Drama: The Heirs (2014)
also known : The InheritorsHeritors
The One Trying to Wear the Crown, Bears the Crown – The Heirs
He Who Wishes To Wear the Crown, Endure Its Weight – The Heirs
One Who Wants to Wear the Crown, Bear the Crown – The Heirs
Those Who Want the Crown, Withstand the Weight of it – The Heirs
Genre : Romance,Comedy,Drama,School
Written by Kim Eun-sook
Directed by Kang Shin-hyo
Country of origin South Korea
Originallanguage(s) Korean
No. of episodes 20
CAST :
SINOPSIS LENGKAP
Eun Sang perlahan-lahan melepaskan tangannya dari Tan dan meminta maaf karena ia tak dapat meneruskan lagi.
Tan menepis tangan Young Do dan berkata kalau hal ini memang berat. Ia menyadari kesalahannya dan ia tahu kalau ia juga tak bisa menjanjikan semuanya akan baik-baik saja nanti, “Tapi tetap saja, kumohon, pergilah bersamaku. Genggamlah tanganku.”
Kali ini Tan tak menarik tangan Eun Sang, melainkan mengulurkan tangannya. Young Do berkata, “Jangan pegang tangannya.”
Sambil menahan isak, Eun Sang meraih tangan Tan. Tapi Tan bisa merasakan kalau Eun Sang meraih tangannya bukan untuk menggenggam tangannya dan memohon agar Eun Sang tak melakukannya.
Dengan tangan satunya, Eun Sang mengenggam tangan Tan, seperti bersalaman dan berkata, “Kita sudah berjalan sejauh ini. Jangan melangkah lebih jauh lagi.”
“Sudah kubilang jangan lakukan itu!” seru Tan marah.
Tapi Eun Sang tetap melepaskan tangan itu dan dengan memaksakan senyum, Eun Sang berkata, “Kita akan berjumpa lagi. Aku pergi dulu.” Dan Eun Sang pun pergi meninggalkan Tan yang terlalu terkejut untuk bereaksi.
Young Do menatap Tan dan berkomentar kalau seperti biasanya, Tan membuat orang pergi. Young Do meninggalkan Tan tertegun sendirian di tengah jalan dan mengejar Eun Sang.
Ia menghalangi Eun Sang. Dengan suara bergetar, Eun Sang menyuruh Young Do untuk minggir. Young Do menunduk, memeriksa wajah Eun Sang yang sudah hampir menangis dan memarahinya, “Hey! Jika orang melihat kita, mereka pikir aku akan menculikmu.”
“Tan,” Eun Sang sesenggukan, mencoba menahan tangis, “Apakah dia sudah pergi?”
“Apa semuanya berakhir hari ini?” tanya Young Do, membuat Eun Sang menangis semakin keras. “Aku ingin berpesta sekarang, tapi kenapa kau menangis?”
Eun Sang terus menangis dan menutupi wajahnya, tak ingin dilihat oleh Young Do. Tapi Young Do tetap menghalangi jalannya dan mengusulkan, “Pelajaran pertamamu adalah olah raga, kan? Di hari baik seperti ini, bagaimana kalau kau membolos kelas dan berpesta?”
Eun Sang semakin terisak dan menjawab, “Usulmu benar-benar usulan anak yang memiliki rangking 98.”
Dan Young Do yang hanya bisa memandangi Eun Sang yang meninggalkannya dan bergumam muram, “Kau memang tak ingin membiarkanku untuk mendekatimu.”
Ternyata pelajaran pertama Tan juga adalah olah raga. Jadi ia menemukan Eun Sang sudah duduk di pinggir lapangan olah raga, sedang melamun.
Chan Young dan Bo Na muncul, dan Bo Na langsung memanggil dan menghampiri Eun Sang. Eun Sang terbangun dari lamunannya dan menoleh pada Bo Na. Tak sengaja pandangannya bertemu dengan Tan yang memandanginya.
Ia terkejut dan ingin menghindar pergi, tapi Bo Na duduk menjajarinya dan memarahinya yang tidak sarapan dulu sebelum pergi ke sekolah. Akhirnya ia kembali duduk dan berterima kasih karena diperbolehkan meniginap di rumah Eun Sang. Bo Na menagih foto masa kecil Chan Young dan Eun Sang berjanji akan segera memberikannya.
Sambil memandangi kedua gadis itu, Tan dan Chan Young bercakap-cakap. Rupanya Tan menelepon Chan Young kemarin malam untuk mengetahui keberadaan Eun Sang. Chan Young malah kaget mendengar Eun Sang tidur di luar. Mendengar Chan Young tak memberinya tumpangan untuk tidur, Tan menduga kalau Eun Sang tidur di hotel Young Do, apalagi ia menemukan mereka berjalan bersama pagi-pagi sekali.
Maka saat Tan ganti baju (ia olah raga di jam pertama dan Young Do di jam kedua), ia bertanya pada Young Do apakah Eun Sang terus menerus menangis? Young Do heran, mengapa Tan blak-blakan sekali menanyai hal itu?
Tan menjawab, “Hanya ingin memberitahukanmu, kalau kau pikir ini adalah kesempatanmu, jangan pikir sepert itu. Ini bukanlah kesempatanmu. Ini adalah kesempatanku.”
Young Do masih penasaran akan Eun Sang. Ia mencoba meng-google nama Cha Eun Sang dan terkejut karena melihat betapa banyak sekali wanita yang bernama Cha Eun Sang. Ia membuka satu per satu nama itu, namun profil Eun Sang yang ia kenal tak kunjung muncul.
Bo Na lagi-lagi marah pada Myung Soo. Kali ini karena Myung Soo memotretnya dari angle yang tak pas sehingga membuat dirinya gendut. Myung Soo dengan santai menjawab kalau kamera tak bisa berbohong. Myung Soo tak mau memberikan file aslinya dan bahkan menyuruh Bo Na untuk menambah berat 5 kg lagi.
Dengan sombong, Bo Na menjawab, “Apa kau pikir aku sudah gemuk jika beratku bertambah 5 kg lagi?” Tapi Myung Soo tak mendengarnya. Ia berseru terkejut, karena baru menyadari apa yang kameranya tangkap. Bo Na tertarik karena seruan Myung Soo dan mendekat. Ia pun berseru tak kalah kaget, “Daebak!”
Semua foto Young Do yang tertempel di dinding, dengan berbagai pose, semuanya memandangi Eun Sang. Myung So dan Bo Na berpandang-pandangan dan menyadari sesuatu.
“Hei, Choi Young Do! Apa kau benar-benar menyukai Cha Eun Sang?” tuduh Myung Soo. “Dunia ini sangat luas sekali, kenapa kau menemukan cinta pertamamu di sekolah?”
“Oh My God! Ini adalah cinta pertamamu?” tanya Bo Na tak percaya.
Young Do tak menjawab, malah memandangi fotonya, “Ahh.. jadi seperti itu wajahku saat memandang Cha Eun Sang.” Ia berjalan meninggalkan kedua temannya.
Myung Soo bertanya kemana Young Do akan pergi? Ia mengingatkan kalau seperti yang ditetapkan oleh undang-undang, cinta pertama itu tak pernah berhasil. Kali ini Bo Na menyetujui. Lihat saja cinta pertamanya dengan Tan.
Myung Soo langsung menghardik, “Hei! Itu bukan cinta pertama. Itu cinta yang bertepuk sebelah tangan. Kalau boleh jujur, kau yang selalu mengejar-kejar Tan.” Bo Na kesal dan memarahi Myung Soo. Young Do? Sudah pergi dari ruangan itu.
Nyonya Han membombardir Tan yang baru pulang sekolah dengan pertanyaan tentang Eun Sang. Tan tak ngobrol berdua saja dengan Eun Sang, kan? Tan mau kan berjanji untuk tak menemui Eun Sang lagi tanpa sepengetahuannya? Nyonya Han khawatir kalau Tan tak pulang ke rumah lagi karena kejadian kemarin.
Tan menyela, apakah ia boleh melakukan hal itu? Nyonya Han meminta anaknya untuk tak bercanda. JIka Presdir Kim tahu, maka Tan akan dipindahkan ke Amerika lagi. Dengan lebih serius, Tan bertanya apakah ibunya bahagia tinggal di rumah ini dengan cara seperti ini? “Apakah Ibu baik-baik saja, walau aku tak bisa memanggil nama ibu di depan orang banyak?”
Wajah Nyonya Han menjadi keruh. Tentu saja ia tak merasa nyaman. Saat ia dibawa ke rumah ini, ia pikir kalau ia akan tercantum di silsilah keluarga Kim dan ia akan hidup berbahagia dengan ayah Tan. Tapi siapa sangka kalau ia ternyata harus hidup seperti ini.
“Tapi ibu tetap berharap kalau pertunanganku dan Rachel dapat berjalan dengan baik?” Tan kembali menyela. “Jika aku akhirnya menikah dengan Rachel, mungkin aku tak dapat memperkenalkan Ibu sebagai ibuku. Apakah Ibu tak apa-apa?”
Nyonya Han tersenyum tabah dan berkata kalau memang hal itu mengecewakan, tapi semuanya terasa sepadan jika Tan berhasil melakukan semuanya, “Dan aku akan menunggu hari itu tiba.” Tan menghela nafas panjang, membuat Nyonya Han heran, “Kau ini punya dua ibu. Tapi kenapa kau berlaku seolah-olah tak beribu?”
Tan tersenyum mendengar kata-kata ibunya dan menjawab, “Ibu nomor satu, lepas kaos kaki itu, karena itu milikku.” Nyonya Han terkejut dan menatap kaos kaki Eun Sang yang ada di kakinya.
Sepulang sekolah, Eun Sang mencari tempat kontrakan rumah yang terjangkau dengan keuangannya. Eun Sang meminta ibunya untuk menemuinya jam 5 sore sekaligus membawakan baju ganti untuknya.
Tan jogging, dan akhirnya beristirahat di samping Hyo Sin yang menungguinya. Hyo Sin pura-pura marah karena berani-beraninya Tan memanggil ia, anak yang mau ujian nasional untuk duduk-duduk seperti ini. Masih terengah-engah, Tan memanggil Hyo Sin dengan panggilan Hyung dan berkata, “Jujur, aku bukanlah putra Bu Presdir. Aku punya ibu yang lain.”
Hyo Sin menganggap Tan bercanda, tapi Tan berkata kalau ia berkata yang sebenarnya, “Selama ini aku telah menipumu. Maafkan aku.” Hyo Sin tetap tak percaya dan bertanya mengapa Tan memberitahukan hal ini. Tan menjawab kalau ia sedang menguji coba apakah ia merasa gugup atau tidak, “Tapi ternyata aku tetap gugup. Bahkan hanya dengan memberitahukanmu saja sangat menakutkan.”
Hyo Sin kali ini menatap Tan dengan serius, “Apakah itu benar?” Tan menjawab kalau kenyataan itu memang menakutkan. Ia pun bangkit dan berkata kalau ia akan berlari satu putaran lagi.
Won masih marah pada Sekretaris Yoon karena masalah pembelian saham diam-diam yang dilakukan atas nama Sekretaris Yoon. Ia sekarang tak bisa menebak sebenarnya Sekretaris Yoon berada di pihak yang mana. Ia memberikan kopi yang baru saja ia buat dan lucunya, Sekretaris Yoon bertanya apakah Won telah mencampur racun di kopinya itu? Won menjawab, “Dalam pikiranku… aku telah meracuninya ratusan kali.”
Ha. Sekretaris Yoon sepertinya sedang menduga-duga apakah guyonan tadi beneran atau tidak. Won menyuruh Sekretaris Yoon untuk duduk dan bertanya apa yang dijanjikan ayahnya sebagai imbalan saham yang dibeli atas nama Sekretaris Yoon?
Sekretaris Yoon tak memberi jawaban, tapi ia akan memberitahukan sesuatu yang berkaitan dengan hubungan pribadi. Ia menunjukkan artikel tentang Hyun Joo : Gadis muda yang dibesarkan oleh Grup Jeguk yang sekarang menjadi guru di SMA Jeguk.
Won marah sekali membaca artikel itu. Ia bertanya apakah ini alasan Sekretaris Yoon menghubungi Hyun Joo? Sekretaris Yoon mengiyakan, hal ini adalah bagian dari kegiatan amal dari Yayasan Jeguk.
Won membentak Sekretaris Yoon, “Bagaimana mungkin kau membiarkan hingga terjadi seperti ini? Seharusnya kau beritahu aku! Walaupun ini untuk amal, apakah menurutmu kerasnya hidup gadis itu layak disebarluaskan di dunia luar?”
“Sepertinya itulah yang Presdir Kim pikirkan,” jawab Sekretaris Yoon. “Rencana ini adalah permintaan khusus dari Pak Presdir.”
Won sangat shock mendengarnya. Ia buru-buru pulang ke rumah untuk menemui ayahnya. Tapi betapa kagetnya ia saat melihat ayahnya sedang duduk bersama Hyun Joo dan malah menunggui kedatangannya.
Presdir Kim meminta Won masuk karena dan menjelaskan kalau ia memanggil Hyun Joo karena ia ingin mendengar sesuatu dari Hyun Joo. Won meminta ayahnya untuk bicara padanya terlebih dahulu. Tapi Presdir Kim tak mau. Hyun Joo adalah contoh yang membanggakan Yayasan Jeguk. Ia pun juga merasa bangga.
Won skeptis dengan ucapan ayahnya. Apakah Presdir Kim benar-benar bangga? Karena setelah artikel ini keluar, semua orang akan mengingat Hyun Joo bukan sebagai gadis yang bangga menerima beasiswa Jeguk, tapi sebagai gadis yang hidupnya sangat sulit, “Kalau ayah mengungkapkan hal ini, bagaimana ia bisa bertahan di SMA Jeguk?”
Tak hanya marah pada ayahnya, Won juga bertanya mengapa Hyun Joo tak mengatakan apapun padanya? “Kenapa kau membuatku menjadi orang bodoh?!”
Ayah malah menyalahkan Won yang tak dapat menyelesaikan masalah dengan satu wanita,”Jangan pertaruhkan hidupmu untuk kedipan mata atau untuk mendengar jantungmu berdebar-debar.” Presdir Kim menoleh pada Hyun Joo dan juga menyalahkan gadis itu yang tak tahu diri, “Setelah menerima bantuanku, setelah menerima uangku, bagaimana mungkin kau bisa menemui anakku?”
Won mencoba mencegah ayahnya untuk berkata lebih banyak lagi, tapi Presdir Kim tak menggubris anaknya, “Sekarang kau pasti merasa ingin mati jika tak bertemu dengannya. Kau pasti rindu dengannya. Hatimu juga pasti terluka. Tapi tetap saja ..“
“Sudah kubilang, hentikan!!” teriak Won. “Kenapa Ayah malah membuat pengakuan yang aku pun belum pernah lakukan?”
Ayah dan anak itu saling bertatapan, marah. Mencoba menelan air matanya, Hyun Joo berkata kalau ia akan mempertimbangkan ucapan Presdir Kim dengan sebaik-baiknya. Ia bangkit dan pergi.
Won bertanya mengapa Presdir Kim melakukan hal itu? “Aku tak pernah membantah ayah, dan aku mencapai posisi ini jauh lebih cepat dari orang lain..”
Presdir Kim menyela ucapan anaknya dan berkata kalau Won ada di posisi itu karena ia sakit. Karena ia mengosongkan posisinya sehingga Won, sebagai anaknya, dapat naik. Apa sekarang ia tak boleh bersikap seperti ayah? Presdir Kim menyuruh Won untuk menyelesaikan semuanya karena ia sudah mengatur perjodohan untuk Won.
Won menjawab kalau sepertinya ia memang harus menyelesaikan hal ini dengan segera.
Hyun Joo keluar rumah dengan menangis. Di luar ia berpapasan dengan Tan yang menyapanya dan langsung mengenalinya sebagai Tan. Tan heran, “Apa kau mengenalku?” Hyun Joo tak menjawab dan hanya berkata kalau mereka nanti akan bertemu lagi.
Tan bertanya apakah ia perlu memanggil taksi, karena jalan besar sangatlah jauh dari rumahnya. Hyun Joo menggeleng. Ia hanya meminta agar Won menahan kakaknya agar tak mengikutinya.
Won keluar dan Tan langsung memberitahu kalau gadis itu pergi ke arah sana, “Tapi ia menyuruhku untuk menahanmu.”
Tapi Won memang tak berniat untuk mengejar Hyun Joo. Tan mencegah Won masuk dalam mobil dan bertanya apakah sesuatu telah terjadi karena ia melihat wajah Won tak begitu sehat. Won menghardik Tan yang lagi-lagi ikut campur. Tapi Won malah memberitahu kalau cara Won menghardiknya sekarang bahkan tak meyakinkan, menguatkan Tan kalau sesuatu telah terjadi pada Won.
Won tak mau memberitahu, hanya memperingatkan Tan kalau ayah mereka telah menyuruh orang untuk membuntutinya. Jadi Tan mungkin juga harus hati-hati. Dan ia pun pergi dengan mobilnya.
Hyun Joo duduk termenung di halte. Saat melihat hanya Tan yang menghampirinya, ia tersenyum sedih. Tan duduk di sampingnya dan mengatakan kalau Won tak mengejarnya. Hyun Joo menjawab kalau ia juga memang tak menunggu Won.
Banyak pertanyaan yang keluar dari mulut Tan. Siapakah sebenarnya Hyun Joo? Apakah pacar kakaknya? Mengapa Hyun Joo bisa mengenalinya? “Mungkinkah kakakku.. membicarakan aku?”
Tan terkejut saat Hyun Joo mengangguk dan menirukan ucapan Won, “Adikku itu penyayang, jujur, bertambah tinggi dan matanya mirip sekali denganku,” Hyun Joo tersenyum dan berkata kalau Tan mirip sekali dengan yang digambarkan oleh Won.
Tan termenung, dan terus duduk di halte walau Hyun Joo sudah pergi.
Sebelum pergi menemui Eun Sang, ibu Eun Sang menemui Nyonya Han dan berkata kalau ia hanya bekerja sampai akhir bulan ini saja. Tapi Nyonya Han salah mengerti. Melihat ibu Eun Sang yang memakai jaket dan membawa tas, ia langsung panik dan bertanya, “Kau pergi sekarang? Bagaimana mungkin kau pergi tanpa berkata apapun padaku?”
Ibu Eun Sang melongo dan mengambil buku catatannya untuk menjelaskan. Tapi Nyonya Han langsung sadar kalau Ibu Eun Sang belum berhenti sekarang, dan langsung terlihat lega walau tetap muram.
Ibu Eun Sang duduk dan menunggu Eun Sang di minimarket. Begitu pula Young Do yang baru datang. Ia menelepon Eun Sang dan tak dapat menyembunyikan rasa senangnya karena Eun Sang mau mengangkat teleponnya.
Eun Sang berkata kalau ia mengangkat telepon ini untuk ganti agar ia tak dibully. Namun ia langsung menutup telepon saat Young Do menelepon hanya untuk mengajaknya makan mie, membuat Young Do menggerutu.
Eun Sang panik saat melihat ibunya menunggu dan ternyata ada Young Do juga di sana. Maka saat Young Do meneleponnya kembali untuk mengajak makanan yang lain, Eun Sang buru-buru menerima ajakan untuk makan mie-nya. Ia benar-benar suka makan mie, “Aku sekarang ada di perempatan. Datanglah kemari.”
Ia menunggu Young Do pergi ke tempat janjian mereka. Setelah yakin Young Do sudah tak ada lagi, ia pun menemui ibunya. Ibu memberitahu Eun San kalau ia sudah mengatakan pada Nyonya Han kalau ia akan berhenti bekerja hingga akhir bulan ini saja. Eun Sang pun juga mengatakan kalau ia baru menemukan apartemen yang termurah adalah 350 ribu won per bulan dengan uang jaminan 1 juta won. Dan ia masih akan mencari lagi.
Ibu bertanya dimana Eun Sang tidur? Eun Sang tersenyum, menenangkan ibunya, “Di rumah teman sekolahku. Aku punya seorang teman yang memiliki hati dan wajah yang cantik.”
Aww.. rasanya senang sekali mendengar Eun Sang memuji Bo Na seperti itu. Walau mulutnya pedas, tapi hati dan wajah Bo Na memang cantik.
Setelah berpisah dengan ibunya, Eun Sang langsung menemui Young Do. Young Do menyadari kalau Eun Sang datang dari arah minimarket dan membawa tas yang mirip dengan tas yang dibawa seorang ahjumma di minimarket itu. Rasa curiga muncul di benak Young Do dan ia meminta Eun Sang untuk menunggu di sini selama 15 menit. Tapi Eun Sang tak mau, tapi Young Do tetap bersikeras menyuruhnya menunggu.
Ia pun pergi ke rumah Tan. Ia terbelalak melihat ahjumma yang tadi dilihatnya, sekarang berjalan ke arahnya dan hendak masuk ke dalam rumah. Ia langsung menyapa, “Selamat siang, Bu. Apakah Eun Sang ada di rumah?”
Ibu Eun Sang menggeleng. Young Do bertanya apakah dia adalah ibu Eun Sang? Ibu Eun Sang mengangguk. Young Do menghampiri ibu Eun Sang dan bertanya jam berapa Eun Sang akan kembali karena ia janjian bertemu dengannya.
Young Do menatap ibu Eun Sang dan berusaha sebaik mungkin menyembunyikan rasa terkejutnya saat ibu Eun Sang mengetik di handphone untuk memberi tahu kalau Eun Sang sedang pergi bekerja.
Tan berjalan pulang dan melihat Young Do pergi dari arah rumahnya, ia bertanya apa yang baru saja Young Do lakukan. Young Do tak mau mengatakan, ia hanya menjawab kalau ia punya banyak kenalan yang tinggal di lingkungan ini. Dengan sedikit bercanda, Young Do bertanya apakah ia seharusnya pindah ke dekat sini saja, ya?
Tapi Tan tak ingin bercanda. Jika Young Do baru saja dari rumahnya, maka ia tak mau melepaskan Young Do sekarang. Young Do menusuk perasaan Tan dengan mengatakan kalau Tan pasti merasa marah sekarang karena Eun Sang tak mau meraih tangan Tan. Tapi sekarang ia tak punya waktu untuk melihat kemarahan Tan itu karena ia ingin bertemu dengan seseorang yang membuat hatinya berdebar-debar.
Ha. Pasti Tan emosi banget mendengar ucapan Young Do yang langsung meninggalkannya pergi. Apalagi saat ia menerima SMS dari Won yang mintanya untuk ikut main golf dengannya. Mereka akan main bersama dengan Young Do dan ayahnya. Tan hanya bisa menghela nafas panjang. Sabaaarr… sabaaar…
Young Do kembali ke perempatan tadi, tapi Eun Sang sudah tak ada di sana. Eun Sang ternyata sudah pergi.
Sambil berjalan, Eun Sang memeriksa baju ganti yang dibawakan ibunya untuknya. Betapa terkejutnya ia melihat ternyata kaos I love California yang menjadi baju gantinya. Ibu mengirimkan SMS, memberitahukannya kalau ada temannya datang ke rumah mencarinya. Anak laki-laki dan memakai motor.
Eun Sang segera kembali ke perempatan tadi. Young Do yang masih menunggunya, melihat kedatangannya dan berkata sendiri, “Nomor enam. Anak pembantu rumah tangga. Catatan tambahan, memiliki kekurangan : bisu.”
Young Do bertanya mengapa Eun Sang kembali? Eun Sang menjawab, “Alasanku sama dengan alasanmu tetap tinggal di sini.”
Young Do mencoba bergurau kalau hobinya adalah menunggu. Tapi Eun Sang tak percaya. Eun Sang tahu kalau Young Do sudah mengetahui yang sebenarnya karena Young Do pasti sudah bertemu dengan ibunya. Young Do berpura-pura kesal. Seharusnya ia segera menyingkirkan handphone itu.
Tapi Eun Sang sedang tak ingin bercanda, “Jika kau ingin memberitahu anak-anak yang lain, silahkan. Jika kau ingin membully-ku, juga silahkan. Tapi sebagai gantinya, sampai aku dan ibuku meninggalkan rumah itu, jangan pernah ke sana lagi. Rumah itu adalah tempat kerja ibuku juga.”
Young Do malah mengajak Eun Sang untuk makan mie sekarang. Eun Sang malah khawatir dan bertanya apa yang sekarang Young Do ingin lakukan agar ia bisa bersiap-siap mulai sekarang.
Ya ampun.. saking takutnya Eun Sang dibully, ia sampai tak bisa melihat kalau Young Do tak bersikap jahat sedikitpun.
Young Do membentaknya, “Apa yang kau maksud dengan apa yang ingin aku lakukan padamu? Aku bahkan tak tahu bagaimana menangani lukaku, bagaimana aku dapat melakukan sesuatu pada lukamu?!”
Eun Sang terbelalak saat Young Do berkata, “Aku hanya sedih melihat kau pergi. Dan bahagia saat kau kembali. Dan rahasiamu yang berat itu. Hanya itu. Apa aku pernah bilang kalau aku akan melakukan sesuatu?”
“Aku sudah pernah melihat kau melakukan hal-hal itu. Dan kau juga pernah melakukan hal itu padaku,” jawab Eun Sang masih tak percaya.
“Karena itulah aku tak dapat melakukan apapun padamu sekarang. Yang hanya bisa aku lakukan adalah menyarankan agar kita makan mie,” Young Do terlalu frustasi dan akhirnya berkata kalau ia tak bisa bermain dengan Eun Sang sekarang dan mengajak Eun Sang untuk makan mie lain kali.
Eun Sang menatap kepergian Young Do, dan sepertinya ia baru menyadari perasaan Young Do yang sebenarnya.
Di lapangan golf, Presdir Choi memberi aturan main pada anaknya. Karena Jeguk dan Zeus akan melakukan kerja sama, maka ia meminta agar Young Do tak menjadikan Tan sebagai musuh, tapi tetap awasi terus. Hari ini, ia akan mengalah pada Won, namun Young Do harus menang dari Tan. Itulah peraturan hari ini.
Won juga mem-briefing Tan. Jeguk membutuhkan Zeus untuk investasi pembangungan hotel mereka karena Zeus adalah satu-satunya solusi. Tapi Zeus belum mengetahui hal itu. Jadi mereka tak boleh memperlihatkan kelemahan sedikitpun sehingga kerja sama yang akan mereka lakukan nanti menjadi kerja sama yang berimbang.
Well, itu adalah perintah para pebisnis. Namun kedua remaja ini memiliki pikiran lain, apalagi di tangan mereka ada tongkat golf. Setelah disindir Young Do berkali-kali tentang status anaknya, Tan menyuruh Young Do untuk tak main-main dengannya, karena ia sedang memegang tongkat golf.
Young Do pun juga begitu. Ada tongkat golf di tangannya. Tapi Tan tak tahu kalau Young Do tak akan berani menggunakan tongkat itu karena ada Presdir Choi di dekat mereka. Young Do pun membalas, “Apa di tanganku ini hanya ada tongkat golf?”
Young Do mendekati Tan dan bertanya, “Yang manakah yang membuat anak-anak di sekolah kita lebih terkejut. Kenyataan kalau kau adalah anak di luar nikah, atau Cha Eun Sang adalah anak pembantu di rumahmu? Atau anak di luar nikah, Kim Tan, pacaran dengan anak pembantu rumah tangga, Cha Eun Sang?”
“Jadi kau sudah mengetahuinya? Apakah kami sekarang terlihat pantas?”
“Suaramu sekarang gemetar,” ejek Young Do.
Tan marah. Ia membuang tongkat golfnya dan mencengkeram kerah jaket Young Do, “Aku tahu betapa keras usahamu. Tapi jangan pernah berpikir untuk mengancam Eun Sang dengan hal ini. Kau tidak sesampah itu. Walau mungkin kau sudah hampir mendekati batas (menjadi sampah).”
“Kenapa juga aku harus mengancamnya? Aku sedang mengancammu sekarang,” ujar Young Do serius. “Jadi kau jangan melindungi Cha Eun Sang secara serampangan. Jika kau seperti itu, aku tak punya pilihan lain selain membuka identitasnya. Jika kau tak melindunginya, maka aku akan melindungi semuanya.”
Tan melepaskan cengkeramannya dan berkata, “Dengarkan baik-baik apa yang akan aku katakan. Jika aku ingin menang dalam perseteruan ini, aku akan kembali ke diriku yang lama, diriku yang jelek. Aku benar-benar tak mau melakukan hal itu. Aku sekarang melakukan sesuatu yang disebut ‘berpikir’. Tapi jika kau seperti ini, pikiranku mungkin akan berubah.”
Young Do geli karena tahu Tan tak akan mampu menang melawannya. Tapi Tan tak main-main. Jika ia kembali ke dirinya yang lama, maka Young Do akan mati.
Ia mendekati Young Do dan walau perlahan, nadanya sangat mengancam, “Kau, ayahmu, perusahaan ayahmu, teman-temanmu, perusahaan ayah teman-temanmu, semua orang yang ada di sampingmu, akan aku sapu bersih.”
Young Do tertawa terbahak-bahak mendengarnya, “Dengan apa? Kau hanya anak di luar nikah.”
Tapi Tan bergeming. Young Do pernah mengucapkan hal yang sama 3 tahun yang lalu. Memang benar kalau ia adalah anak di luar nikah. Tapi hal itu tak mengubah kenyataan kalau ia adalah anak kedua dari Grup Jeguk. “Dengan ayah yang ada di belakangku, apa orang sepertimu bisa menang melawanku?”
Senyum Young Do kali ini lenyap dan Young Do menatap Tan marah. Tiga tahun yang lalu Tan juga pernah mengatakan ini padanya, “’Kali ini kau akan menyesalinya selamanya, Choi Young Do.’ Saat itu seharusnya kau datang padaku lebih awal. Sebelum aku kehilangan ibuku.”
Wajah Tan melunak, “Saat itu.. aku merasa sangat marah. Dan aku memberimu hukuman tepat 5 menit saja.”
Mereka membicarakan masa lalu, saat Tan mendatangi Young Do yang masih marah karena status anak haramnya dan tak mau mendengarkannya. Tan mengingatkannya kalau kali ini Young Do akan menyesalinya selamanya. Tan pun pergi, tapi 5 menit kemudian, ia berlari lagi untuk menemui Young Do. *Sepertinya saat itu ia memberitahu Young Do kalau ibunya sedang menunggunya di sebuah restoran.*
Mereka pun berlari menuju restoran, tapi kursi yang seharusnya ada ibu Young Do, sekarang sudah kosong. Hanya ada dua pasang sendok garpu dan hidangan untuk dua orang.
“Apakah kau masih ingat apa yang ada di atas meja?” tanya Tan “Dua garpu.Untuk menang dariku, kau kehilangan kesempatan terakhir makan bersama ibumu. Aku tak peduli pada apa yang akan kau lakukan padaku. Tapi jangan lakukan hal ini pada Cha Eun Sang. Jangan menyentuhnya.”
Dengan suara lebih tenang, Tan meminta, “Dan tolong biarkan masalah kita ini berakhir dan kita sudahi sampai di sini. Sekarang aku tak punya waktu untuk bertengkar denganmu, karena aku sedang mempersiapkan diri untuk pertempuran yang lebih besar.”
Young Do menatap Tan, mencoba membalasnya, tapi tak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya.
(Bersambung)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !