Also known as : You Who Came from the Stars,You from Another Star,My Love from the Stars,My Love from Another Star,Man from the Stars,Man from Another Star
Genre : Romance,Comedy,Drama,Sci-Fi
Written by : Park Ji-eun
Directed by : Jang Tae-yoo
Country of origin South Korea
Originallanguage(s) Korean
No. of episodes 21
Production : Executiveproducer(s) Choi Moon-suk
Producer(s) Moon Bo-mi
Location(s) Korea
Cinematography Lee Gil-bok, Jung Min-gyun
Camera setup Multiple-camera setup, Running time 70 minutes
Productioncompany(s) HB Entertainment
Broadcast : Original channel SBS and regional affiliates
Picture format 1080i (HDTV), Original run 18 December 2013 – 27 February 2014
STARRING :
SINOPSIS LENGKAP :
Setelah menghentikan waktu, Min Joon pergi meninggalkan taman bermain. Ia teringat kesedihan Song Yi saat melihat tusuk rambut Yi Hwa, lalu senyum Song Yi saat menaiki kincir bersama Hwi Kyung. O-ow…apa Min Joon pikir Song Yi lebih bahagia jika bersama Hwi Kyung?
Seakan ingin mengenyahkan pikiran itu, Min Joon menekan pedal gasnya dan melaju kencang. Waktu pun berputar kembali.
Begitu waktu berputar, Song Yi memejamkan matanya. Ia merasakan sesuatu yang aneh barusan. Ia seakan pernah merasakan ini sebelumnya.
“Apa seperti déjà vu?” tanya Hwi Kyung.
“Tidak, bukan seperti itu,” kata Song Yi. Sesaat tadi ia merasa terkesima.
Hwi Kyung berkata begitu juga yang ia rasakan. Satu detik rasanya seabad. Ia bertanya apa Song Yi tidak akan menjawab lamarannya. Song Yi menahan nafas.
“Maafkan aku,” ujarnya dengan wajah menyesal. “ Sesaat tadi aku akan mengatakan “iya”. Aku bahkan tidak tahu jika cinta itu memang ada. Jika cinta memang ada, maka ayah dan ibuku, juga dunia ini, mungkin tidak akan sekacau ini.
Tadinya kupikir aku akan berpikir sepertimu, menganggap rasa sukaku padamu dan rasa nyamanku bersamamu sebagai cinta. Aku akan bisa meningkatkan tempatku dalam hidup ini. Berkat kau, aku akan hidup berkecukupan juga bisa memenuhi keinginan ibuku. Tapi aku benar-benar minta maaf, aku berubah pikiran sedetik kemudian. Aku tidak bisa melakukannya.”
Hwi Kyung kecewa, tapi ia berusaha keras tidak memperlihatkannya. Ia memeluk Song Yi dan berkata Song Yi semakin dewasa. Setidaknya Song Yi sempat berpikir untuk mengatakan “iya”. Jika dulu ia menyatakannya seperti ini, Song Yi akan langsung mengusirnya. Akhirnya hubungan mereka mengalami kemajuan. Eh….kemajuan?? Tampaknya Hwi Kyung belum menyerah ;p
Hwi Kyung mencium kening Song Yi. Ia berkata ia hanya akan mendengar kalimat pertama Song Yi, bahwa sesaat tadi Song Yi akan mengatakan ‘iya’. Hanya itu yang ia dengar. Ia yakin suatu saat nanti Song Yi akan mengatakan “yes” tanpa keraguan.
Min Joon berdiri sebuah tebing. Tebing yang sama ketika 400 tahun lalu Yi Hwa menemui ajalnya.
“Untuk pertama kalinya aku ingin melindungi seseorang. Tapi aku tidak bisa melakukan apapun dan kehilangan orang itu. Setelah tiba di bumi, itu adalah kematian yang kulihat untuk pertama kalinya.”
“Apa kalian tahu kenapa manusia takut mati? Karena mereka akan dilupakan. Meski aku menghilang dari dunia yang aku tinggali, dunia ini tetap sama dan aku sendiri yang dilupakan. Aku tidak takut mati. Meski aku meninggalkan dunia ini, di mana aku pergi dan hidup di tempat lain, meski tidak ada yang akan mengingatku, aku tidak peduli.
Tapi sekarang, kurasa aku sedikit takut. Ada seseorang…kuingin ia tidak melupakan aku. Tepat pada saat di mana aku harus pergi ke dunia lain.”
Hwi Kyung melampiaskan kekecewaannya dengan mibum-minum di bar. Begitu melihat Se Mi, sambil mabuk ia memeluknya. Se Mi membantu Hwi Kyung dan bertanya apa ada yang terjadi, karena Hwi Kyung tidak biasanya minum banyak.
Hwi Kyung berkata ia pasti bukan jodoh Song Yi. Ia bersikap pengecut dengan menggunakan uang untuk mendekati Song Yi, karena ia tahu Song Yi dalam masalah. Ia pikir dengan begitu Song Yi akan mendatanginya.
Se Mi bisa menduga Song Yi menolak Hwi Kyung lagi. Ia bertanya apakah Hwi Kyung tidak bisa berhenti saja. Semua ini sudah berlangsung cukup lama.
“Apa kau pikir semudah itu? Apa hatimu selalu melakukan apa yang kauinginkan? Aku benar-benar tidak bisa. Sungguh memalukan. Bagaimana jika Chun Song Yi, si gadis bodoh itu, benar-benar menunggu pria itu? Pria yang menyelamatkannya dalam kecelakaan itu.”
Se Mi teringat pada foto Min Joon. Ia mengaku pada Hwi Kyung bahwa ia sudah melihat pria itu. Tadinya ia tidak ingin percaya, tapi ia rasa pria itu orangnya.
Namun Hwi Kyung tidak mendengar ucapan Se Mi karena ia tertidur. Se Mi menangis lalu membelai kepala Hwi Kyung.
“Hwi Kyung-ah…aku juga tidak bisa. Aku juga tidak bisa mengendalikan hatiku,” katanya lembut. Ia sama seperti Hwi Kyung, tidak bisa berhenti mencintai Hwi Kyung meski tahu Hwi Kyung tidak mencintainya.
Malam itu ibu Song Yi dan Yoon Jae berkunjung ke apartemen Song Yi. Meski sudah menekan bel, pintu tidak kunjung dibuka. Ibu Song Yi pikir lamaran Hwi Kyung berjalan lancar sehingga Song Yi belum pulang. Yoon Jae mengusulkan untuk menitipkan makanan bawaan mereka pada satpam dan pulang.
Tapi ibu tidak mau pulang. Ini pertama kalinya mereka ke rumah Song Yi sejak Song Yi pindah ke sini. Tapi bagaimana mereka bisa masuk, tanya Yoon Jae. Song Yi juga tidak menjawab telepon mereka.
Ibu berkata password rumah Song Yi itu mudah ditebak. Pasti 4 angka terakhir nomor ponselnya (password yang lama). Tidak berhasil. Tapi dengan mudah Ibu menerka 1111. Walaaa pintu pun terbuka.
“Heol, bagaimana Ibu bisa tahu?” tanya Yoon Jae tak percaya.
“Gadis ini tidak bisa menggunakan password rumit. Dia pasti lupa.”
Keduanya masuk. Song Yi keluar dari kamar mandi dan berteriak saking kagetnya saat melihat mereka.
“Kenapa kau tidak membuka pintu kalau kau dirumah?”Ibunya langsung menegur.
“Aku Chun Song Yi! Apa aku harus membuka setiap kali bel berbunyi? Memangnya keamanan tempat ini sebagus itu?” celoteh Song Yi dengan mulut penuh busa odol.
Ibu Song Yi berkata memangnya gadis yang sadar keamanan akan mensetting passwordnya dengan angka 1111.
“Daebak, bagaimana Ibu bisa tahu?” tanya Song Yi.
“Cuci mulutmu! Jorok banget,” omel Ibu.
Terdengar bel di pintu. Ibu menyuruh Yoon Jae membukakan pintu. Yoon Jae membuka pintu dan menerima paket hadiah. Ia membawa paket itu dan menaruhnya di meja.
Ibu Song Yi menerka itu adalah hadiah ulang tahun dari seorang fans. Artinya pamor Song Yi belum hancur. Ia membuka paket itu lalu berteriak histeris hingga Yoon Jae langsung melompat dari kursi.
Song Yi buru-buru menghampiri mereka dan bertanya ada apa. Ibu terus menutupi wajahnya. Ia berteriak agar Song Yi tidak melihat isi kotak itu. Isinya tikus mati!
Song Yi mengambil kertas yang ada bersama paket tersebut. Ia membukanya. Itu adalah foto dirinya dengan tulisan: Kau juga harus mati.
Yoon Jae merebut foto itu dari tangan kakaknya dan membacanya. Ia marah dan langsung berlari keluar untuk mengejar si pengirim paket. Tapi orang itu terlanjur melarikan diri dengan sepeda motor.
Ia kembali ke apartemen kakaknya dan hendak melaporkan hal ini pada polisi. Tapi ibunya melarangnya. Jika mereka melapor pasti akan menjadi berita lagi. Dan saat ini berita apapun yang menyangkut Song Yi pastilah akan menjadi berita yang menjelekkan Song Yi. Apapun yang Song Yi lakukan pasti akan berakhir dengan hinaan dan makian.
“Jika ia tertawa, mereka menyebutnya tidak tahu malu. Jika ia menangis, mereka menyebutnya tidak sopan. Dengan kata lain, ia orang yang paling dibenci di Korea sekarang ini.”
“Terima kasih ibu, kau benar-benar memberi semangat,” sindir Song Yi.
Ibu Song Yi meminta Song Yi ikut dengannya besok untuk menemui Presdir Ahn. Ia akan terus mendesak Presdir Ahn sementara Song Yi harus bernegosiasi dengan mereka. Selama ini Song Yi sudah menghasilkan berapa banyak uang untuk mereka? Mereka seharusnya melindungi Song Yi pada saat-saat seperti ini.
“Kau sedang diteror!”
“Teror? Jangan berlebihan. Lihat beruang di sana itu? Ada fans yang mengirimiku hadiah seperti itu dan memintaku tetap semangat,” Song Yi menunjuk teddy bear besar di dekat pohon natal. Tidak semua orang membencinya.
Tapi ibu Song Yi mengungkapkan kenyataannya, bahwa saat ini lebih banyak orang yang membenci Song Yi. Apa Song Yi akan berkeliaran sendirian tanpa manajer?
“Aku menemukan manajer baru merangkap bodyguard,” jawab Song Yi.
“Siapa?” tanya ibu Song Yi.
Min Joon memeriksa kotak suratnya. Ia mendapat panggilan dari kantor polisi.
Song Yi mengantar ibunya dan Yoon Jae menunggu lift. Ibu Song Yi tiba-tiba teringat sesuatu. Ia bertanya bagaimana dengan Hwi Kyung. Apa Hwi Kyung tidak mengatakan sesuatu? Semacam lamaran?
“Ibu yang memberitahunya? Bahwa aku suka naik kincir pada hari ulangtahunku?” tuduh Song Yi.
Ibu Song Yi menggeleng, dan menyangkal, tapi jelas ia berbohong.
Min Joon berada di dalam lift, dan ia bisa mendengar percakapan mereka. Ia mendengar ibu Song Yi bertanya apa Song Yi menjawab ‘ya’ pada lamaran Hwi Kyung. Mungkin kali ini Min Joon yang merasakan waktu sedetik bagai seabad menunggu jawaban Song Yi.
“Aku jawab ‘tidak’.”
Min Joon terpaku.
Ibu Song Yi mengomeli anaknya sementara Yoon Jae geleng-geleng melihat sikap ibunya. Ibu Song Yi tidak habis pikir Song Yi menolak lamaran Hwi Kyung padahal Song Yi sangat beruntung karena Hwi Kyung sudah begitu lama mengejarnya. Bagaimana jika Hwi Kyung sadar dan berhenti mengejar? Mengapa Song Yi jual mahal?
“Aku tidak jual mahal. Jual mahal itu kalau seseorang mengatakan tidak padahal hatinya mengatakan iya. Aku menolak karena aku memang bermaksud begitu dan aku cukup menghargainya (Hwi Kyung).”
Min Joon tersenyum mendengar ucapan Song Yi.
Lift terbuka. Song Yi heran melihat Min Joon baru sampai, bukankah tadi Min Joon pergi duluan. Min Joon melangkah keluar lift dengan canggung sambil melihat ke arah ibu Song Yi.
Song Yi memperkenalkan ibunya dan adiknya. Min Joon menyapa mereka dengan sopan. Hehe…aku malah ngeliatnya Min Joon agak gugup, karena bertemu calon mertua XD
Ibu Song Yi dan Yoon Jae melihat Min Joon dengan rasa penasaran. Siapa Min Joon?
Song Yi langsung menggandeng tangan Min Joon dan memperkenalkannya sebagai manajer barunya.
“Aku bu…”
“Ia tinggal di sebelah, jadi rumahnya dekat,” celoteh Song Yi. “Ia lulusan Harvard. Aku perlu manager yang fasih berbahasa Inggris jika aku mau menjajaki Hollywood. Jadi aku mempekerjakannya secara khusus.”
“Begini…” ibu Song Yi hendak bicara.
Tapi Song Yi mendorong ibunya dan Yoon Jae masuk ke dalam lift dan buru-buru mengucapkan selamat tinggal. Ia tersenyum lega ketika keduanya tak terlihat lagi.
“Lepaskan tanganku,” ujar Min Joon. Galak mode: on.
“Ups,” Song Yi melepaskan pegangannya. “Oh sorry. Kau bilang kau sekolah di Amerika. Bagaimana bisa kau begitu kaku soal sentuhan fisik. Bukankah di Amerika mereka melakukan hal seperti ini antar teman?”
“Di Amerika aku tidak punya teman,” kata Min Joon ketus.
Song Yi berkata seharusnya Min Joon memikirkan dengan serius kenapa ia tidak punya teman di Amerika dan Korea.
“Aku tidak pernah mengatakan aku akan jadi manajermu. Jangan katakan itu pada orang lain,” kata Min Joon.
“Kau kan tanya bayarannya.”
“Aku hanya tanya. Apa aku bilang aku akan melakukannya?” tanya Min Joon.
Song Yi mengira Min Joon sedang tarik ulur untuk negosiasi gaji. Ia menghampiri Min Joon dan bertanya berapa banyak yang Min Joon minta.
“Aku hendak memasukkan passwordku,” kata Min Joon.
“Silakan saja. Walau aku melihatnya, aku tidak akan bisa mengingatnya. Aku selalu melupakan passwordku.”
Min Joon memasukkan password apartemennya.
“Manajer Do.”
“Jangan panggil aku seperti itu.”
Pintu terbuka. Song Yi menahannya.
“Jangan…” Min Joon berhenti saat melihat ekspresi sedih Song Yi.
Song Yi berkata tadi pagi ia mendapat kiriman foto pemakaman Yu Ra dan barusan ia mendapat kiriman tikus mati, mengatakan bahwa ia harus mati.
Min Joon menghela nafas panjang. Ia melepaskan tangan Song Yi dari pintunya.
Dan menggandengnya masuk ke dalam apartemennya.
Song Yi curhat bahwa ia telah hidup menjadi seorang selebritis selama 15 tahun dan hanya butuh waktu 2 minggu untuk jatuh. Segala usahanya selama ini menjadi sia-sia hanya karena sebuah rumor yang tidak berdasar.
“Aku hanyalah wanita iblis yang menyebabkan kematian seorang artis cantik. “
“Kau tidak seperti itu. Sudah cukup,” kata Min Joon.
Song Yi berkata ia juga berpikir begitu tapi semua orang tidak berpikir demikian. Apa yang akan ia lakukan mulai sekarang? Lalu ia termenung dan berpikir apakah ia sudah menolak tanpa alasan.
Ia bercerita pada Min Joon mengenai lamaran Hwi Kyung. Jika ia tidak bisa kembali masuk dalam dunia entertainment setelah membayar denda pembatalan kontrak, maka ia tidak punya uang lagi. Apalagi ibunya menghabiskan banyak uang. Ia tidak bisa terlihat seperti gelandangan meskipun ia bangkrut, karena semua orang pasti melihatnya. Prospeknya terasa suram.
Ia bercerita Hwi Kyung akan bertanggung jawab atas dirinya dan keluarganya. Hwi Kyung akan memastikan ia tidak kekurangan.
“Kalau begitu kenapa kau menolaknya?” tanya Min Joon.
“Itulah…kenapa aku menolaknya? Haruskah aku mengatakan “iya” sekarang?”
“Iya untuk apa?!” sergah Min Joon.
Song Yi kaget melihat reaksi Min Joon. Min Joon beralasan membicarakan kekayaan dalam pernikahan itu termasuk sikap barbar.
“Kata siapa?” tanya Song Yi.
“Myeongshimbogam (buku moral Konfusius dari jaman Goryeo).”
“Katakan padaku sejujurnya. Kau ini sebenarnya bukan dari Harvard tapi dari Cheonghakdong, kan? Bagaimana bisa seseorang begitu kolot dan membosankan,” gerutu Song Yi. (Cheonghakdong adalah sebuah desa di Korea yang tidak tersentuh dunia modern)
Ganti Min Joon yang mengomel, banyak pepatah bagus dalam Myeongshimbogam. Song Yi bertanya apakah di dalamnya juga tercantum nasihat untuk menolong tetangga yang sedang kesulitan.
“Mulai besok, tinggallah di sisiku. Oke?”
“Tinggal di sisimu?” tanya Min Joon. Lalu dengan nada tegas seperti biasanya, ia berkata ia akan memikirkannya.
Setelah Song Yi pulang, Min Joon masuk ke perpustakaannya dan membuat beberapa buku melayang. Ia mengambil salah satu buku itu lalu tersenyum.
Itu adalah buku “Perjalanan Ajaib” karya Edward Tulane. Min Joon membacanya.
“Pada jaman dulu kala, ada puteri yang sangat cantik. Seperti bintang yang bersinar di tengah kegelapan malam, puteri itu berkerlap kerlip seperti bintang. Entah kenapa, hati Edward merasa terhibur oleh kata-kata itu. Jadi ia bergumam pada dirinya sendiri: Seperti bintang yang bersinar di tengah kegelapan malam.”
Min Joon mencoba untuk melakukannya. Ia bergumam: Seperti bintang bersinar dalam kegelapan malam.
“Dan saat ia menggumamkannya terus menerus, matahari mulai terbit.”
Se Mi berbicara dengan kakaknya mengenai foto yang ia lihat di kamar kakaknya. Yoo Seok berkata Se Mi tidak boleh sembarang mengambil foto tersebut.
“Siapa pria dalam foto itu?” tanya Se Mi.
Ketika kakaknya menjawab tidak tahu, Se Mi bertanya apa kakaknya tidak mau memberitahu karena itu rahasia penyelidikan. Yoo Seok berkata ia benar-benar tidak tahu dan ia akan mencari tahu.
Min Joon memenuhi panggilan untuk datang ke kantor polisi. Detektif Park bertanya kenapa waktu itu Min Joon tiba-tiba lari. Min Joon berkata saat itu ia ada urusan darurat. Detektif Park bertanya apa Min Joon tahu berapa banyak denda yang harus dibayarnya pada hari itu akibat menaruh mobilnya sembarangan, juga denda derek.
Min Joon memotong perkataan Detektif Park dan bertanya memngapa mereka memanggilnya sebagai saksi. Yoo Seok berkata mereka melihat Min Joon ada di tempat kejadian melalui kamera CCTV. Min Joon juga terlihat dalam rekaman CCTV salon di mana Yu Ra dan Song Yi bertengkar. Terlebih lagi, Min Joon tinggal di sebelah apartemen Song Yi. Min Joon juga mengajar di kampus tempat Song Yi belajar. Apa semua itu kebetulan?
“Jadi kalian pikir aku berkaitan dengan peristiwa itu?” tanya Min Joon tenang.
“Ya, mencurigai adalah pekerjaan kami,” kata Yoo Seok.
Min Joon berkata setiap hari ia menulis diari. Setelah menerima surat panggilan polisi, ia memeriksa diarinya dengan teliti untuk melihat apa yang ia lakukan pada hari peristiwa itu terjadi.
“Karena aku bertemu dengan pengacara kenalanku, aku sepertinya pulang sekitar tengah malam. Peristiwa itu terjadi jam berapa?”
“Sekitar jam setengah 12 sampai setengah 1 malam,” kata Yoo Seok.
Min Joon berkata setahunya peristiwa itu terjadi di kapal di tengah Sungai Han. Ia yang saat itu sedang berada di rumah, mungkinkah tiba di tempat kejadian dalam waktu 30 menit?
Detektif Park tersenyum sinis dan bertanya apakah ada orang yang bisa membuktikan Min Joon ada di rumah pada saat itu. Min Joon berkata mereka bisa memeriksa CCTV yang terpasang di gedung apartemennya.
Yoo Seok dan Detektif Park memeriksa CCTV itu dan mereka melihat Min Joon. Jika Min Joon ada di apartemen pada jam-jam tersebut, tidak mungkin Min bisa bolak balik ke kapal di tengah sungai dalam waktu singkat. Bahkan dalam rekaman CCTV tidak terlihat Min Joon keluar dari apartemen.
Sementara itu hasil uji tulisan tangan Yu Ra dalam surat peninggalannya telah keluar. Hasilnya: 100% itu tulisan tangan Yu Ra. Jalan buntu jika Yoo Seok ingin membuktikan bahwa Yu Ra tidak bunuh diri.
Presdir Ahn diwawancarai mengenai hasil tes surat tersebut. Akibatnya kritik terhadap Song Yi semakin keras. Reporter bertanya apa itu yang menyebabkan Presdir Ahn membatalkan kontrak Song Yi? Presdir Ahn berkata bukan karena itu. Kontrak Song Yi memang berakhir bulan ini dan karena Song Yi tidak ada pekerjaan lain yang menantinya maka kontrak itu berakhir begitu saja. Beom memandang Presdir Ahn dengan pandangan tidak setuju.
Reporter bertanya apakah Presdir Ahn tahu apa yang dilakukan Song Yi akhir-akhir ini. Presdir Ahn berkata saat ini Song Yi sedang menguragi stressnya dengan beristirahat, membaca, mendengarkan musik, dan meditasi, juga berkonstrasi untuk bisa mengendalikan pikiran.
Kenyataannya? Song Yi menghabiskan waktu dengan makan, minum, tidur. Suatu ketika ia terbangun dan otomatis menelepon Beom (seperti yang biasa ia lakukan) karena mengira ia harus syuting.
“Beom-ah, matahari sudah tinggi . Di mana kau!!”
“Aku di set syuting Se Mi noona,” kata Beom, sekarang ia adalah manajer Se Mi.
Se Mi telah selesai syuting. Sutradara memuji akting Se Mi, juga berkata suasana syuting berubah karena pemeran utama diganti. Ia mengajak semua kru makan malam hari ini. Hal itu terdengar oleh Song Yi melalui telepon.
“Noona, apa ada masalah?” tanya Beom.
“Tidak, aku hanya bertanya-tanya kau ada di mana. Sepertinya kau ada janji makan malam, pergilah,” kata Song Yi pelan.
Song Yi mengamati apartemennya yang berantakan dan bertanya-tanya apa yang sedang ia lakukan saat ini.
Min Joon menerima pesan di pagernya. Ia menelepon, ternyata Bok Ja. Bok Ja menanyakan buku-buku yang belum dikembalikan oleh Min Joon. Ia memberikan pinjaman itu tanpa meminta KTP karena Min Joon meninggalkan kesan baik. Ia berkata batas waktu peminjaman itu sudah lewat dan tidak bisa diperpanjang lagi. Ia meminta Min Joon segera mengembalikannya.
Pesan kedua. Dari Song Yi.
“Bagaimana bisa seorang manajer pergi tanpa memberitahu lebih dulu? Kau ada di mana? Telepon aku. Tidak bisakah kau membeli ponsel? Bukankah itu peralatan dasar seorang manajer?” omel Song Yi.
Min Joon tersenyum. Lalu ia pergi ke toko ponsel.
Ia meminta ponsel yang sinyal penerimaannya paling baik. Penjaga toko berkata semua ponsel seperti itu. Maka Min Joon meminta ponsel yang terbaik dari semuanya.
Hwi Kyung menemui ayahnya. Ayahnya bertanya presentasi apa yang hendak dibicarakan padahal ia sangat sibuk.
Hwi Kyung berkata ia mengajukan proposal yang besar. Ayahnya akan menyesal jika menolak. Proposal bisnis ini bukan dari seorang anak pada seorang ayah, tapi dari pegawai SNC pada Presdir-nya.
“Berhentilah bicara berputar-putar. Ada apa?” tanya ayahnya.
Hwi Kyung menyodorkan proposalnya. Ia berkata saat ini Grup SNC memiliki mall, perusahaan kendaraan, bioskop, apartemen, dan peralatan elektronik. Mereka terus memperluas bisnis, tapi ada satu bidang yang terlewat.
Ayah tertawa geli. Hwi Kyung meminta ayahnya membuka halaman pertama proposalnya. Foto Song Yi menghiasi halaman tersebut.
“Inti dari Korean Wave: agensi selebritis,” kata Hwi Kyung.
Ayahnya langsung cemberut dan menyuruh Hwi Kyung berhenti. Hwi Kyung berkeras agensinya berbeda dari agensi lain. Ia meminta ayahnya membuka satu halaman lagi.
Lagi-lagi foto Song Yi. Dan lebih banyak.
“Perbedaannya adalah, kita adalah agensi hanya untuk satu artis.” Pfft…..
Hwi Kyung berkata mereka akan menjadi agen artis yang saat ini merupakan bintang tak tertandingi di Korsel.
“Artis Asia. Dan artis itu adalah, wanitaku. Chun Song Yi.”
Ia terus menyebut nama Song Yi meski ayahnya tidak mau mendengar lagi. Akhirnya ayahnya kesal dan mengambil tongkat golfnya untuk memukulnya.
Hwi Kyung memegangi ayahnya dan dengan wajah memelas memohon agar ayahnya menerima proposalnya.
“Apa kau begitu menyukainya?” ayahnya bertanya.
Hwi Kyung mengiyakan.
Ayah menghela nafas panjang. Ia akan memikirkannya. Tapi bukan berarti ia memberi persetujuan untuk menikahi Song Yi.
“Siapa yang membutuhkan persetujuan Ayah? Aku hanya membutuhkan persetujuan Song Yi. Untuk mendapatkan persetujuan itu aku sudah melakukan segala daya upaya selama lebih dari 10 tahun.”
Ia meminta ayahnya menerima proposalnya dan membuat agensi satu artis. Dengan polosnya ia berkata ia hanya memiliki kekayaan ayahnya untuk memikat Song Yi.
“Jadi, Ayah tidak boleh bangkrut.”
Hwi Kyung langsung dihadiahi tendangan ayahnya.
Song Yi menghabiskan waktunya di rumah, berbicara dengan televisi sambil makan snack. Ia menonton iklan home shopping dan menanggapi kata-kata dari si pembawa acara. Iklan itu mengenai alat untuk menurunkan lemak tanpa olah raga
“Kita tidak boleh berhenti untuk mendapatkan bentuk tubuh ideal.”
“Aiyooo… tentu tidak, kita bisa mendapat masalah besar (karena ia artis yang harus selalu menjaga bentuk tubuhnya), kita tidak boleh berhenti berusaha,” sahut Song Yi.
“Jika kita banyak di rumah, maka pasti ada bagian yang membesar. Ah, perut yang besar ini. Apa yang akan kaulakukan dengannya?”
Song Yi langsung berhenti makan dan memeriksa perutnya.
“Omo..sepertinya berat badanku bertambah. Apa yang harus kulakukan?” kata Song Yi. Ia melembar bungkusan snacknya.
“Kita hanya perlu memakai ini selama 30 menit, maka kau akan melihat hasilnya dalam waktu singkat,” pembawa acara memperagakan alat itu.
“Selama ini aku berolahraga mati-matian padahal ada benda seperti itu? Aissh,” Ia langsung menekan nomor telepon home-shopping tersebut, tapi belum selesai ia menekan tombol (biasanya telepon home shopping panjang), teleponnya berbunyi.
“Halo!” ujar Song Yi kesal karena merasa terganggu.
“Ini Do Min Joon.”
“Ya, cepat bicara. Aku sedang sibuk.”
“Ini nomor teleponku.”
“Kau membeli ponsel? Saat ini kau di mana?”
“Memangnya kenapa?”
“Kita harus rapat. Apa kita tidak perlu rapat? Di saat kau menangani bintang besar sepertiku?”
Maka mereka pun rapat di rumah Min Joon. Min Joon berkata Song Yi menginginkan rapat, maka mereka rapat. Apa agenda rapatnya?
“Ehm, walau aku akhir-akhir ini melepasnya, aku biasanya membintangi iklan semua makanan ini: yoghurt, mie beras, kopi, semua makanan instan, dll. Jika aku memperbaharui kontrak maka aku pasti harus melakukannya lagi. Jika itu terjadi, bukankah kau pikir aku harus bisa menunjukkan pada mereka peningkatan kemampuan makanku? Karena itu aku yakin penting untuk merasakan berbagai macam makanan selama waktu istirahat yang berharga ini.”
“Jadi?”
“Apa yang akan kita makan malam ini, Manajer Do?” Ha, bukannya tadi mau menurunkan berat badan??
Song Yi berkata ia ingin makan gaebul sebelum musim dingin berakhir. Apa itu gaebul? Cacing laut yang bentuknya terus terang agak mengerikan menurutku. Song Yi bertanya di mana mereka bisa mendapatkan gaebul. Restoran sashimi? Supermarket? Atau pasar ikan?
“Kau ingin mengadakan rapat untuk membicarakan ini?” tanya Min Joon berusaha bersabar.
Song Yi berkata selama 15 tahun ini ia hanya makan kubis dan dada ayam, jadi mulai sekarang setiap waktu makan dan makanan yang ia makan adalah hal yang penting baginya.
“Aku akan menghargai jika kau fokus pada masalah ini bersamaku dan memberikan ide,” ujarnya.
Min Joon menghela nafas panjang. Terdengar suara bel pintu. Min Joon heran karena ia tidak sedang menunggu siapapun. Ia berteriak siapa yang datang.
Ternyata pengantar paket. Min Joon berteriak ia tidak memesan apapun. Song Yi berteriak ia memesannya. Lalu ia menyuruh Min Joon membuka pintu. Ia menjelaskan pada Min Joon bahwa ia yang memesannya. Karena banyak waktu luang, ia telah banyak menonton iklan home shopping dan ternyata itu dunia yang sama sekali baru baginya. Begitu banyak hal menarik di sana.
“Kalau begitu kenapa kau mengirimnya ke rumahku?” tanya Min Joon bingung.
“Karena aku Chun Song Yi. Bagaimana bisa Chun Song Yi mengambil paket seorang diri? Kau akan mendapat kiriman 2 paket lagi besok. Tolong ambilkan untukku. Betapa bagusnya memiliki manajer,” kata Song Yi senang.
“Siapa manajer…”
Bel pintu kembali berbunyi. Song Yi buru-buru bersembunyi di balik tembok. Min Joon membuka pintu.
“Apa nama Anda Manajer Do? Tolong tandatangan di sini,” kata si pengantar.
Min Joon terpaksa menerima paket tersebut.
Song Yi membuka paketnya dengan bersemangat. Isinya sebuah kendi besar. Ia membuka kendi itu dan menghirup baunya.
“Apa itu?” tanya Min Joon.
“Ganjang gejang (kepiting yang difermentasi kecap). Kau punya nasi kan? Mencampur nasi dengan cangkang kepiting adalah yang terbaik.”
Lalu seperti berada di rumahnya sendiri, Song Yi berkeliaran di dapur. Ia berkata mereka harus makan bersama karena ia bukan jenis orang yang dengan egois makan sendirian.
“Aku sudah bilang. Aku benci makan bersama orang lain.”
“Aku benci makan sendirian,” kata Song Yi polos.
Haha…tebak siapa yang menang? Min Joon menyiapkan meja makan sementara Song Yi menaruh kepiting di piring. Ia mengomel habis-habisan karena isi kendi itu ternyata kecap semua dan kepitingnya hanya sedikit. Kepitingnya juga tidak ada telurnya, tidak seperti dalam iklan. Ia merasa tertipu.
“Ckckckck…para penjahat yang bersembunyi di Beotigogae pada malam hari,” kata Min Joon sambil melihat kepiting-kepiting itu.
Song Yi bingung, apa yang Min Joon katakan? Ngga nyambung soalnya
Min Joon berkata ada sebuah lorong disebut Beotigogae di antara Yaksu-dong dan Hannam-dong. Dulu banyak saudagar melewati lorong tersebut. Lorong itu sempit dan berbatu jadi banyak pencuri bersembunyi di sana. Karena itu bila orang melihat orang jahat yang menipu dan curang, mereka biasanya berkata: para penjahat yang bersembunyi di Beotigogae pada malam hari.
“Ah sudah cukup lama kau tidak menggunakan makian jaman Joseon. Dari mana kau belajar semua itu? Apa kau suka menonton acara pendidikan? Ah benar juga, sekarang waktunya drama. Mari kita makan di ruang tengah.”
“Kita harus makan di meja makan. Aku benci makan di tempat lain.”
Song Yi menatap Min Joon....
Dan tebak siapa yang menang….lagi?
Mereka makan sambil menonton drama yang sebelumnya siperankan Song Yi dan sekarang digantikan oleh Se Mi. Song Yi terus mengkritik Se Mi.
“Ugh…ada apa dengan make-upnya? Make-upnya tebal kan?”
“Ia terlihat cantik.”
Song Yi melirik Min Joon kesal. Lalu ia kembali menonton.
“Aigoo…bukan begitu caranya. Apa kau tahu perasaan? Ia mengucapkannya dari kepalanya, bukan dari hatinya. Seharusnya aku memberinya nasihat.”
“Lakukan salah satu, makan atau menonton?” ujar Min Joon.
“Lihat..lihat…itu bukan air mata betulan. Itu tetes mata. Air mata palsu,” kata Song Yi cuek. ”Jika kau menangis betulan, air mata tidak jatuh dengan cantik membuat satu garis seperti itu. Air mata betulan keluar dari sudut mata dan hidungmu sangat berair. Pokoknya hidungmu jadi tampak menjijikkan. Kau tahu itu, kan? Jika kau menangis, akan terlihat seperti itu.”
“Aku tidak tertarik jadi berhentilah menjelaskan.”
Song Yi meminta Min Joon mengoper kotak tissue padanya. Tanpa sadar Min Joon membuat kotak tissue bergerak ke samping Song Yi dengan kekuatan telekinesisnya. Song Yi heran melihat kotak tissue ada di sampingnya. Apa sejak tadi ada di sana?
Menyadari kecerobohannya, Min Joon berkata kotak tissue itu sejak tadi ada di sana.
“Aku lihat tadi ada di sana,” Song Yi menujuk sebelah Min Joon.
“Kau pasti salah lihat.”
Untungnya Song Yi tidak mempermasalahkan itu lagi. Ia kembali menonton drama. Ia yakin rating drama itu akan turun.
“Aaah, aku membuatnya mendapat rating 17% dengan aktingku yang penuh penjiwaan,” kata Song Yi prihatin. Dan sekarang staf produksi pasti kalang kabut karena ratingnya menurun setengahnya sebagai akibat kepergiannya. Ia berkata akhir-akhir ini penonton drama lebih kejam. Ia menerka ratingnya akan menjadi 8%.
“Bagaimana kau tahu?” tanya Min Joon sedikit geli.
“Aku sudah bekerja di industri ini selama 15 tahun. Aku ini hantu (tahu segalanya). Aku bisa mengetahuinya dengan sekali lihat. Paling tinggi….8?”
Dan ternyata rating drama itu menembus 20%, Sutradara drama berterima kasih pada Se Mi. Ia berkata Song Yi tidak bisa mencapai angka tersebut tapi Se Mi bisa. Se Mi tersenyum malu-malu. Selain itu, artikel mengenai karir Se Mi pun sangat positif. Sepertinya masa depan Se Mi semakin cerah.
Pengacara Jang meninggalkan Min Joon dengan wajah cemberut. Min Joon mengejarnya, bertanya kenapa Jang berjalan begitu cepat. Apa ia marah?
“Kenapa aku harus marah padamu?” ujar Jang ketus.
“Kau kan yang terus menyuruhku membeli ponsel. Sekarang aku sudah membelinya dan memberimu nomor teleponku. Kenapa kau marah padaku?”
“Selama lebih dari 10 tahun aku menyuruhmu membeli ponsel. Tapi kau tidak pernah mendengarku. Kenapa baru beli sekarang di saat waktunya hanya tinggal 2 bulan lagi?”
“Eh…kupikir aku akan memerlukannya.”
Pengacara Jang melihat ponsel Min Joon. Ia mengecek speed dial nomor 1. Bisa diduga nama siapa yang muncul. Chun Song Yi.
Min Joon membela diri bahwa ia pikir ia akan lebih banyak menelepon Song Yi.
“Lihat, nomor 2 adalah kau, Pengacara Jang.” Hahahaha…emangnya ada nomor lain? Min Joon kan cuma kenal 2 orang.
Apa Pengacara Jang ingin jadi nomor 1? Pengacara Jang berkata ia tidak peduli hal itu, sungguh kekanakkan. Tapi wajahnya tetap cemberut. Cinta segitiga yang aneh >,<
Tepat saat itu Song Yi menelepon. Ia bertanya manajer macam apa yang banyak bepergian. Min Joon harus memberitahunya jika hendak pergi.
“Apa ada sesuatu?”
“Tentu saja ada. Apakah kita tidak akan mendiskusikan makan siang kita? Aku ingin makan mie dalam pot.”
“Apa-apaan. Sudah ya,” Min Joon menutup teleponnya.
Song Yi mengeluh ia lapar. Bel pintu berbunyi. Song Yi membukanya.
“Noona!” sapa Beom.
“Ada apa ini? Kau tidak mengikuti Se Mi? Kenapa kau di sini?”
Beom menyodorkan sebuah dompet. Dompet itu tertinggal di mobil. Dompet Yu Ra. Song Yi mengambilnya.
“Aku akan menunggumu, Noona. Sepertinya aku terbiasa dengan wanita galak. Se Mi noona sangat baik padaku. Rasanya jadi tidak nyaman dan sedikit canggung. Aku kangen makianmu dan kegalakanmu, Noona.”
Song Yi meraih tangan Beom.
“Benar, tunggulah sebentar lagi. Saat Noona kembali, Noona akan menggalakimu habis-habisan,” kata Song Yi pelan. Pfft….
Song Yi merasa tidak enak jika membuang dompet itu. Tapi lebih tidak enak lagi jika menyimpannya. Tanpa sengaja ia menjatuhkan dompet itu. Isinya berhamburan, dan salah satunya adalah sebuah USB.
Min Joon dan Pengacara Jang makan bersama. Pengacara Jang berkata ia sangat ingin makan nasi. Min Joon berkata ia sangat ingin makan mie dalam pot. Dan di sinilah mereka berada.
Pengacara Jang heran ada apa dengan Min Joon. Selama lebih dari 30 tahun sangat sulit bagi mereka untuk bisa makan bersama. Terakhir kali mereka makan bersama di rumah Min Joon dan hari ini.
Min Joon berkata kebiasaan makan memang aneh. Selama ini ia terbiasa makan sendirian. Tapi setelah ia makan bersama orang lain, makan sendirian membuatnya merasa sedikit kesepian.
Lalu ia memesan 2 porsi mie untuk dibawa pulang. Pengacara Jang bertanya kenapa harus 2 porsi. Min Joon berkata ia akan menyimpannya untuk dimakan nanti.
Mereka keluar dari kedai mie dan Min Joon nampak terpaku. Apa ada masalah, tanya Pengacara Jang.
“Dingin,” kata Min Joon.
“Tentu saja dingin. Ini musim dingin,” ujar Jang geli. Tapi lalu ia sadar. “Kau kedinginan? Kau tidak sering merasakannya.”
“Kurasa itu artinya waktu untukku pergi semakin dekat. Sepertinya tubuhku berubah sedikit demi sedikit.”
Song Yi menaruh teddy bear di sampingnya, lalu membuka USB yang ia temukan dalam dompet Yu Ra. Isinya sebuah video percakapan Yu Ra dengan seorang wanita.
“Tolong keluarkan aku dari sini. Aku tidak gila. Aku akan gila jika aku tinggal di sini.”
“Katakan padaku, mengapa kau berakhir di sini?” tanya Yu Ra.
“Orang itu menaruhku di sini. Karena aku mengetahui rahasianya.”
“Rahasia apa?”
“Aku tidak bisa memberitahumu. Tolong keluarkan aku dari sini. Kau juga harus menjauh dari orang itu. Jika tidak, ia mungkin akan membunuhmu.”
Song Yi bingung melihat percakapan itu. Ia bertanya-tanya apakah itu sebuah film dokumenter. Tipuan? Dan siapa wanita yang berbicara dengan Yu Ra.
Belum selesai ia menonton, bel pintunya berbunyi. Song Yi menutup laptopnya lalu membuka pintu.
Untunglah Min Joon yang datang. Dengan kaku Min Joon mengulurkan mie yang dibawanya. Ia beralasan seseorang memberinya mie ini jadi ia membawanya.
“Ada dua bungkus. Kau juga belum makan?”
Min Joon mengangguk.
“Bagus, ayo kita makan bersama,” Song Yi mengambil bungkusan itu.
“Aku bisa makan nanti….atau aku bisa memakannya sekarang,” gumamnya, menyusul Song Yi.
Jae Kyung menelepon seseorang, sepertinya asistennya. Ia menatap laptopnya dan berkata keadaan semakin rumit.
“Kau bisa mulai sekarang,” ujarnya.
“Mulai apa?” tanya Hwi Kyung yang baru masuk ke kantor kakaknya.
Jae Kyung tersenyum dan menutup lapotopnya. Ia berkata ada masalah kecil yang harus ia urus. Ia bertanya ada apa Hwi Kyung mencarinya.
Hwi Kyung berkata ia akan makan malam bersama Song Yi nanti malam. Apa Jae Kyung mau ikut? Jae Kyung berkata malam ini ia sibuk. Jadi mereka akan makan malam besok.
“Song Yi mungkin tidak akan bisa makan malam besok,” gumam Jae Kyung setelah adiknya pergi.
Song Yi dan Min Joon makan mie bersama. Song Yi berkata mie-nya enak sekali. Min Joon berkata restoran itu sudah berdiri selama 3 generasi.
“Pantas saja.”
“Tapi tidak seenak generasi pertama,” gumam Min Joon.
Song Yi melirik Min Joon.
“Sepertinya kau sudah memakannya sejak itu. Apa tidak ada orang yang menyebutmu orang tua?” tanya Song Yi. Muda di luar, tua di dalam. Min Joon terdiam.
Song Yi menerima telepon. Ia bersikap seakan ia sibuk seperti biasanya dan memiliki antrian pekerjaan. Begitu ia menutup telepon, ia berseru girang pada Min Joon bahwa mereka mendapat jadwal.
“Apa?”
“Aku mengirim pakaianku untuk dijahit. Dan sudah siap untuk diambil. Ah, sudah lama aku tidak keluar rumah. Apa yang seharusnya kupakai?” Song Yi dengan bersemangat langsung bangkit berdiri.
Min Joon baru menyadari ada boneka teddy bear. Song Yi berkata boneka itu dari fans. Tapi Min Joon merasa curiga dan melalui mata supernya ia melihat sebuah kamera terpasang di balik mata boneka.
Min Joon mencabut mata boneka itu. Dan benar, ada kamera di baliknya.
Min Joon mengantar Song Yi. Song Yi bertanya-tanya siapa yang memata-matainya. Dan kenapa? Apa orang itu begitu membencinya hingga menghabiskan waktu, tenaga, dan uang hanya untuk memata-matainya?
Mereka tiba di butik. Min Joon berkata ia akan menunggu di luar.
“Jangan pergi,” kata Song Yi.
“Aku tidak akan pergi.”
“Terima kasih.”
Song Yi masuk ke dalam butik dan berpapasan dengan Se Mi. Keduanya jadi canggung satu sama lain. Mereka minum teh bersama di butik itu.
Song Yi berkata ia menonton drama Se Mi. Se Mi berkata sepertinya terakhir kali mereka bertemu Song Yi telah salah paham.
“Aku tidak salah paham. Kau pergi malam itu setelah mendapat sms dari sutradara lalu kau berbohong padaku bahwa ibumu terluka. Aku tahu kau sebenarnya sudah memberitahu sutradara bahwa kau menerima peran itu. Mengapa kau berbohong padaku bahwa kau tidak akan melakukannya? Apa kau pikir aku akan membuat keributan untuk menghentikanmu menerima peran itu?”
“Kupikir kau akan merasa buruk. Bukan karena orang lain tapi karena aku. Jika aku, yang bahkan tidak kauanggap saingan, menggantikan tempatmu, harga dirimu akan terluka.”
“Aku tidak menganggapmu? Jika aku tidak menganggapmu, apakah aku akan memohon peran untukmu dalam setiap drama dan film yang kulakukan?”
Se Mi berkata Song Yi adalah orang yang pencemburu dan lebih kompetitif dibandingkan siapapun. Tapi Song Yi tidak pernah merasa dirinya adalah ancaman dan tidak menganggapnya saingan.
“Kau hanya ingin aku terus di dekatmu. Kaukira aku bodoh? Kaupikir aku tidak tahu artinya? Walau benci berada dalam posisi ini, tapi karena tidak ada cara lain, aku terus berdiri di sebelahmu dan tersenyum padamu. Pernahkah kaupikirkan bagaimana perasaanku? Aku pikir, setidaknya satu kali saja kau akan iri padaku, berhati-hati padaku, dan bersaing denganku,” kata Se Mi, menangis.
“Yoo Se Mi, itu….”
“Dengarkan aku! Aku selalu mendengarkanmu! Mulai sekarang dengarkan aku. Apa yang kaupikirkan? Kaupikir aku akan merasa bersalah karena mengambil tempatmu? Semua ini kaudapatkan tanpa perlu berusaha. Dengan berusaha keras aku mulai sedikit demi sedikit. Hah? Merasa bersalah? Sama sekali tidak.”
Mata Song Yi berkaca-kaca. Ia menatap Se Mi dengan perasaan terpukul.
“Kau…apa kau pernah menganggapku sebagai temanmu?” tanyanya.
“Ah..maaf. Satu kali pun tidak,” ujar Se Mi angkuh.
“Beberapa kali aku merasa sangat buruk sejak aku jatuh ke dasar. Namun ada satu hikmahnya. Aku bisa menyaring orang. Teman yang sesungguhnya dan musuh yang berpura-pura teman. Ketika kesulitan sesekali datang dalam hidup ini, aku bertanya-tanya mungkinkan ini adalah kesempatan yang diberikan Tuhan untuk membedakan (teman) yang asli dan palsu,” ujar Song Yi.
Song Yi keluar dengan perasaan kacau balau hingga melamun. Min Joon yang menunggu di mobil melihatnya. Saat ia melihat ke atas, ia melihat seseorang memegang akuarium bulat dan siap menjatuhkannya ke atas kepala Song Yi.
Song Yi melihat ke atas. Akuarium dijatuhkan. Secepat kilat Min Joon keluar dari mobil dan menarik Song Yi hingga mereka jatuh bergulingan. Song Yi jatuh pingsan. Min Joon menggunakan kekuatannya untuk membuat si pelempar akuarium terjatuh.
Se Mi keluar dari butik. Ia melihat Song Yi yang pingsan dalam dekapan Min Joon. Min Joon menggendong Song Yi ke dalam mobil. Se Mi terkejut melihat Min Joon. Ia mengenali Min Joon adalah orang dalam kedua foto itu.
Song Yi dibawa ke rumah sakit. Song Yi mengomel ia tidak suka baju rumah sakit. Apa ia harus dirawat? Ia hanya pingsan sebentar karena shock. Berdarah pun tidak.
Min Joon berkeras Song Yi harus menjalani serangkaian tes. Bisa saja terjadi pendarahan di dalam, dan walau sangat jarang terjadi pendarahan otak. Jadi Song Yi harus di CT-scan dan MRI.
“Aku sudah berpikir. Manajer Do, apa impianmu adalah menjadi dokter?”
“Ketahuilah bahwa aku lebih baik dari kebanyakan dokter. “
Min Joon menerima telepon dari polisi bahwa pelakunya telah ditangkap. Song Yi yakin orang itu juga adalah orang yang mengiriminya paket itu dan boneka beruang. Juga foto yang berdarah itu.
Min Joon berkata syukurlah orang itu tertangkap.
“Dasar brengsek,” umpat Song Yi. ‘Katakan padanya tidak ada penyelesaian di luar sidang.”
Min Joon berjalan pergi.
“Tapi, pada saat kejadian tadi. Aku jelas-jelas melihatmu di dalam mobil, Manajer Do. Tapi bagaimana kau bisa menyelamatkanku dalam waktu kurang dari sedetik?” tanya Song Yi.
“Kau salah lihat,” kata Min Joon tersenyum.
“Tidak, aku jelas…”
“Aku akan kembali, istirahatlah,” Min Joon bergegas pergi.
Namun Song Yi jelas masih penasaran dengan hal itu.
Min Joon pergi ke kantor polisi. Pria berhelm itu memang sudah tertangkap. Ia berkata ia hanya bercanda. Ia hanya melakukannya sekali dan apakah polisi bersikap keras hanya karena korbannya selebritis.
Min Joon menghampiri polisi dan pelakunya. Ia bertanya apakah orang itu pelakunya.
Song Yi menanti Min Joon di rumah sakit. Seseorang berpakaian dokter masuk ke dalam kamarnya dan berkata akan memberikan suntikan obat. Tanpa menoleh Song Yi mengiyakan. Ia mengirim pesan pada Min Joon agar membawakannya makanan dalam perjalanan kembali ke rumah sakit.
Orang berpakaian dokter itu menyuntikkan obat ke dalam selang infus Song Yi.
Polisi mencatat pengakuan pelaku. Pelaku mengaku ia yang mengirim foto berdarah Yu Ra karena Song Yi menyebabkan kematian Yu Ra. Ternyata ia fans Yu Ra. Lalu ia juga mengirim tikus mati karena ia melihat Song Yi tidak bertobat. Dan terakhir ia melempar akuarium sore ini.
Min Joon yang mendengarkan pengakuan tersebut berkata sepertinya ada yang terlewat. Boneka teddy bear dengan kamera yang tertanam.
“Bukan aku,” kata si pelaku.
Song Yi didorong di atas brankar keluar dari kamarnya oleh dokter gadungan tersebut. Song Yi tidak sadarkan diri. Dokter gadungan itu adalah asisten Jae Kyung.
Pelaku di kantor polisi bersikeras bukan ia yang mengirmkan boneka itu. Ia sudah mengakui perbuatannya yang lain, untuk apa ia menyembunyikannya jika ia memang melakukannya. Polisi bertanya-tanya apakah ada orang lain yang hendak mencelakakan Song Yi. Mendengar itu Min Joon bergegas keluar dari kantor polisi.
Ia menelepon Song Yi tapi tidak ada jawaban. Karena ponsel itu tergeletak di tempat tidur Song Yi di rumah sakit.
Ketika Song Yi sadarkan diri, ia mendapati dirinya berada di dalam mobilnya, di kursi pengemudi. Dan mobil itu sedang melaju menuju jurang. Jika Song Yi jatuh maka Song Yi akan terlihat seperti bunuh diri.
Min Joon berlari keluar kantor polisi. Dua orang polisi sempat terkejut ketika melihat Min Joon tiba-tiba menghilang.
Min Joon tiba di kamar rumah sakit Song Yi dan hanya menemukan ponselnya.
Song Yi semakin panik saat mobil semakin mendekati jurang. Ia tidak bisa mengendalikan mobilnya dan pedal remnya tidak berfungsi.
“Selamatkan aku…Manajer Do! Manajer Do!” serunya panik.
Min Joon berusaha menajamkan telinga supernya.
Song Yi terus berteriak.
“Selamatkan aku!! Do Min Joon!! Aaaaarrrghhh!!!”
Tiba-tiba Min Joon meluncur dari langit dan menekan mobil Song Yi dengan kedua tangannya. Tepat sebelum mobil itu tiba di ujung tebing. Kaca lampu mobil pecah seketika itu juga. Karena dihentikan tiba-tiba, bagian belakang mobil terangkat. Mobil berhenti.
Song Yi mengangkat kepalanya. Ia melihat Min Joon.
(Bersambung)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !