Drama: The Heirs (2014)
also known : The InheritorsHeritors
The One Trying to Wear the Crown, Bears the Crown – The Heirs
He Who Wishes To Wear the Crown, Endure Its Weight – The Heirs
One Who Wants to Wear the Crown, Bear the Crown – The Heirs
Those Who Want the Crown, Withstand the Weight of it – The Heirs
Genre : Romance,Comedy,Drama,School
Written by Kim Eun-sook
Directed by Kang Shin-hyo
Country of origin South Korea
Originallanguage(s) Korean
No. of episodes 20
CAST :
SINOPSIS LENGKAP
Eun Sang mendapat telepon aneh, katanya dari kantor polisi Gangnam.
Ulah siapa lagi kalau bukan dari Young Do? Pengacara Young Do akhirnya melapor kalau mereka telah menemukan Cha Eun Sang. Young Do kegirangan dan berkata kalau ia akan menemui korban langsung dan meminta berkas laporan diserahkan ke kepolisian setempat. Ia akhirnya mengaku, “Tujuanku hanya satu, yaitu menemukannya.”
Di kantor polisi, Young Do sudah tak sabar untuk bertemu Eun Sang. Ia bahkan marah-marah pada polisi, mengira Eun Sang mungkin melarikan diri. Polisi heran mendengar rentetan omelan Young Do.
Tapi Young Do langsung berhenti mengomel saat melihat Eun Sang datang. Ia terpana melihat Eun Sang dan tak dapat menahan perasaannya, ia segera menghampiri Eun Sang dan memeluknya.
Eun Sang kaget dan mencoba memberontak, tapi Young Do tetap memeluknya dan berbisik, “Terima kasih, karena tetap selamat. Karena kau datang, terima kasih.”
Sepanjang perjalanan, Eun Sang hanya diam saja dan Young Do bertanya apakah Eun Sang tak senang melihatnya? “Sepertinya kau ingin bertemu dengan orang lain. Tapi aku tak akan membicarakan tentangnya, jadi jangan berharap.”
Tapi Eun Sang malah menunduk sedih, membuat Young Do yang akhirnya bertanya, “Apakah ia sudah datang?”
Eun Sang tak ingin membicarakan hal itu. Ia berkata kalau cuaca sangat dingin dan lebih baik pergi sekarang. Young Do menahan Eun Sang, “Aku akan melepas jaket untukmu. Tinggallah lebih lama lagi.”
Eun Sang sepertinya tak ingin berlama-lama menemui Young Do. Dengan halus ia mengusir Young Do dengan alasan Young Do tak suka tempat yang tak ada atapnya karena terasa dingin. Tapi Young Do tak peduli kalau tak ada atap, selama masih ada tanah untuk dipijak. “Aku sudah melihat kau selamat. Kau putus dengan Tan. Kita berjalan-jalan menyusuri pantai karena kau tak ingin menunjukkan di mana rumahmu. Tentu saja aku sangat senang.”
Akhirnya Eun Sang mengaku kalau ia merasa takut saat bertemu dengan Young Do. Jika Young Do dapat menemukannya dengan mudah, sudah berapa orang yang mungkin telah menemukannya? “Aku benar-benar takut.”
“Aku adalah orang yang paling tidak menakutkan yang akan datang dan menemuimu,” jawab Young Do yang juga dibenarkan oleh Eun Sang. Young Do bertanya apakah Eun Sang akan tinggal di sini? Apa Eun Sang benar-benar tak ingin kembali ke Seoul?
Eun Sang menjawab kalau ia akan kembali setelah Kim Tan melupakannya. Young Do langsung menjawab, “Berarti aku akan segera bertemu denganmu.” Eun Sang tersenyum kecil mendengar guyonan Young Do.
Young Do meminta Eun Sang untuk tidak berbuat bodoh dengan mendaftarkan nomor HP baru atas namanya sendiri dan berkata kalau Eun Sang tak berpengalaman dalam melarikan diri dan menawarkan,”Apa kau mau melarikan diri bersamaku? Anggap saja itu sebagai pengalaman.”
“Young Do-ya..” pinta Eun Sang, seakan meminta Young Do untuk tak bercanda.
Young Do menghela nafas dan berkata kalau Eun Sang baru saja melukai hatinya. Ia pun memotong ucapan Eun Sang yang meminta padanya, “Jangan memintaku untuk tak datang. Aku sudah melakukan sesuatu yang cukup membuat ayahku bisa membunuhku agar aku bisa datang kemari.Aku akan datang lagi.”
Dan benar saja. Presdir Choi langsung memanggil anaknya dan bertanya siapakah Cha Eun Sang itu, karena pesan itu telah membuat website hotel jadi kacau balau.
Young Do menjawab kalau itu adalah nama gadis yang ia sukai dan bukan Eun Sang yang menuliskan pesan itu, melainkan dirinya sendiri. “Ia lenyap dalam semalam, dan hanya itu satu-satunya cara bagiku untuk menemukannya.”
Presdir Choi berkata kalau Young Do akan menjadi wajah dari hotel mereka tapi mengapa Young Do harus merusak citranya hanya untuk menemukan seorang gadis, bahkan membuat seluruh dunia tahu?
“Karena jika aku tak menemukannya, aku bisa gila,” Young Do mengaku. “Aku bersedia menerima hukuman. Tapi jangan suruh aku untuk tak menemuinya. Jangan ikut campur. Ayah dapat mencampuri semua yang ada dalam hidupku, tapi jika tentang wanita, Ayah tak memiliki hak sama sekali.”
Presdir Choi sesaat terdiam, tapi ia kemudian menyetujui permintaan Young Do, membuat Young Do terkejut, tak menduga reaksi ayahnya seperti itu. Presdir Choi berkata kalau Young Do akhirnya sadar kalau tak akan dapat mengalahkannya, dan sekarang memilih bernegosiasi karena itu lebih bijaksana daripada pertarungan sengit.
Presdir Choi mengajak anaknya bersama Esther dan Rachel untuk merayakan kerjasama yang baru saja diresmikan antara Hotel Zeus dan Jeguk untuk pembangungan Convention Center. Namun belum sempat mereka bersulang, Presdir Choi mendapat telepon dari kejaksaan dan Presdir Choi marah-marah hingga membentak si penelepon yang merupakan jaksa karena hendak menyelidiki hotelnya.
Setelah menutup telepon, Presdir Choi menjelaskan dengan tenang kalau yang menelepon adalah orang yang bertugas melakukan pemeriksaan berkala akan pajak. Presdir Choi juga mengusulkan pada Esther untuk memajukan jadwal pernikahan mereka.
Tapi Esther tahu lebih banyak dan berkata kalau ia tak bisa melanjutkan pernikahan ini. Ia mendengar selentingan kabar dan tahu kalau telepon itu adalah pertanda dari kebenaran kabar itu. Mereka akan bicara hal ini berdua besok, tidak di depan anak-anak. Ia pun menarik Rachel pergi.
Wow, Esther tenang banget mutusin pertunangan. Dia ini lagi memutuskan hubungan pertunangan atau PHK karyawan, ya?
Tapi Presdir Choi pun juga tenang diputuskan seperti itu. Merasakan kekhawatiran Young Do, ia meminta anaknya untuk tak mengkhawatirkan kelangsungan Hotel Zeus karena ia akan menyerahkan hotel itu dengan tanpa cela. Young Do gusar sekali karena, bukan itu yang dikhawatirkan oleh Young Do.
Rachel pun sama khawatirnya dengan Young Do. Ia mengejar ibunya dan bertanya apakan ayah Young Do akan dipenjara? Apakah Hotel Zeus akan hancur? Apa karena itukah ibunya memutuskan pertunangan?
Esther membantah kalau Zeus akan hancur karena tak ada konglomerat yang bisa jatuh, “Rezim bisa berubah, tapi chaebol itutak akan pernah berubah selamanya. Apa kau tak tahu itu? Aku hanya tak mau terkena lumpur karena bersamanya. Karena itulah aku memutuskan pertunangan.”
“Syukurlah.”
“Karena aku putus?”
“Karena Young Do tak akan bangkrut,” jawab Rachel membuat Esther heran. Apa anaknya mulai menyukai Young Do. Rachel menjawab kalau hubungan mereka lebih ke arah bersahabat, “Hanya ia satu-satunya orang yang mengerti penderitaanku karena Ibu.”
Well.. berarti shipping Rachel – Young Do pun tenggelam.
Tan kembali ke apartemen yang kosong lagi. Ia menatap dreamcatcher yang tergantung dan teringat akan ucapan Eun Sang saat di Amerika, “Hanya akan ada mimpi yang indah yang melewati lubang-lubang itu.
Teringat Eun Sang yang melambaikan tangan di CCTV untuk mengucapkan selamat tinggal, ia pun juga melepas dreamcather itu.
Keesokan harinya, Won dikagetkan dengan permintaan Tan yang menemuinya di kantor. Tan berkata kalau ia akan melakukan semua yang Won katakan. Kembali ke Amerika, memberikan semua saham, dan tak akan pernah kembali dan menemuinya selama-lamanya. Ia akan melakukan semua itu, “Hanya selamatkanlah Eun Sang dari ayah dan aku. Aku telah menghancurkannya.”
Tan menjelaskan kalau rasa sukanya telah mendorong Eun Sang ke jurang. Ia telah menghancurkan semuanya. Rumah, sekolah, teman-teman, bahkan juga masa depannya. “Aku melakukan sebaik-baiknya untuk bisa bersama dengannya. Tapi bagaimana mungkin hanya inilah caraku satu-satunya untuk melindunginya? Kenapa hanya ini cara satu-satunya?” tanya Tan marah dan frustasi.
Mendengar nada Tan, Won bertanya apa Tan ini sedang meminta bantuan atau ingin berkelahi? Tapi Tan tak peduli. Ia sekarang sedang memberikan Won kesempatan untuk mengambil semuanya yang bisa diambil Won darinya. Hanya satu yang dilakukan Won, “Bantulah Eun Sang kembali ke tempat ia berada sebelumnya.”
“Kau tak akan bertemu dengannya lagi? Apakah kau tak masalah dengan seperti itu?”
“Aku akan menemuinya hanya sekali lagi.”
Eun Sang menutup toko dan berdiri di depan. Hujan sedang turun dan ia tak membawa payung. Ia melihat Tan berdiri di seberang jalan, menatapnya. Menunggunya.
Eun Sang panik melihat Tan lagi. Saat Tan menghampirinya dan berdiri di depannya, Eun Sang berkata marah, “Kau tak boleh ada di sini. Apa yang harus kulakukan jika kau terus datang padaku seperti ini?”
“Maaf.”
“Kalau begitu, pergilah! Aku sedang melarikan diri darimu. Kenapa kau menemukanku?”
“Maaf,” jawab Tan pelan. Ia akan mengembalikan semua yang pernah ia hancurkan. Sekolah, rumah dan teman-teman, dan kehidupan sehari-harinya. Tan juga akan mengembalikan semua seperti saat sebelum mereka bertemu.
Eun Sang berusaha menahan air matanya saat berkata kalau Tan tak perlu melakukan hal itu karena ia tak ingin kembali dan sudah menyukai tempat tinggalnya yang sekarang. “Yang harus kau lakukan sekarang adalah tak membuatku pindah ke kota lainnya.”
“Dari awal kita bertemu, apakah aku sudah memberimu masalah?” tanya Tan pelan. Eun Sang berusaha membuat suaranya tak bergetar saat ia mengiyakan. Tan mengerti dan berjanji tak akan pernah datang lagi, “Aku minta maaf karena pernah memintamu untuk meraih tanganku dan menjadi berani. Selamat tinggal, Cha Eun Sang.”
Kali ini Eun Sang tak dapat menahan air matanya saat Tan menyerahkan payung yang ia pegang, dan pergi menembus hujan tanpa menoleh lagi. Eun Sang menjatuhkan payungnya dan menangis tersedu-sedu.
Di rumah, Presdir Kim membentak Tan yang kembali dengan badan basah karena hujan dan memberitahukan kalau ia baru saja menemui Eun Sang. Tapi Tan berkata kalau ia tak akan pernah menemui Eun Sang lagi. “Ayah telah menang. Dan aku sudah kalah. Jadi jangan sentuh dirinya lagi.”
Presdir Kim menyebut anaknya bodoh dan bertanya mengapa ia harus peduli jika menghilangkan seorang gadis dari kehidupan anaknya. Tan marah dan berteriak, “Karena itu melukai perasaanku! Rasanya sangat sulit dan aku sekarang kehilangannya. Rasanya hidupku sudah seperti sampah!”
Bahkan Presdir Kim pun kaget mendengar luapan perasaan Tan.
Tan keluar dari ruang kerja ayahnya, sementara ibunya sudah menunggu di luar dengan cemas. Nyonya Han mencoba mengeringkan badan Tan yang basah kuyup karena hujan. Tapi Tan tak mau dan masuk ke kamar.
Nyonya Han semakin panik mendengar suara barang dibanting dan dipecah dari dalam kamar. Pintu kamar Tan terkunci dan Nyonya Han meminta Tan untuk membuka pintunya. Tapi Tan mlah membentak, menyuruh ibunya pergi dan semakin menghancurkan seisi kamarnya. Presdir Kim bahkan sampai naik ke atas dan mengintip apa yang sebenarnya terjadi.
Tan masuk sekolah dengan tangan berbalut perban akibat menghancurkan barang-barang semalam. Tan seakan tak peduli sedikitpun pada keramaian di dalam kelasnya. Pandangannya kosong. Young Do yang duduk di belakangnya terus memandanginya.
Bel berbunyi tanda pelajaran akan dimulai. Tapi Tan malah berdiri untuk keluar ruangan, membuat Hyun Joo yang baru saja muncul menyuruhnya untuk duduk kembali. Tapi seakan tak mendengar, Tan malah terus berjalan keluar.
Hyun Joo memanggil Hyo Sin dan bertanya tentang Tan. Murid-murid lain memberitahukan kalau Hyo Sin adalah teman terdekat Tan. Hyun Joo bertanya apa Hyo Sin tahu masalah yang sedang dihadapi Tan?
Hyo Sin tak menyangka kalau ia dipanggil kemari hanya untuk ditanyai masalah itu. Hyun Joo yang tak sadar, malah bertanya apakah ada hal lain yang ingin dibicarakan Hyo Sin? Apakah tentang ujian masuk universitasnya?
Hyo Sin menghela nafas dan akhirnya menjelaskan, “Kau melihatku mencium seorang gadis. Kau seharusnya membicarakan hal itu dulu. Aku melakukannya untuk menunjukkan padamu.”
Tapi Hyun Joo malah salah sangka atau berpura-pura bodoh, “Jadi kau sudah mulai suka pada seorang gadis? Apakah ini akan membuatmu menjadi semakin lebih baik lagi? Kuanggap itu sebagai hal yang menguntungkan.”
“Apanya yang untung? Kau juga sudah tahu siapa yang kusukai,” jawab Hyo Sin, membuat Hyun Joo tak nyaman dan mengusulkan mereka kembali membicarakan Tan. Tapi itu malah membuat Hyo Sin kesal. Kenapa Hyun Joo sangat peduli pada Tan. “Apa kau ini juga tutornya?”
“Ia adalah adik temanku,” jawab Hyun Joo singkat.
Tapi hal itu sudah membuat Hyo Sin heran. Bagaimana Hyun Joo bisa mengenal Won? Mereka tak pergi ke universitas yang sama. Melihat wajah Hyun Joo yang bingung seakan mencari alasan, Hyo Sin pun sadar, “Apa kau pacaran dengannya?”
Hyun Joo menjawab tidak. Tapi Hyo Sin tak percaya. Dan mengetahui betapa jauh perbedaannya dnegan Won, membuat ia merasa Hyun Joo pasti menganggapnya hanya sebagai lelucon saja. Ia pun pergi dan menyuruh Hyun Joo untuk menanyai pacar Tan saja untuk mendapatkan informasi lebih lengkap.
Tan membolos untuk menonton film di bioskop seperti yang Eun Sang lakukan. Pergi ke toko yang menjual dreamcatcher. Tapi toko itu juga telah tutup dan tempatnya disewakan. Tan tidur masih dengan memakai bajunya, bahkan jaketnya. Diam-diam air mata jatuh dari matanya yang terpejam.
Keesokan harinya, Tan berpapasan dengan mata-mata ayahnya. Melihat orang itu memabawa amplop, ia langsung merebut amplop itu dan membuang isinya ke tanah. Terlihat foto-foto Eun Sang dan ibunya di kotanya yang baru.
Sebelum ditanya, mata-mata itu beralasan kalau Presdir Kim memintanya untuk mencari tahu keberadaan gadis itu.
Won datang lebih awal ke blind date yang sudah diatur untuknya. Teman kencannya datang dan ternyata gadis itu juga sudah punya pacar. Keduanya sama-sama tak tertarik, bahkan Won mengatakan kalau ia pergi lebih dulu karena kelakuan gadis itu yang tak sopan.
Saat itu, ia menerima telepon dari kepolisian. Ternyata Tan ditangkap karena ketahuan ngebut dan tak memiliki SIM. Won marah melihat Tan seperti itu. Apakah Tan pikir ini adalah Amerika? Tapi Tan tak peduli dan bertanya sampai kapan ia harus tinggal di sini?
Won berkata kalau cara Tan ini salah. “Pemberontakan seperti ini tak akan ada gunanya.”
“Pemberontakan?” tanya Tan mencemooh. “Kedengarannya bagus. Apakah kau sekarang senang? Sekarang tak ada lagi anggota keluarga yang bisa menghalangi jalan mu. O iya... Kita bukanlah keluarga.” Tan berdiri dan sebelum pergi ia menyuruh kakaknya mengurus ini semua. Siapa tahu Won nanti membutuhkan bantuannya lagi.
Won melaporkan hal ini pada presdir Kim. Dan sepeti biasa, Presdir Kim hanya marah-marah mendengar kelakuan Tan. Seakan membela Tan, Won berkata kalau Tan adalah pria yang setengah dewasa yang bertindak seperti orang dewasa, dan sekarang Tan sedang jatuh.
Tentu saja Presdir Kim meremehkan Tan, “Kenapa ia tak menguatkan diri lebih dulu sebelum ia jatuh?”
Won pun menjawab, “Tan selalu mengetuk pintu kamarku selama 18 tahun bahkan saat aku membencinya. Dia sangat baik dan jujur. Ayah tentu tak dapat membayangkan betapa kuatnya ia agar bisa menjadi seperti itu. Dan sekarang ia sedang hancur. Apakah ayah tak bisa melihatnya?’
Presdir Kim tak mau bicara lagi tentang Tan dan malah bertanya tentang pertemuan blind date Won. Tapi Won malah bertanya, “Apakah Ayah mengusir gadis yang disukai Tan?”
Tapi Ayah malah menyuruh untuk membina hubungan dengan gadis anak perusahaan telekomunikasi karena mereka sedang membutuhkan provider telekomunikasi. Won bertanya lagi hal yang sama dan mengatakan ayahnya tak perlu melakukan hal sedrastis itu, “Apakah aku tak cukup bagi Ayah?”
Presdir Kim malah menyalahkan Won, “Kalau kau memang memuaskanku, aku tak perlu melakukan hal seperti ini pada adikmu. Tapi lihat apa yang sudah kau lakukan dengan Hyun Joo? Maka aku tak dapat membiarkannya seperti ini. Kedua ibu kalian sama-sama tak ada gunanya. Jika kalian tak memiliki ipar yang kuat, bagaimana bisa membangun bisnis kita?”
Uhh… Presdir Kim ternyata setali tiga uang dengan Esther dan Presdir Choi.
“Tak bisakah Ayah mempercayakan semuanya pada kami?” tanya Won. Presdir Kim bergeming dan berkata kalau ia akan percaya saat Won bisa membawa putri anak pengusaha BS Telecom itu ke hadapannya.
Won tak percaya mendengar ucapan ayahnya, “Ayah mengatakan kalau itu adalah bentuk kepercayaan?”
Tapi bagi Presdir Kim, hal itu sudah final. Ia menyuruh Won pergi karena ia sudah lelah.
Rachel pergi ke UKS karena merasa pusing. Tapi di sana ia menerima telepon. Dan setelah telepon ditutup, ia menerima SMS. Dari Hyo Sin yang bunyinya : Diamlah kalau sedang di UKS.
Rachel terbelalak membaca SMS itu. Ia langsung menghampiri satu tempat tidur yang tertutup tirai dan membukanya. Taraaa… Ada Hyo Sin di sana dan tersenyum sambil melambai ke arahnya.
Aww.. cute. Mungkin Rachel pun berpendapat sama, karena ia langsung merasa canggung dan menutup tirai itu kembali. Ia kembali ke tempat tidurnya dan menutup tirainya. Ada SMS kedua : Kenapa kau terlihat canggung saat berada di dekatku?
Aku tak merasa canggung, aku hanya merasa malu.
Kenapa?
Bisakah kita melupakan apa yang sudah terjadi?
Hyo Sin nyengir membaca SMS itu dan membalas, Walau semua orang sudah mengetahuinya, tapi baiklah.
Rachel jelas kesal dijawab seperti itu, maka ia menulis : Kau ini tak mengambil ujian masuk universitas. Kenapa juga kau masuk sekolah? Apa kau sudah bersiap untuk gagal?
Tiba-tiba tirai tempatnya terbuka, mengagetkan Rachel. Hyo Sin berdiri di hadapannya dan bertanya, “Haruskah aku gagal?”
Rachel menantang Hyo Sin, memang apa yang akan Hyo Sin masuki jika ujiannya gagal? Hyo Sin menjawab, “Apa kau tak melihat aku memenangkan juara pertama di Asia Youth Short Film Festival? Aku dapat masuk ke sekolah film di manapun di Korea dengan menggunakan portofolio itu”
“Kalau begitu kenapa kau harus belajar?”
“Karena mengetahui lebih banyak itu sangatlah bagus,” jawab Hyo Sin, membuat Rachel memandangnya dengan apresiasi lebih. Mereka berdua saling berpandangan, dan saat sadar, Rachel benar-benar merasa malu dan berkata judes, “Aku sedang pusing.”
Rachel langsung menutup tirai tempat tidurnya, membuat Hyo Sin heran dan bingung.
Myung Soo mengajak Young Do untuk pergi ke klub karena ada DJ-DJ keren. Tapi Young Do tahu kalau Myung Soo pergi ke sana bukan untuk menikmati musik tapi untuk melirik cewek-cewek. Tapi bagi Myung Soo, gadis itu adalah musik.
Bo Na pun bertanya pada Chan Young, kalau bagi Chan Young, dirinya itu seperti musik apa? Chan Young langsung menjawab, “Lagu-lagu pujian.”
Tapi Myung Soo langsung menambahkan pendapatnya tentang Bona, “Death metal.” Bwahaha.. Bo Na langsung menyerang Myung Soo, tapi Myung Soo juga langsung bertahan, “Diam di sana. Kalau tidak aku akan mencurimu dari Chan Young!”
Kali ini Chan Young berdiri dan kesal, hendak memukul Myung Soo. Bo Na langsung tersenyum senang, “Wow …. Pacarku cemburu!” Dan Myung Soo pun sadar, “Wow.. aku baru saja diperalat.”
Bo Na mengkhawatirkan Kim Tan yang mereka biarkan saja seperti itu. Wajahnya sangat kacau. Chan Young yang masih marah pada Tan malah berharap besok luka-luka Tan tetap seperti itu dan Tan menimbulkan banyak masalah besok karena besok adalah perayaan ulang tahun Jeguk.
Young Do mendengarkan percakapan keduanya dan nampak kekhawatiran di wajahnya.
Dan kekhawatiran mereka terbukti. Di saat Presdir Kim memberi pidato, semua orang malah memperhatikan Tan yang duduk dengan tatapan kosong dan wajah yang babak belur. Bahkan Nyonya Jung dan Won pun juga melirik pada penampilan Tan, tapi mereka hanya bisa menghela nafas saja.
Young Do akhirnya pergi clubbing. Dan ia melihat Tan keluar dari club dengan mabuk bahkan menabrak orang-orang yang berpapasan dengannya. Salah satu orang yang ditabrak, marah. Tapi Tan malah memukul orang itu. Mereka pun berkelahi.
Young Do akhirnya turun tangan. Ia menahan Tan dan menggantikan orang yang ditabrak, ia yang berkelahi dengan Tan. Tapi Tan seakan tak peduli. Ia terus melayangkan tinjunya namun tak peduli untuk melindungi dirinya. Ia seperti merusak dirinya sendiri.
Akhirnya Young Do pun membanting Tan ke tanah. Young Do memandang Tan yang bahkan tak mengeluh kesakitan walau mulutnya sudah mengeluarkan darah. Akhirnya ia berkata, “Jika kau sangat merindukan Cha Eun Sang, setidaknya pergilah melihatnya.”
“Aku tak akan pergi lagi,” jawab Tan. “Ambillah dia.”
Young Do terkejut mendengarnya. Ia menoleh dan melihat Tan meneteskan air mata.
(Bersamnbung)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !