Home » , » THE HEIRS (2014) EPISODE 12-2

THE HEIRS (2014) EPISODE 12-2

Written By Regina Kim on Saturday, December 13, 2014 | 12:09 AM


Drama: The Heirs (2014)
also known : The InheritorsHeritors
The One Trying to Wear the Crown, Bears the Crown – The Heirs
He Who Wishes To Wear the Crown, Endure Its Weight – The Heirs
One Who Wants to Wear the Crown, Bear the Crown – The Heirs
Those Who Want the Crown, Withstand the Weight of it – The Heirs

Genre : Romance,Comedy,Drama,School
Written by Kim Eun-sook
Directed by Kang Shin-hyo
Country of origin South Korea
Originallanguage(s) Korean
No. of episodes 20


CAST : 




SINOPSIS LENGKAP


Di koridor sekolah, Eun Sang melihat Tan sedang mengambil buku di lokernya. Buru-buru Eun Sang menghampiri lokersnya sendiri, pura-pura menyibukkan diri mengambil buku pelajarannya.


Melihat Tan berjalan melewatinya, ia menunduk walau ekor matanya tetap memperhatikan Tan. Tapi Tan berjalan tanpa melihat sedikitpun pada Eun Sang.


Akhirnya Eun Sang yang memberanikan diri untuk melihat punggung Tan, seperti ingin memastikan apakah Tan benar-benar mengacuhkannya. Ia menghela nafas, menyadari kalau semua itu memang terjadi.



Di ruang broadcasting, Eun Sang terkejut melihat banyak hadiah di atas meja. Bo Na mengatakan kalau hadiah-hadiah itu adalah hadiah dari para fans Hyo Sin, karena Hyo Sin menang dalam Asian Youth Film Award. 


Tapi ada kabar yang lebih mengejutkan lagi yang dimiliki Bo Na. Bo Na meminta agar Eun Sang tak terlalu terkejut pada apa yang akan ia beritahukan, “Choi Young Do menyukaimu.”

Eun Sang berusaha pura-pura terkejut. Bo Na meminta agar Eun Sang diam-diam saja mengenai hal itu. Hanya Myung Soo dan ia saja yang tahu jadi ia meminta Eun Sang untuk tetap menjaga ini sebagai rahasia.


Hyo Sin muncul dan melihat kedua gadis itu bisik-bisik, ia bertanya apakah mereka sedang membicarakan dirinya? “Kelihatannya kalian menjadi berteman karena menggunjingkanku.”


Ha.. Bo Na langsung menyanggah kalau ia tak berteman dengan Eun Sang. Tiba-tiba Tan masuk dan mengetuk pintu. Heheh.. bukannya kebalik, ya? Ketuk pintu dulu baru masuk? Melihat siapa yang datang, Eun Sang langsung mengalihkan pandangan matanya, menghindari Tan.


Hyo Sin melarang orang yang tak dikenal masuk ke ruangan broadcasting. Tan langsung menimpali, “Apa di ruangan ini ada yang tak kukenal?”


Eun Sang merasa tersindir, tapi Bo Na lebih tersindir lagi. Ia berbisik pada Eun Sang, “Uhh.. ia membuatku gila. Pasti ia berkata begitu agar aku mendengarnya.” 


Tanpa menoleh, Tan berkata pada Bo Na kalau ia mendengar bisikan itu. Pada Hyo Sin, ia berkata kalau ia datang karena membaca di papan pengumuman tentang kemenangan Hyo Sin. Hyo Sin menimpali, “Aku tak memenangkan penghargaan itu agar kau mau main ke ruanganku.”

Tan tertawa dan bertanya apa genre film yang dibuat Hyo Sin. Horror? Film yang menakutkan seperti Friday the 13th? Eun Sang akhirnya menoleh pada Tan karena mendengar nama film itu disebut. Hyo Sin menjawab kalau selera filmnya selalu mengarah cinta dan nafsu dan genre yang disebut Tan tadi lebih ke genre favorit Eun Sang.

Bo Na kaget mendengar jenis film kesukaan Eun Sang adalah horror. Eun Sang menambahkan kalau ia menyukai film horror, thriller, occult dan splatter. Hyo Sin terkejut akan jenis horror yang dipilih Eun Sang. Eun Sang mengatakan kalau ia bercita-cita membuat film horror yang penuh mimpi dan harapan.


Tan diam dan tak ikut dalam pembicaraan itu. Hyo Sin menyadari hal itu dan bertanya mengapa Tan dan Eun Sang saling menghindar dan tak mau saling melihat? Bo Na menatap keduanya dan berkata, “Eh, kalian tak perlu melakukan itu untuk menjaga perasaanku!”



Hahaha… narsis dan clueless..


Tapi Tan malah menggunakan ke-clueless-an Bo Na itu dengan mengatakan kalau ia ketahuan. Jadi sebaiknya ia pergi. Hyo Sin heran melihat Tan pergi begitu saja dan bertanya lagi, kenapa Tan kemari?


Tanpa menoleh ke belakang, Tan menjawab, “Aku hanya ingin menemui.” Tanpa menjelaskan obyek kalimatnya, Tan berlalu pergi.

Eun Sang menatap kepergian Tan dengan sedih. Hyo Sin berteriak, bertanya, “Siapa? Aku?” Bo Na menimpali Hyo Sin, “Tentu saja dia bicara tentang aku.” 


Tan menemui Nyonya Jung dan meminta agar Nyonya Jung mengundang Rachel dan ibunya ke rumahnya. Mulanya Nyonya Jung ingin menolak permintaan Tan, tapi ia teringat ancamannya pada Nyonya Han. Bagaimana ia akan menunjukkan istri simpanan suaminya itu, serendah apa posisi Nyonya Han yang sebenarnya. Maka ia pun menyetujui usulan Tan.


Esther mengadakan fashion show dengan mengundang hanya orang-orang elit. Dan ia mengerutkan kening tak suka melihat ibu Ye Seul yang datang ke acara fashion show ini. Rachel yang sedari tadi bosan dan ingin cepat pergi dari tempat itu, heran akan sikap ibunya. Bukankah ibu Ye Seul memiliki bisnis air kemasan? Esther memberitahu kalau usaha ibu Ye Seul itu bukanlah bisnis air seperti itu, “Dia adalah pemilik bar terbesar di Gangnam.”

Rachel terbelalak mendengar informasi itu. Mereka memandangi ibu Ye Seul yang asyik bicara di telepon, dan tak menyadari jati dirinya sudah terkuak.


Ibu Ye Seul sedang bicara dengan Nyonya Han yang menceritakan tentang hubungan antara Tan dan Eun Sang. Ibu Ye Seul mengatakan Eun Sang menusuk Nyonya Han dari belakang walau sudah dibantu dengan berpura-pura sebagai ibunya dan membiayai semua biaya kemah untuk satu sekolah.


Tapi Nyonya Han mengatakan kalau sepertinya Tan-lah yang suka pada Eun Sang dan Tan yang mengikuti Eun Sang terus. Ia juga mengatakan kalau ibu Eun Sang akan keluar dari pekerjaannya dan ia sudah mengijinkannya.

Ibu Ye Seul langsung keluar logat daerahnya, walau langsung ia perbaiki. Ia menyuruh temannya untuk tak membiarkan ibu Eun Sang keluar karena ibu Eun Sang sudah memegang banyak rahasia Nyonya Han.


Pembicaraan mereka terhenti karena Ibu Eun Sang muncul untuk memberitahukan kalau Nyonya Jung datang dan akan mengundang Rachel dan ibunya ke dalam rumah ini. Nyonya Han terkejut setengah mati. Ia segera keluar dan menemui Nyonya Jung yang sedang mengawasi pelayan yang sedang membersihkan debu di foto keluarga Kim.

Inilah rupanya alasan mengapa tak ada foto keluarga di rumah sebesar ini. Foto keluarga itu berisi empat orang tanpa Nyonya Han di dalamnya. 


Nyonya Han langsung protes. Dengan banyaknya restoran di luar sana, mengapa Nyonya Jung mengundang keluarga Rachel ke rumah ini hanya untuk makan malam saja? Dia kan juga tinggal di rumah ini?


Nyonya Jung tak mempedulikan protes Nyonya Han, bahkan menyuruh pelayan untuk menggantung foto keluarga itu di tempat yang kosong. Nyonya Han marah karena Nyonya Jung ingin menggantung foto tanpa konsultasi dengannya sebagai pemilik rumah. Nyonya Jung pun menyalak, “Kau bergurau ya? Kau ini hanya istri simpanan yang numpang tinggal di sini!”

“Benar. Aku ini istri simpanan yang numpang tinggal di sini. Dan Rachel pasti akan sangat menghargai istri simpanan yang tinggal di rumah ini, kan?” ancam Nyonya Han. “Beraninya kau melakukan ini tanpa bertanya pada Pak Presdir terlebih dulu.”

“Tentu Saja Pak Presdir tahu akan hal ini,” jawab Nyonya Jung sangat manis. “Apa kau tak mendengar hal ini dari Tan?”

Nyonya Han terkejut mendengar Tan juga tahu hal ini. Ia hampir menangis saat tahu kalau Tan-lah yang merencanakan semua ini.


Eun Sang pergi ke kafe tempatnya bekerja. Betapa terkejutnya ia karena melihat Tan sudah berdiri di depan kafe, menunggunya. Dan menatap ke arahnya. Bahkan berjalan menghampirinya.


Eun Sang gugup namun menatap Tan penuh harap, “Apakah .. kau dapat melihatku sekarang?”


“Apakah kau baik-baik saja?” tanya Tan. Eun Sang mengangguk dan menunduk. “Apakah kau suka tidur di luar? Apakah kau suka tak melihatku? Apakah kau suka melepaskan tanganku?” Eun Sang hanya diam, mendengar Tan seakan memarahinya. Dengan suara lebih lembut, Tan berkata, “Senang bertemu denganmu dalam mimpi, kemarin malam.”


Eun Sang mencoba tak mengindahkan ucapan Tan dan berkata kalau ia sudah terlambat, “Aku harus pergi sekarang. Kau juga harus pergi. Jika aku terlambat, maka..”


Mendadak Tan mencondongkan badannya dan mengecup bibir Eun Sang, mengejutkan Eun Sang sehingga ia terdiam.


Tan tersenyum dan bertanya, “Apa kau pikir aku akan mendengarkanmu saat kau menyuruhku pergi? Kau sudah meninggalkanku di tengah jalan yang berbahaya. Tanpa pesan, tanpa menelepon kembali. Dan kini kau menyuruhku pergi dengan mudahnya. Padahal kau juga kangen padaku”

“Aku tak kangen padamu..” bantah Eun Sang. Namun ia mendapat hukuman dengan kecupan di bibir sekali lagi.

Eun Sang berusaha membentaknya, tapi Tan malah mengancam, “Jangan coba-coba untuk berbohong lagi.” Eun Sang akhirnya menutup mulutnya.

Tan mengatakan kalau ia datang kemari untuk melarang Eun Sang agar tak datang ke rumahnya. Eun Sang menjawab kalau ia memang sudah pindah dari rumah itu. Tapi Tan menambahkan kalau Eun Sang tetap tak boleh datang walau ibunya menyuruhnya datang.

Eun Sang heran akan maksud larangan itu. Tapi Tan hanya tersenyum dan beranjak pergi. Eun Sang menatap kepergian Tan dan menduga-duga apa maksud ucapannya.


Pelayan memberitahukan kalau tamu Nyonya Jung sudah datang. Nyonya Han bertanya apakah ini cara Nyonya Jung untuk membalas dendam padanya? Dengan sinis Nyonya Jung berkata, “Sudah kukatakan kalau aku akan memberitahukanmu di mana tempatmu yang sebenarnya.”

Nyonya Han sudah hampir menangis, apalagi saat Nyonya Jung menyuruhnya segera masuk ke kamar sebelum ia membuka pintu itu. Di dalam kamar ia menangis tanpa suara. Ibu Eun Sang masuk ia memalingkan wajahnya agar air matanya tak terlihat.


Tapi Ibu Eun Sang sudah melihatnya. Ia meletakkan segelas air di meja, dan menuliskan apa yang terjadi di luar sana. Nyonya Han bertanya apakah Tan sudah hadir? Ibu Eun Sang hanya bisa menatapnya dengan iba.


Di ruang makan, mereka berempat makan malam dengan ceria. Esther menggoda anaknya yang sangat bawel saat fashion show karena ingin segera datang ke rumah Tan, membuat Rachel malu.


Presdir Kim dan Nyonya Jung memuji Rachel. Bahkan Presdir Kim juga mengagumi Rachel yang menggemari permainan baduk. Rachel berkata kalau ia menyukainya karena sangat mengesankan. Untuk selalu berada di dekat musuh, seseorang harus melawan secara agresif dengan memasang wajah setenang mungkin.



Presdir Kim sangat senang sekali mendengar jawaban Rachel. Tan muncul dan meminta maaf karena datang terlambat. Rachel tersenyum dan berkata kalau ia tak menunggu lama.


Tan mengajak Rachel untuk ke kamarnya. Ajakan itu membuat Rachel terkejut karena sikap Tan yang tak biasanya. Ia minta ijin dulu kepada Nyonya Jung sebelum mengiyakan ajakan Tan. Nyonya Jung memperbolehkan.

Mereka pun naik ke atas dengan pujian dari Esther, “Tan nampak seperti orang ningrat.” Dan ditimpali oleh Nyonya Jung, “Maka dari itu, Tan bertemu dengan Rachel yang seperti putri.”


Mereka naik ke atas. Tapi di depan kamar, Rachel tak masuk. Ia ingat pada apa yang dikatakan Young Do saat datang ke rumah Tan. Karena ia ingin menjadi tunangan yang baik, maka ia akan memberi kesempatan pada Tan untuk menyembunyikan hal itu. Tan berkata kalau tak ada yang ia sembunyikan, “Hanya jangan terlalu terkejut kalau aku mengungkapkan segalanya.”

“Mengungkapkan apa?” tanya Rachel sambil berjalan masuk ke kamar.

“Kelemahan.”

“Jika kau tahu kelemahan musuhmu, maka kau dapat memahaminya lebih baik,” jawab Rachel. Tan pun menimpali kalau begitu hari ini Rachel akan mendapat jackpot.


Rachel masih tak mengerti apa yang Tan bicarakan. Ia melihat dreamcatcher yang tergantung di jendela dan ingat kalau barang itu tergantung di rumah Tan di America dan heran mengapa Tan menyimpan barang murahan seperti itu.


Tan tak menjawab dan meminta Rachel untuk duduk. Rachel merajuk, berkata ironis sekali karena ia bisa datang ke rumah Tan saat ia mengancam untuk memutuskan pertunangan. Tan minta maaf, dan Rachel berkata kalau Tan tak perlu minta maaf. Tapi Tan menjawab, “Aku ingin meminta maaf sebelumnya.”


“Sebelumnya?” Rachel heran mendengarnya. “Apa kau akan melakukan sesuatu yang buruk?”

“Ya. Kau penasaran, kan pada apa yang dilihat Young Do di sini? Aku akan menunjukkan padamu sekarang,” jawab Tan, membuat Rachel semakin heran.


Nyonya Jung mengunjungi istri simpanan suaminya di kamar. Ia berkata kalau sudah lama sekali sejak ia melihat Nyonya Han seperti ini. “Sudah 18 tahun, kan? Saat itu aku menangkap basah dirimu. Saat itu pasti kau tak tahu kalau tempatmu akan selalu berada di sini. Di rumah besar ini, hanya kamar inilah kau bisa menikmati kebebasanmu.”


Walau menangis, Nyonya Han tak menghiraukan ucapan Nyonya Jung. Ia menyuruh Nyonya Jung pergi karena ada tamu di luar sana, tapi Nyonya Jung menyiramkan air ke wajahnya.


“Tutup mulutmu,” bentak Nyonya Jung. “Kau sudah berlaku kasar. Kau pikir siapa dirimu menyuruhku keluar?”


Tan masuk dan melihat wajah ibunya basah kuyup dan penuh air mata. Ia segera mengeringkan wajah ibunya dengan handuk walau ibunya meminta Tan untuk tak menghiraukannya. Nyonya Han khawatir kalau Presdir Kim akan mencari-cari Tan.

Nyonya Jung menghela nafas dan sebelum pergi ia berkata sinis, “Mungkin untuk alasan inilah kenapa orang memiliki anak.”


Tan menggenggam tangan ibunya dengan erat dan meminta ibunya untuk tak pernah melepaskan tangannya. “Ayo kita kelur,” pinta Tan dan menarik tangan ibunya.


Nyonya Han meronta, namun Tan tetap membawa ibunya ke ruang tengah. Presdir Kim kaget melihat mereka muncul. Begitu pula Esther yang langsung mengenali Nyonya Han sebagai ibu Cha Eun Sang.


“Tidak. Yang Anda lihat itu salah. Wanita yang ada di sampingku ini.. “ Nyonya Han mencoba mencegah anaknya, tapi Tan menggenggam tangan ibunya semakin erat, “.. adalah ibuku.”

Semua kaget mendengarnya. Presdir Kim terbelalak mendengar Tan melanjutkan ucapannya, “Ia adalah ibu kandungku, yang telah melahirkanku.”

“Dan aku adalah anak kedua Presdir Grup Jeguk, anak di luar nikah Kim Nam Yoon. Aku menyadari apa dampak pengakuan ini bagi ayahku, Bu Presdir, CEO Lee dan teman lamaku. Karena itu, pertunangan ini seharusnya dihentikan saja.”


Esther dan Rachel tercengang mendengar pengakuan. Presdir Kim berkata dengan tenang kalau ia akan menelepon Esther untuk memutuskan tanggal (pernikahan). Tapi Esther berdiri dan berkata kalau ia yang akan memutuskan tanggalnya. Dan ia juga yang akan menelepon Presdir Kim.

Ia langsung menarik Rachel yang masih tertegun akan kenyataan yang baru saja ia dengar ini. Nyonya Jung mengikuti mereka keluar untuk menenangkan.


Hanya bertiga, Presdir Kim langsung menampar Tan dengan keras. Dua kali. Nyonya Han meminta Tan meminta maaf, tapi Tan tetap diam bergeming di tempatnya.

Nyonya Han buru-buru mengatakan kalau Tan tak bersalah karen ia yang menyuruh anaknya melakukan pengakuan itu, “Aku yang memintanya karena aku tak tahan hidup seperti ini. Karena dia sudah dewasa, aku minta ia melakukan sesuatu..”


“Ibu, tolong hentikan..” sergah Tan. Nyonya Han meminta Tan untuk segera berlutut. Tapi Tan tak mau. Ia memandang ayahnya marah, “Kali ini aku tak akan berlutut dan mohon ampun. Aku akan hidup seperti ini beberapa saat. Jika setelah aku hidup seperti ini dan ternyata aku menyesali keputusan yang aku lakukan hari ini, saat itu aku akan memohon ampun. Tapi aku percaya kalau aku tak akan menyesalinya.”


“Anak bodoh,” tukas Presdir Kim geram. “Anak yang menyedihkan. Anak idiot.”

“Kalau Ayah ingin mengusirku, silahkan. Tapi tidak dengan ibu. Ibu adalah perempuan milik Ayah. Ayah yang harus menjaganya,” jawab Tan keras. Presdir Kim pergi meninggalkan mereka dan Nyonya Han menangis, memukuli putranya dengan lemah dan bertanya mengapa Tan melakukan hal ini.


Di kamar Tan, Nyonya Han terus menangis. Tan meminta ibunya agar berhenti menangis karena ibunya bisa sakit. Nyonya Han marah dan kembali bertanya, mengapa Tan melakukan hal ini? “Apa kau pikir kau melakukan semua ini untukku? Selama 3 tahun kau di Amerika, aku tak dapat bernafas karena tinggal bersama Won dan ayahmu. Aku menunggu kedatanganmu. Tapi kenapa kau melakukan hal ini?”

Dengan nada lebih lembut, Tan meminta maaf karena memiliki pikiran yang berbeda dengan ibunya. Nyonya Han hanya bisa menangis.


Di kafe, Eun Sang bekerja tapi tak dapat memusatkan perhatian pada pekerjaannya karena memikirkan pertemuan dengan Tan sebelumnya. Beberapa tugas yang harus diselesaikan, juga tak dikerjakan membuat si bos marah padanya.

Ia hanya bisa minta maaf dan akhirnya keluar untuk membuang sampah yang seharusnya sudah ia buang sejak tadi.


Saat akan kembali ke dalam café, ia melihat Tan berdiri di sana. Ia melihat kesedihan di wajah Tan. Dan saat Tan menangis, tanpa sadar ia pun menangis.


(Bersambung)
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Google Translate

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Love and Like Movie - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger