Also known as : You Who Came from the Stars,You from Another Star,My Love from the Stars,My Love from Another Star,Man from the Stars,Man from Another Star
Genre : Romance,Comedy,Drama,Sci-Fi
Written by : Park Ji-eun
Directed by : Jang Tae-yoo
Country of origin South Korea
Originallanguage(s) Korean
No. of episodes 21
Production : Executiveproducer(s) Choi Moon-suk
Producer(s) Moon Bo-mi
Location(s) Korea
Cinematography Lee Gil-bok, Jung Min-gyun
Camera setup Multiple-camera setup, Running time 70 minutes
Productioncompany(s) HB Entertainment
Broadcast : Original channel SBS and regional affiliates
Picture format 1080i (HDTV), Original run 18 December 2013 – 27 February 2014
STARRING :
SINOPSIS LENGKAP :
Di tengah hujan dan kemacetan parah, Detektif Park bertanya tentang keberadaan Min Joon di hari kematian Yoo Ra. Bagaimana Min Joon bisa naik ke kapal pesiar tanpa undangan?
Min Joon tak menjawab, malah langsung keluar dan berlari kencang. Detektif Park yang tak siap dengan saksi yang melarikan diri, mencoba mengejarnya dan meneriaki Min Joon sebagai tersangka.
Tapi Min Joon tak berhenti, malah semakin mempercepat larinya. Ia teringat saat melarikan diri dari kejaran para tentara, saat ia dan Yi Hwa melarikan diri setelah ayah Yi Hwa menghilang.Saat itu badannya lemah karena racun, namun ia terus mengejar Yi Hwa yang memintanya pergi meninggalkannya.
Yi Hwa tahu tentara itu hanya mengejarnya dan sebaiknya Min Joon kembali ke tempat asal Min Joon. Tapi langkahnya terhenti saat mendengar suara Min Joon yang tersengal-sengal berkata, “Aku .. Bukankah sudah kukatakan kalau aku akan melindungimu?”
Yi Hwa berhenti berlari dan berbalik menatap Min Joon yang walau nampak kesakitan tapi dengan nada pasti berujar, “Aku tak ingin melihatmu terluka.” Min Joon mendekatinya dan mengulurkan tangannya, “Jadi.. marilah pergi sama-sama.”
Mata Yi Hwa berkaca-kaca saat menerima uluran tangan Min Joon dan mereka pun berlari.
Di masa kini, Min Joon terus berlari walaupun Detektif Park mengejar dan memanggilnya. Ia berhasil menghilang setelah menyeberang jalan. Detektif Park tak bisa menemukannya walau sedetik sebelumnya mereka hanya terpisahkan oleh sebuah truk yang lewat.
Min Joon menghilang dan muncul di lobi apartemen dengan suara jatuh. Mirip seperti Mr. Bean yang jatuh dari langit. Dua satpam yang melihatnya kaget. Min Joon yang buru-buru ingin segera menemui Song Yi berkata kalau ia adalah penghuni aparteman 2302 dan mereka pasti adalah satpam yang baru karena ia belum pernah melihat mereka.
Tapi kedua satpam itu malah curiga karena tak melihat kedatangan Min Joon sebelumnya. Bahkan salah satu dari mereka mengira Min Joon jatuh dari atas. Mereka menyuruhnya untuk diam di tempat.
Di apartemen Song Yi, Song Yi membuatkan kopi untuk Jae Kyung. Jae Kyung menggunakan kesempatan itu untuk melihat-lihat apartemen dan sampailah ia ke dalam ruang ganti Song Yi. Ia melihat clutch yang dipakai Song Yi saat itu dan membukanya. Namun clutch Yoo Ra tak ada di sana.
Jae Kyung kesal dan melihat sekeliling, mencari kemungkinan dimana clutch itu berada. Tapi Song Yi muncul dan bertanya apa yang sedang Jae Kyung lakukan di kamarnya? Jae Kyung langsung tersenyum dan berkata kalau ia hanya penasaran bagaimana bentuk ruang ganti seorang aktris, “Aku sudah tak sopan, ya?”
Song Yi hanya tersenyum dan mengajak Jae Kyung untuk minum kopi. Di ruang tengah, Jae Kyung bertanya kondisi Song Yi. Sejak kejadian Yoo Ra, banyak gosip yang muncul. Tapi Song Yi malah bertanya dengan penuh perhatian, “Apakah.. kau tak apa-apa, Oppa?’
“Aku? Kenapa?” tanya Jae Kyung.
“Sebenarnya aku tahu hubunganmu dengan Yoo Ra,” jawab Song Yi pelan. “Bukankah kalian berdua merencanakan untuk mengumumkan pernikahan kalian?”
Walau sebelumnya kaget, tapi kemudian Jae Kyung tersenyum, “Apa yang membuatmu berpikiran seperti itu?”
Song Yi mengaku kalau ia mendengar pembicaraan mereka. Jae Kyung bangkit dan menghadap jendela, seakan melihat-lihat pemandangan luar, tapi sebenarnya ia waspada saat bertanya apa yang Song Yi dengar saat itu.
“Malam itu.. Kalian berdua bertengkar di depan toilet, kan?” tanya Song Yi. Jae Kyung diam dan hanya memutar-mutar cincinnya saat mendengar lanjutan ucapan Song Yi, “Hanya mendengar percakapan itu, kelihatannya kalian berdua sudah lama mengenal satu sama lain.”
“Yang kau katakan ini, apakah pernah kau katakan pada orang lain?”
“Tentu saja tidak. Memang pada siapa aku akan menceritakannya?” Song Yi menerawang saat menjawab. “Hanya saja.. kau dan Yoo Ra memiliki hubungan seperti itu dan sekarang Yoo Ra sudah meninggal. Jika pertengkaran itu adalah saat-saat terakhir kalian, kupikir kau pasti merasa patah hati. Jadi aku ingin menghiburmu.”
“Kurasa kau sudah mendengar semuanya. Hal ini menjadi sedikit rumit.”
Jawaban Jae Kyung ini membuat Song Yi bingung. Tapi Jae Kyung berbalik dengan senyumannya dan bertanya apakah insomnia Song Yi sudah membaik? Song Yi menjawab kalau malah sedikit memburuk karena ia menjadi gampang sensitif, “Jadi aku minum obat tidur dan semacamnya.”
Jae Kyung meminta Song Yi untuk menjaga diri sendiri. Kedatangannya kemari karena ia khawatir pada kondisi Song Yi setelah kejadian yang menimpa Yoo Ra.
Bel pintu berbunyi dan tebak siapa yang datang?
Bukan Min Joon melainkan Hwi Kyung. Hwi Kyung ngomel-ngomel karena Song Yi tak mau menerima teleponnya. Ia semakin ngomel-ngomel lagi melihat ada sepatu di depan pintu, “Siapa yang kau biarkan masuk ke dalam apartemen? Apakah tetanggamu yang brengsek itu?”
Song Yi langsung mencubit pipi Hwi Kyung keras-keras, “Dia adalah kakakmu, dasar!”
Jae Kyung muncul dan hanya tersenyum melihat kelakuan adiknya, yang walau sudah melihatnya tetap ngomel, “Aku tahu kalau kau adalah kakakku, tapi walau begitu kau tetap adalah seorang pria. Karena itulah malah membuatku tak nyaman.”
Jae Kyung menjawab kalau ia hanya kebetulan mampir setelah menemui temannya. Ia hanya ingin memastikan kondisi Song Yi baik-baik saja dan sekarang ia akan pergi.
Dengan sopan Song Yi mempersilakan, “Baiklah, oppa. Sekalian kau keluar.. tolong bawa dia bersamamu.”
“Aku tuh baru saja datang,” jawab Hwi Kyung kesal. “Kak, kau pulang saja duluan. Katakan pada ibu kalau aku mungkin tak bisa sampai ru..”
Hwi Kyung berhenti berkata karena tiba-tiba Song Yi memukul belakang kepalanya dengan kesal. Jae Kyung tersenyum melihat kelakuan mereka berdua.
Min Joon ternyata dibawa ke ruang sekuriti. Setelah tahu kalau Min Joon benar-benar penghuni apartemen, kedua satpam itu minta maaf atas ketidaksopanan mereka. Pemeriksaan semakin ketat sejak kejadian aktris Chun Song Yi yang membuat para penghuni lain mengeluh karena banyak orang tak dikenal masuk.
Sebelum pergi, Min Joon melihat Jae Kyung berada di dalam lift, dan ia pun segera pergi. Sedetik kemudian, kedua satpam itu bingung melihat lampu tangga darurat menyala dengan hampir bersamaan, seakan ada orang yang menaiki tangga itu dengan amat sangat cepat.
Tak ada orang yang mereka lihat di kamera, yang berarti yang melewati tangga itu bukan orang. Hantu, mungkin? Mereka menduga kalau sistem sensornya tak berfungsi. Tapi salah satu satpam itu merasa bulu kuduknya merinding saat membayangkannya.
Min Joon menekan bel apartemen berkali-kali, tak sabar. Betapa terkejutnya ia saat melihat Hwi Kyung yang membuka pintu apartemen Song Yi, dan menyindirnya, “Terima kasih, lho untuk perlakuan di rumah sakitnya. Karena dirimu aku hampir dipukul oleh salah satu bodyguard.”
Mengabaikan sindirannya, Min Joon bertanya di mana Song Yi sekarang. Tak segera mendapat jawaban, Min Joon langsung mendorong Hwi Kyung ke luar. Lebih tepatnya melempar, hingga badan Hwi Kyung membentur dinding pintu tetangga.
Min Joon segera mencari-cari Song Yi ke dalam apartemen. Song Yi akhirnya muncul dari salah satu ruangan, bingung melihat Min Joon yang terlihat sangat khawatir dan langsung bertanya apakah Song Yi baik-baik saja.
Song Yi semakin bingung saat mendengar Hwi Kyung menggedor-gedor pintu (haha.. ternyata Hwi Kyung terkunci di luar) dan bertanya, “Apa yang dilakukan Hwi Kyung di luar?” LOL. Song Yi beranjak membukakan pintu, tapi Min Joon mencegahnya.
“Selain pria di luar itu, apakah ada orang lain yang mampir kemari?” tanya Min Joon tanpa basa-basi.
Song Yi menjawab Jae Kyung. Min Joon bertanya siapa itu dan dijawab oleh Song Yi, “Kakak dari orang yang sibuk menggedor-gedor pintuku di luar sana. Tak seperti orang yang di luar, kepribadian Jae Kyung Oppa sangatlah baik. Ia juga pewaris grup SNC.”
Gedoran pintu Hwi Kyung semakin keras, bahkan ia juga berteriak-teriak. Song Yi mencoba melepaskan diri dari cekalan tangan Min Joon. Tapi cekalan itu semakin keras saat Min Joon menguliahinya, “Wanita seperti apa yang membukakan pintu untuk semua pria? Kau tak tahu seperti apa kepribadian pria itu dan kau membiarkannya masuk? Kau ini benar-benar tak punya rasa takut.”
Song Yi menepis tangan Min Joon, kesal. “Kau benar. Jika dipikir-pikir, kenapa juga aku membiarkan pria di depanku ini masuk, tak tahu bagaimana kepribadiannya. Bahkan tanpa rasa takut sedikitpun!”
“Kau tahu kalau aku tak sedang membicarakan diriku sendiri. Aku bicara tentang pria-pria yang..”
Belum sempat Min Joon menyelesaikan ucapannya, Song Yi sudah mendorong Min Joon keluar. Min Joon menghardik Song Yi, “Tunggu! Hei! Aku benar-benar benci kalau ada orang yang menyentuh tubuhku!”
Tapi Song Yi tak mau tahu. Ia mendorong Min Joon hingga keluar dari apartemen. Hwi Kyung yang melihat Min Joon yang ‘dilempar’ Song Yi langsung khawatir jika Min Joon berbuat yang tidak-tidak pada Song Yi.
Min Joon tak terima dikatai seperti itu dan berkata kalau ia bukan pria seperti yang dituduhkan. Tapi Hwi Kyung tak percaya. Mereka pun bertengkar sendiri, membuat Song Yi semakin kesal, “Sudahlah.. aku sangat capek hari ini. Tak dapatlah kalian pergi dari sini?”
Hwi Kyung merasa menang dan menyuruh Min Joon untuk pergi meninggalkan mereka. Tapi Song Yi juga menyuruh Hwi Kyung untuk juga pergi dan tanpa menunggu jawaban langsung menutup pintu. Hwi Kyung mengajak Min Joon untuk bicara berdua.
Di lobi, Hwi Kyung mengungkapkan minatnya untuk membeli apartemen Min Joon, tapi langsung segera ditolak oleh Min Joon. Maka Hwi Kyung memperingatkan Min Joon kalau Song Yi adalah wanitanya. Tapi Min Joon bertanya menyudutkan, “’Wanitaku’.. apakah ini adalah kesepakatan kedua belah pihak?”
Hwi Kyung tak menjawab lugas, malah memutar-mutar, berkata kalau kesepakatan itu sedang dalam proses dan Song Yi akan segera menyetujuinya. Ia dan Song Yi memiliki hubungan yang spesial karena mereka telah mengenal satu sama lain sejak SMP.
Ia menyebutkan berbagai hal pertama yang ia lakukan dengan Song Yi, “Jadi mulai sekarang apapun itu, aku akan melakukan bersamanya. Aku akan bertanggung jawab penuh atas hidupnya. Sampai kami mati.”
Min Joon diam.
Min Joon mengajar di kampus dan menjelaskan tentang rasa cemburu. Cemburu adalah bentuk emosi manusia yang paling rendah, yang paling sederhana dan kekanak-kanakkan. Emosi itu adalah bentuk ketakutan akan kehilangan orang yang dikasihi, mirip dengan sifat marah, dan dimulai dari usia kanak-kanak.
Seorang anak akan menunjukkan kecemburuan saat ibunya memegang anak lain, dengan cara tantrum, memuntahkan makanan, menghisap jempolnya dan lain sebagainya. “Hal ini disebut regresi. Orang dewasa dengan kepercayaan diri yang rendah akan mengalami proses regresi saat ia jatuh cinta dengan seseorang. Mereka akan menunjukkan rasa cemburu itu dengan bicara atau bersikap kasar, karena takut kehilangan orang itu.”
Salah satu mahasiswa bertanya apakah Min Joon tak pernah cemburu walau memiliki orang yang disuka? Min Joon teringat apa yang dilakukan pada Hwi Kyung malam itu.
Saat itu Min Joon mengatakan kalau kedatangannya ke apartemen Song Yi adalah untuk menyuruh Song Yi mengambil ikat rambut yang ketinggalan di rumahnya. Hwi Kyung bertanya mengapa Song Yi meninggalkannya di rumah Min Joon? “Apa ia mabuk dan pergi ke rumahmu lagi.”
“Ahh.. bukan itu. Jangan berpikir kalau ia minum lagi. Ia tidur dan bermalam di rumahku, walaupun ia sedang sadar.”
LOL. Hwi Kyung mendelik mendengar ucapan Min Joon yang tak sepenuhnya benar. Tapi Hwi Kyung tak perlu tahu, kan? Min Joon meninggalkan Hwi Kyung dan sambil menggumam (dengan keras), “Duh.. aku benar-benar harus mengembalikan ikat rambutnya segera.”
Mahasiswa itu merasa Min Joon memiliki kepercayaan diri yang tinggi sehingga tak mungkin Min Joon pernah merasa cemburu. Dan tentu saja Min Joon menjawab, “Aku tak pernah merasakan emosi seperti itu.”
Haha.. boong banget. Tapi ucapan itu menimbulkan suara kekaguman dari seluruh kelas. Min Joon mengumumkan akan ada ujian minggu depan.
Song Yi datang untuk memberi penghormatan terakhir pada Yoo Ra. Tapi mobilnya dihadang oleh para fans Yoo Ra yang melemparkan telur ke mobilnya. Manajer Song Yi keluar dari rumah duka dan masuk ke dalam mobil, menyarankan agar Song Yi tak keluar. Bahkan keluarga almarhumah juga meminta Song Yi untuk tak datang.
Memegang clutch milik Yoo Ra, Song Yi menjawab, “Aku ingin.. mengembalikan barang milik Yoo Ra Eonni.”
Penolakan itu tak hanya datang dari keluarga Yoo Ra. Saat ia masuk ke kantor manajemennya, ia melihat para karyawan berkerumun, mendengarkan ibunya yang marah-marah pada Presdir Ahn karena akan memutus kontrak kerja Song Yi. Presdir Ahn mencoba menenangkan ibu Song Yi dengan mengatakan kalau kontrak kerjanya dengan Song Yi berakhir bulan ini.
Tentu saja hal itu malah membuat kemarahan ibu Song Yi semakin meluap. Melihat Song Yi muncul, ibu Song Yi menantang Presdir Ahn untuk mengulang kata-katanya. Sedikit tergagap, Presdir Ahn menjelaskan maksudnya untuk menunda perpanjangan kontrak.
“Mari kita tunda perpanjangan kontrak,” ujar Song Yi tenang, membuat Presdir Ahn dan ibunya kaget.
Song Yi melipat tangannya dan berkata kalau ia tak puas dengan cara Presdir Ahn dalam menangani kejadian yang menimpanya. “Kupikir aku akan membutuhkan waktu untuk mempertimbangkan perpanjangan itu sekarang.”
Presdir Ahn terbata-bata mencoba menyembunyikan kegembiraannya. Tapi ia tak berhasil menyembunyikan sepenuhnya saat Song Yi berkata kalau ia akan menanggung denda akan iklan-iklan yang dibatalkan. Ibu mengatai Song Yi gila karena mau melakukan hal itu, tapi Song Yi hanya menjawab pendek kalau ia akan beristirahat sejenak, “Jadi jangan hubungi aku.”
Song Yi pergi meninggalkan ruangan dan menyuruh manajer yang berjalan di belakangnya untuk tak mengikutinya lagi, “Kau sudah bukan manajerku lagi.”
Ibu Song Yi pergi mengejar anaknya, dan Presdir Ahn akhirnya meluapkan rasa leganya. Tapi melihat kedua karyawan yang menatapnya dengan tak suka, ia langsung membela diri, “Dia sendiri yang mengatakannya. Dia sendiri!”
Ibu marah pada Song Yi dan bertanya berapa banyak uang yang dimiliki Song Yi sehingga bisa mengganti denda iklan sekian banyak. Song Yi menjawab kalau kerugian itu terjadi karena dirinya, dan ia merasa tak adil jika Presdir Ahn yang harus menanggung semuanya.
Ibu heran mendengar ucapan Song Yi yang seperti orang asing. Sejak kapan Song Yi bersikap baik seperti itu? “Bersikap baiklah pada ibumu, karena sekarang kau sudah dipecat dari drama dan dikeluarkan dari iklanmu! Dimana lagi kau bisa mendapat uang untuk mengganti denda itu?”
Pembicaraan mereka terhenti karena Se Mi dan ibunya muncul. Ibu Se Mi menyapa dan mengatakan kalau kedatangan mereka kemari adalah untuk mempersiapkan peran di dramanya yang mendadak ada perbaharuan di saat-saat terakhir.
Dan ini adalah saat ibu Se Mi untuk berbangga akan prestasi putrinya. Ia pura-pura kaget karena ibu Song Yi belum mendengar perkembangan terakhir drama kedua putri mereka.
Karena drama mereka sudah ada di pertengahan, maka akan sulit untuk memasukkan aktris baru, sehingga cerita pun dirubah dengan membuat karakter pria utama dan karakter Se Mi akan jatuh cinta, setelah Song Yi meninggalkan Kora untuk belajar di luar negeri.
Se Mi buru-buru mengatakan kalau sutradara memang berniat merubah ceritanya, tapi ia sudah menolak tawaran itu. Tentu saja ibunya kaget mendengar keputusan putrinya yang tiba-tiba.
Tapi Se Mi meminta ibunya untuk mengerti. Sambil berkaca-kaca ia berkata, “Walau ini kesempatan yang sudah aku impikan, tapi aku tak ingin melakukan dengan cara ini. Jika aku menerimanya, sepertinya aku mendapatkan peran ini dengan menyingkirkan sahabatku. Aku percaya kalau akan akan mendapatkan kesempatan lagi jika aku menunggunya. Dan jika aku tak mendapatkannya, maka tak ada lagi yang bisa kulakukan.”
Ibunya shock mendengarnya, tapi ibu Song Yi malah memuji Se Mi yang jauh lebih baik dari ibunya. Tapi Song Yi meminta Se Mi untuk menerima tawaran itu. “Jika bukan kau, orang lain yang akan mengambil peran itu. Aku tak bisa melakukannya karenamu, tapi karena aku dalam kondisi yang tak bisa melakukannya. Jadi jangan khawatir dan lakukan saja.”
Ibu Se Mi langsung memuji Song Yi yang ternyata jauh lebih baik dari ibunya. Se Mi masih nampak khawatir, tapi Song Yi tersenyum dan menenangkan temannya kalau ia benar-benar tak apa-apa jika Se Mi mengambil perannya, “Presdir Ahn sudah menunggumu. Pergilah sekarang.”
Song Yi berjalan pergi, namun di dekat Se Mi ia bertanya,”Apakah tak masalah Anda memakai sepatu hak tinggi saat kaki Anda patah?”
Se Mi terbelalak dan menyadari kalau kebohongannya semalam terbuka. Ibu Se Mi bingung mendengar pertanyaan Song Yi. Tapi Song Yi tak menjawab, hanya menatap temannya sinis dan berlalu pergi dengan ibunya.
Pada ibunya ia mengakui kalau semua ucapannya tadi adalah bohong. Ia sebenarnya telah menyetujui peran itu namun ia merasa bersalah sehingga ia ingin Song Yi berkata iya lebih dulu. “Tapi Ibu lihat ekspresi Song Yi tadi, kan? Ekspresi itu bukan ekspresi yang memberi selamat padaku. Padahal aku selalu memberi selamat padanya.”
“Karena ia selalu berpikir kalau kau adalah pengiringnya, bukan temannya,” jawab ibunya. “Kau harus menunjukkan padanya saat ini. Apa yang dapat terjadi saat pemain pendukung memperoleh ketenarannya.”
Se Me meneteskan air matanya, tapi sepertinya air mata itu bukan air mata kesedihan tapi karena marah. Atau malu karena kebohongannya terbuka?
Di depan pintu apartemennya, Song Yi menemukan ada paket untuknya dengan kartu ucapan Eonni, besok adalah ulang tahunmu, kan? Selamat ulang tahun yang kepagian. Fighting! – Seorang Fan.
Song Yi tersenyum membacanya, dan membuka kotak itu. Namun ia langsung menjerit dan melemparkan kotak itu. Isinya adalah foto mendiang Yoo Ra yang menangis darah.
Ia panik dan menggedor-gedor pintu rumah Min Joon. Ia mencoba menelepon Min Joon, namun tersadar kalau Min Joon tak memiliki handphone.
Di kantor polisi, Detektif Park mengeluhkan Min Joon yang tiba-tiba menghilang. Ia bahkan harus ditilang karena meninggalkan mobil di tengah jalanan yang macet, “Aku, orang yang hidup dengan selalu patuh pada hukum!”
Menurut Jaksa Seok, mereka tak bisa memaksa Min Joon untuk datang karena ia bukan saksi kunci. Yang bisa mereka lakukan hanyalah membuat surat panggilan resmi. Tapi Detektif Park masih aneh dengan kejadian kemarin. “Ia benar-benar ada di depan mataku, tapi ia tiba-tiba menghilang dalam kabut.”
Cieee… puitis sekali Detektif Park. Déjà vu dengan wajahnya? Mungkin karena dia adalah reinkarnasi dari Biksu So Jung.
Jaksa Seok lebih realistis dan menduga kalau Min Joon menyelinap ke dalam sebuah gedung. Tapi Detektif Park merasa waktunya terlalu singkat untuk Min Joon melakukannya. “Apa mungkin.. dia.. “ Jaksa Seok menjadi tertarik dan menoleh mendengar kelanjutan ucapan Detektif Park, “Bahkan di CCTV, ia menghilang dalam 1 detik. Mungkinkah.. kekuatan super?”
Wahh… Detektif Park pinteerrr… tapi Jaksa Seok dan para staf yang mendengarnya malah tertawa geli mendengar dugaan itu. Detektif Park pun menyadari kalau dugaannya itu berlebihan dan ia menyalahkan dirinya yang terlalu banyak kehujanan sehingga berpikir seperti itu. Tapi ia merasa penasaran dengan identitas Min Joon yang sebenarnya.
Jaksa Seok menjawab kalau Min Joon bukan orang biasa. Ia menyerahkan sebuah dokumen pada Detektif Park yang terbelalak membacanya, “Orang itu memiliki kekayaan yang luar biasa, yang hampir setara dengan kekayaan konglomerat.”
Di manakan Min Joon sekarang? Memancing bersama Pengacara Jang, sekaligus mengurus harta kekayaannya. Pengacara Jang tak henti-hentinya terkagum-kagum akan properti yang dimiliki Min Joon selama ini. Tanah di daerah Gangnam. Apakah Min Joon mendapatkan ramalan kalau tanah itu akan berharga seperti sekarang?
Min Joon berkata kalau tanah yang ia miliki adalah tanah yang ia beli sejak 400 tahun yang lalu dan nilainya berlipat ganda dengan sendirinya.
Saat tahun 1753, ia bertemu dengan broker tanah yang terkenal di Hanyang yang menujual tanah kosong padanya yang mengatakan kalau tanah itu akan menjadi tempat yang sangat sukses jika dijadikan perkebunan murbai. Begitu juga tanah yang sekarang berdiri taman hiburan Jamshil adalah tanah yang ia beli secara murah dari sekretaris kerajaan yang menjual murah tanahnya setelah diturunkan jabatan oleh Raja karena salah bicara.
Tanah yang rencananya ingin ia jadikan sebagai paviliun, sekarang adalah daerah Apgujong (apartemen elit di area Gangnam). Tanah-tanah yang ia beli itu, pada jaman dahulu tak termasuk bagian dari Hanyang dan hanya padang kosong yang tak bernilai tinggi. “Jika orang jaman dulu masih bisa menyaksikan zaman ini, mereka pasti pingsan melihat daerah itu sekarang.”
Pengacara Jang hanya menghela nafas, bertanya-tanya kenapa leluhurnya tak membeli tanah seperti Min Joon? Min Joon tersenyum dan meminta Pengacara Jang untuk melepas asset dan barang antiknya perlahan-lahan setelah kepergiannya agar tak timbul kecurigaan yang berlebihan.
Pengacara Jang mengerti dan berjanji melakukan seperti yang diperintahkan. Tapi mendengar perintah itu, membuatnya sadar kalau Min Joon benar-benar akan pergi. Min Joon merasa saat ini adalah saat-saat yang ia nanti-nantikan selama 400 tahun. “Saat waktunya tiba untuk pergi, kupikir aku akan mampu pergi tanpa penyesalan apapun.”
“Tapi apa?” Pengacara Jang mendengar ada keraguan dalam suara Min Joon.
“Semakin mendekati akhir, ada seseorang yang tertinggal di belakangku. Rasa penasaran yang tak terpecahkan,” kata Min Joon menerawang. “Kesedihan, keterikatan yang berkepanjangan. Hal-hal semacam itu. Situasi sekarang yang berbeda namun seperti sama dengan 400 tahun yang lalu, membuatku takut. Aku percaya kalau kematian adalah sebuah akhir dan orang mati akan lenyap. Tapi bagaimana jika kematian itu bukan sebuah akhir?”
Min Joon pulang ke apartemen dan mendapati sebuah post it tertempel di pintunya. Dari Song Yi : Jika kau bisa membeli handphone. Aku tak dapat menelepon jika ada sesuatu yang mendadak.
Min Joon berkata dalam hati, seakan melanjutkan apa yang dipikirkan di danau tadi, “Apakah orang yang kupikir telah pergi selamanya, kembali lagi muncul di hadapanku?”
Jae Kyung muncul di klinik hewan dan sepertinya hal itu memang adalah hal yang rutin. Dokter jaga heran melihat Jae Kyung yang notabene adalah generasi kedua chaebol tak memberitahukan media tentang dirinya yang bekerja sukarela di klinik itu dan tak pernah absen dalam bekerja.
Jae Kyung melepas jasnya dan berkata kalau saat-saat seperti inilah yang selalu ia sukai dan ia selalu meluangkan satu hari dalam seminggu untuk melakukannya. Ia melihat anjing yang dipeluk si dokter yang terlihat sakit dan bertanya tentang kondisi anjing itu.
Dokter jaga menjelaskan diagnose anjing itu yang tak bisa diselamatkan lagi. Jae Kyung pun bertanya apakah euthanasia adalah jalan keluar satu-satunya? Dokter jaga mengiyakan dan mereka akan melakukannya malam ini.
Jae Kyung sepertinya cukup menguasai bidang ini, karena ia menyebut magnesium sulfat yang harus dipersiapkan untuk euthanasia. Dokter jaga juga menjelaskan kalau anjing itu harus dibius lebih dulu, dan akhir-akhir ini anestesi banyak menggunakan propofol, obat yang sekarang menjadi kontroversi karena para selebiriti sering menggunakannya.
Jae Kyung meminta anjing itu agar bisa memeluknya. Dan sambil membelainya, ia berkata menenangkan anjing itu, dengan nada yang tidak menenangkan, “Tunggulah sebentar lagi. Rasa sakitmu sebentar lagi akan hilang.”
Dan dari pandangannya, sepertinya ia memiliki ide untuk menggunakan propofol. Ughh… dan kita tahu siapa yang salah ucap mengatakan propofol dan propolis.
Ibu Song Yi sangat terkejut dan gembira melihat bunga yang diberikan Hwi Kyung padanya. Hari ini bukanlah hari ulang tahunnya. Tapi Hwi Kyung tahu kalau hari ini adalah hari dimana ibu Song Yi berusaha keras untuk melahirkan Song Yi. Aww.. Hwi Kyung so sweet banget.
Ibu Song Yi bertanya apa rencana Hwi Kyung untuk ulang tahun Song Yi, apalagi sekarang Song Yi tak punya agenda kerja sehingga Song Yi pasti punya banyak waktu luang. Saat Hwi Kyung memberitahukan kalau ia akan mengajak makan malan, ibu Song Yi mengusulkan agar Hwi Kyung membuat sesuatu yang spesial. Dan ia tersenyum rahasia, “Apakah aku sebaiknya memberimu saran?”
(Bersambung)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !