentu akan menimbulkan kesan realistik dan mengejutkan apabila serius ditampilkan dalam gambar tiga dimensi. Akan tetapi, kemunculan Sadako di film yang awalnya diadaptasi dari novel karya Suzuki Koji ini malah meninggalkan kesan lebay dan berlebihan. Kembali lagi ke awal, film Ring bukanlah film penampakan. Atmospheric-horror lebih banyak membuat adegan dengan suasana misterius, mencekam, hingga penonton merasakan diri merinding akan kehadiran lelembut dalam film. Di film Ring, Sadako sendiri tidak muncul hingga akhir cerita. Sedangkan Sadako 3D malah menampilkan si hantu secara sporadis dan berlebihan, macam dedemit dan pocong di film-film horor Nayato (blah!). Belum lagi, hampir sepertiga akhir durasi film Sadako 3D malah menampilkan kejar-kejaran antara Akane dan monster-mirip Sadako yang muncul dari dalam sumur dengan jumlah banyak. Oh, sekarang saya seperti menonton film jenis creature-horror macam Alien. Sutradara Hanabusa Tsutomu seolah gamang mengarahkan film yang mungkin (maunya) dibuat seperti horor kontemporer kekinian. Yah, Penggambaran tokoh-tokohnya yang seolah tak bisa lepas dari internet seperti kebanyakan anak muda sekarang, terlihat sekali ingin menyasar segmen ABG yang empat belas tahun lalu belum ‘ngeh’ dengan Ring.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !