Home » , » THE HEIRS (2014) EPISODE 16-2

THE HEIRS (2014) EPISODE 16-2

Written By Regina Kim on Saturday, December 13, 2014 | 2:28 AM


Drama: The Heirs (2014)
also known : The InheritorsHeritors
The One Trying to Wear the Crown, Bears the Crown – The Heirs
He Who Wishes To Wear the Crown, Endure Its Weight – The Heirs
One Who Wants to Wear the Crown, Bear the Crown – The Heirs
Those Who Want the Crown, Withstand the Weight of it – The Heirs

Genre : Romance,Comedy,Drama,School
Written by Kim Eun-sook
Directed by Kang Shin-hyo
Country of origin South Korea
Originallanguage(s) Korean
No. of episodes 20

CAST :


SINOPSIS LENGKAP

Tuan Kim memarahi Nyonya Han yang duduk di lantai krena mabuk. Ia memerintahkan agar Nyonya Han segera naik ke kamar. Tan yang baru pulang segera menghampiri ibunya. Ia bertanya mengapa ibunya duduk di lantai dan memintanya berdiri. 

“Oh, puteraku di sini. Puteraku yang pemegang saham ada di sini,” ujar Nyonya Han dalam mabuknya. Ia berkata ia tidak bisa pergi keluar bersama puteranya, jadi ia merayakannya sendirian di rumah. Ia meminta Tan tidak memarahinya. 


Tan tidak memarahi ibunya, Tuan Kim yang memarahinya. Ia berkata inilah sebabnya ia tidak membiarkan Nyonya Han keluar ke tempat umum, karena ia akan membuat masalah. 

“Inilah sebabnya kau adalah cacat bagi Tan.” 

“Apa aku sendiri yang membuat cacat itu? Aku sendiri?” tanya Nyonya Han, merasa terluka dengan perkataan Tuan Kim. “Apa aku sendirian yang membuat Tan?” 

“Kubilang masuk sekarang juga!” bentak Tuan Kim. 


“Jangan membentak ibuku! Seluruh hidupku penuh dengan cacat. Bahkan jika aku tergores, goresan itu tidak akan terlihat. Langit ibuku adalah langit-langit rumah ini. Dan Ayah penyebabnya. Berhentilah bersikap pengecut, sebagai ayah, sebagai suami. Aku tidak akan menahannya lagi. “ 

“Jika kau tidak tahan lagi, memangnya kenapa?” tantang Tuan Kim. 

“Tidak perlu tahu. Aku sendiri tidak tahu apa yang akan kulakukan akhir-akhir ini. Jangan memaksaku bergandengan tangan dengan musuh Ayah,” ujar Tan. 

Nyonya Han menggenggam erat tangan anaknya, mencoba untuk menghentikannya. Sementara itu Eun Sang mendengarkan pertengkaran itu di dapur dengan sedih. Lalu Tan membawa ibunya ke kamar. 


Won menggedor pintu rumah Hyun Joo dan berteriak menyuruhnya keluar. Hyun Joo akhirnya keluar. Ia berkata ia hanya bisa memberi waktu 5 menit pada Won. 

“Aku tidak bisa ke sini untuk sementara waktu. Aku tidak bisa menemuimu lagi. Jadi dengarkan aku baik-baik. Pergilah ke Amerika selama 3 tahun. Aku akan datang menjemputmu. Pergilah ke sana, Hyun Joo.” 

Hyun Joo bertanya untuk apa ia pergi ke Amerika. Ini adalah hidupnya, mengapa Won yang membuat keputusan? Won berkata ia melakukan ini karena ia ingin menjadi bagian hidup Hyun Joo. 

“Kita tidak bisa. Oppa tidak bisa bersamaku! Kau tahu itu. Pergilah!” Hyun Joo berbalik. 


“Jika aku bilang pergi, maka pergilah!” seru Won memegangi tangan Hyun Joo. “Aku tidak ingin kau melihatku membentur dasar jurang. Kubilang aku akan menjemputmu. Kumohon pergilah.” 

Hyun Joo merasa ada yang tidak beres hingga Won gelisah dan bersikap seperti ini. Ia bertanya ada apa? Apa ia akan tahu dengan melihat berita di surat kabar besok? 


“Inilah sebabnya aku menyuruhmu pergi! Jangan melihat satu artikelpun tentang diriku! Kau tidak boleh tahu betapa menyedihkannya aku setelah meninggalkanmu. Jadi kumohon, jangan melihatnya.” 

Melihat Won seperti itu, Hyun Joo melunak. Ia berkata ia mengerti, ia tidak akan melihatnya. Won memeluk Hyun Joo erat-erat. 


Eun Sang merenung di kamarnya. Tan mengirim pesan, bertanya Eun Sang ada di mana. Eun Sang menjawab ia ada di rumah dan sedang bersiap tidur. Tan membalas pesannya. 

“Bawa paspormu dan keluarlah. Atau aku akan masuk mencarinya.” 

Eun Sang menghela nafas panjang. Begitu ia keluar, Tan sudah berdiri di depan pintu. Tan langsung mengambil paspor Eun Sang dari tangan Eun Sang dan menariknya ke gudang. 


Ia memarahi Eun Sang karena tadi tidak menunggunya padahal ia sudah bilang akan menjemputnya. 

“Tolong tinggallah di tempat aku menyuruhmu. Tunggu jika aku menyuruhmu menunggu. Jangan pergi jika aku melarangmu pergi. Mulai sekarang kau pergi dan pulang sekolah bersamaku. Dengarkan perkataanku. Mengerti?” 

Eun Sang mengangguk. 


Tan mencium Eun Sang. Seakan ia hendak menghapuskan rasa takut dalam dirinya. Takut bahwa Eun Sang akan meninggalkannya. Takut ia tidak bisa memeluk Eun Sang lagi. 

Kemudian ia memeluk Eun Sang. 


“Jangan pergi ke manapun. Berjanjilah padaku,” bisiknya dengan nada memohon. 

Eun Sang tidak menjawab. Ia memeluk Tan dengan erat sambil menahan tangis. 


Keesokan paginya, Tan sudah menunggu Eun Sang di luar agar mereka bisa pergi ke sekolah bersama. Eun Sang melirik ke arah CCTV dengan khawatir. Tan berkata ayahnya pasti sudah melihat mereka sejak tadi, jadi biarkan saja. Jika Eun Sang bimbang maka semua usahanya akan sia-sia. Maka Eun Sang menurut dan naik ke mobil. 

Waktunya mempresentasikan tugas kelompok di kelas. Giliran Rachel mempresentasikan The Great Gatsby (novel karya F. Scott Fitzgerald). Hm…Rachel sekelompok dengan siapa ya? Sendirian? 


Novel ini ditulis tahun 1925. Tokoh utamanya adalah Jay Gatsby, seorang miliuner muda dan misterius, yang terobsesi pada seorang wanita bernama Daisy. Namun Daisy ini sudah menikah dan suaminya berselingkuh dengan seorang wanita miskin. Gatsby sudah mengenal Daisy jauh sebelum Daisy menikah dan jatuh cinta padanya. Kehidupan foya-foya Gatsby adalah untuk mengesankan Daisy dan ia berharap bisa bertemu lagi dengan Daisy. Akhirnya mereka bertemu dan berselingkuh, namun suami Daisy curiga. Suatu ketika Daisy tak sengaja menabrak wanita selingkuhan suaminya hingga tewas. Demi cintanya, Gatsby mengaku ia yang menabrak namun akhirnya ia mati dibunuh oleh suami wanita itu. (Sumber: Wikipedia) 

“Daisy adalah lampu hijau Gatsby. Sementara melihat lampu hijau yang tak bisa disentuhnya itu bersinar menembus kabut, Gatsby menaruh harapan dalam hidupnya. Tapi Daisy bukan harapan bagi Gatsby, melainkan racun,” Rachel menatap Eun Sang dengan tajam. “ Akhirnya Gatsby mulai mencintai Daisy dan agar bisa bersama dengan orang yang dicintainya, ia kehilangan nyawanya.” 

Rachel mengatakan kalimat terakhir sambil memandang Tan. Eun Sang terpekur mendengar pemaparan Rachel. Tan menyadari itu dan menatap Eun Sang. 


Rachel mendengar kasak kusuk murid lain mengenai ciuman antara dirinya dan Hyo Shin saat di pesta. Ketika ia melihat Hyon Shin di ujung lorong, ia langsung meneleponnya. Keduanya berbicara di telepon sambil berjalan saling menghampiri. 

“Hindari aku,” ujar Rachel. 

“Aku tidak punya alasan untuk melakukannya,” ujar Hyo Shin enteng. 

“Aku merasa tidak nyaman.” 

“Ini berbeda dengan rencana awalmu. Seharusnya aku dan Tan yang merasa tidak nyaman.” 


“Mengapa kau tidak menghindariku duluan?” 

Hyo Shin berkata biasanya Rachel tidak peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain. 

“Apa kau pikir aku khawatir dengan apa yang orang lain pikirkan?” 

“Kalau begitu mengapa kau ingin aku menghindarimu?” tanya Hyo Shin. 

Keduanya berhadapan di perempatan lorong. Bertatapan seperti itu, Rachel jadi salah tingkah. Hyo Shin ikut merasa canggung. Ia berkata ia akan berjalan melewati Rachel. Dan ia melakukannya. 


“Terima kasih, “ gumam Rachel. 

Setelah Rachel pergi, Hyo Shin menoleh untuk melihatnya. Bertanya-tanya apa yang terjadi barusan. 


Won mulai melobi para pemegang saham Jeguk untuk mencari dukungan mereka agar tidak memecatnya dalam rapat pemegang saham nanti. Tentu saja dukungan itu tidak akan datang gratis. 

Pertama, Ester Lee. Ia berkata sudah pasti ia di pihak Won. Ia memutuskan untuk berlawanan dengan Tuan Kim dan Won tidak perlu tahu alasannya. Jelas karena ia merasa ditipu Tuan Kim mengenai Tan. 

Kedua, Presdir Choi. Won berkata Jeguk akan berpartner dengan Hotel Zeus untuk proyek di Jeju. Memang itu yang diincar Presdir Choi. 

Ketiga, Nyonya Jung. Entah apa yang diberikan Won atas dukungan Nyonya Jung. Tapi yang pasti Nyonya Jung tidak akan memberikan dukungannya secara percuma. 


Terakhir, Tan. Won langsung menyuruh Tan memihak padanya dan tidak mendengarkan perkataan ayah mereka. Tan berkata Won harus memintanya, bukan menyuruhnya. Tapi bagaimanapun juga, ia akan berpihak pada Won. 

“Aku menyukai seseorang dan Ayah tidak akan membiarkannya. Jadi aku ingin kakak memberiku apartemen.” 

Won bertanya apakah gadis yang disukai Tan adalah gadis yang tinggal di kamar pembantu. Tan membenarkan. 

“Apa kau akan memberikan suara padaku hanya karena seorang gadis?” 

“Ya. Hanya karena gadis itu aku akan melakukan segalanya. Dan ini baru permulaan. Tapi mulai sekarang, jangan katakan ‘hanya karena’, karena gadis itu sudah menjadi segalanya bagiku.” 

Won termangu sesaat. 

“Baiklah, cobalah lindungi dia. Apa kau hanya perlu sebuah rumah? Kau akan memerlukan sebuah mobil dan sopir juga. Aku akan memberimu semuanya, jadi cobalah lindungi dia.” 

Tan meminta Won menghubunginya jika semua sudah siap. 


Myung Soo melihat Young Do berbaring sambil terus memperhatikan plester yang belum dibuka (pemberian Eun Sang). Myung Soo bertanya apakah Young Do terluka. Young Do menjawab ia tidak tahu lukanya yang mana yang belum sembuh. 

Melihat Myung Soo berdandan rapi, Young Do bertanya Myung Soo mau pergi ke mana. Myung Soo akan pergi makan malam bersama orang tuanya. Ia bertanya apa Young Do mau ikut. 

“Bukankah ayahmu membenci keberadaanku?” 

“Meski ayahku tidak setuju, aku akan memberimu makan. Kau kelihatan kurus akhir-akhir ini. Ayo kita pergi.” 

Young Do tidak mau, ia berkata ia memiliki janji. Myung Soo cemberut. 

“Kau selalu seperti itu. Dengan siapa dan di mana?” 

“Siapa dan di mana sudah ditentukan. Tapi aku tidak tahu kapan.” 

Young Do pamit pergi lebih dulu. Myung Soo berseru apakah Young Do akan berkeliaran di sekitar rumah Eun Sang. Tidak boleh! Nanti Young Do menyesal! Ia sudah pernah mengalaminya. 


Namun Young Do tidak bisa menahan dorongan hatinya. Ia menunggu di depan rumah Tan. Tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Eun Sang. Ia memutuskan untuk pergi namun mampir lebih dulu ke minimarket langganannya. 

Dan di sanalah Eun Sang. Duduk merenung seorang diri. 


Young Do melepas jaketnya dan memakaikannya pada Eun Sang. Eun Sang kaget. Mengapa Young Do ada di sini? 

“Aku tahu kita ada janji, tapi aku benar-benar benci dingin. Lain kali menunggulah di tempat yang beratap.” 

“Siapa yang menunggu? Jika kau kedinginan, ambil kembali ini,” Eun Sang hendak membuka jaket Young Do. Tapi Young Do menahannya. 

“Kenakan sebelum aku mengancammu,” ujar Young Do. “Akhir-akhir ini semakin dingin jadi berhentilah berpura-pura tidak punya rumah (keluar sendirian).” 


Eun Sang berkata ia baru satu kali melakukannya. 

“Apa kau bergurau? Aku sudah melihatnya tiga kali. Suatu subuh, kau mengenakan pakaian olahraga dengan setengah tertidur melangkah keluar rumah Tan, hari di mana Myung Soo melihatmu. Mungkin itu hari pertama kita bertemu.” Yang kedua adalah ketika mereka bertemu di minimarket dekat sekolah. 

Eun Sang bingung. 

“Kau tidak ingat?! Hari itu ada dua anak kecil menangis dan aku bertengkar dengan mereka untuk melindungimu. Dan kau pergi tanpa menoleh.” 

“Aku benar-benar tidak tahu. Maaf..” 

“Sudahlah. Aku suka melakukan hal-hal di mana hanya aku sendiri yang mengetahuinya.” 


“Kau pria jahat tapi kau juga pria baik. Akan lebih baik jika aku tahu lebih dulu,” kata Eun Sang. 

Young Do berkata sekarang belum terlalu terlambat. Anggap saja sekarang sebagai permulaan. 

Eun Sang menyadari ke arah mana pembicaraan Young Do. Bahwa ia belum terlalu terlambat untuk memilih Young Do. Karena itu Eun Sang meminta Young Do menganggapnya sebagai seseorang yang hanya lewat. 

“Lain kali jika kau menyukai seseorang, bersikap baiklah padanya. Jangan membuatnya tersandung hanya karena kau ingin memegang tangannya. Jangan mengancamnya hanya karena kau ingin makan bersamanya,” katanya menasihati. 

Young Do nampak sedih mendengarnya. Eun Sang melepas jaket Young Do. Ia berterima kasih, karena berkat Young Do ia merasakan kehangatan meski hanya sesaat. Ia mengembalikan jaket itu dan beranjak pergi. 


Young Do menahannya. 

“Jangan pergi.” 

“Aku ada janji dengan Tan.” 

“Jangan bercanda. Hari ini rapat pemegang saham Jeguk Grup. Kim Tan tidak punya waktu untuk bertemu denganmu.” 

“Ia akan menemuiku sebentar sebelum pergi ke rapat itu.” 

“Aku tahu banyak mengenai perpisahan dan melarikan diri, dan wajahmu bukan wajah seseorang yang akan pergi menemui seseorang. Itu adalah wajah seseorang yang akan kehilangan seseorang,” kata Young Do. 

Eun Sang tertegun. 


“Ada apa? Apa kau diusir dari rumah Kim Tan? Apa kau akan pindah?” tanya Young Do dengan gaya cueknya. 

Eun Sang berusaha tersenyum. Ia berkata Young Do seperti hantu (yang tahu segalanya). Ia memberitahu Young Do kalau ia memang akan pindah dan sudah mencari kamar beberapa hari terakhir ini. Ia meminta Young Do memberitahunya jika ada rumah kosong di sekitar tempat tinggal Young Do. Mungkin mereka bisa menjadi tetangga. 

Eun Sang pergi. Tapi Young Do sepertinya bisa merasakan kalau Eun Sang memang akan pergi. 


Won memberikan kunci apartemen pada Tan. Ia juga memberitahu ada mobil dan sopir yang bebas digunakan Tan maupun Eun Sang kapan saja. Tan hanya berdehem dan berbalik pergi. 

“Kau belum lupa kalau hari ini ada rapat pemegang saham, bukan? Kau kau harus hadir.” 

“Aku tahu. Itu adalah harga yang harus kubayar dengan mengayunkan pedang ke sekelilingku. Aku akan tiba tepat waktu.” 

“Jangan lupa kau harus memberi suara untuk menolak, bukan untuk menerima keputusan (memecat Won).” Seakan-akan takut Tan mengkhianatinya dengan menyetujui pemecatan Won. 

Tan jadi kesal. Ternyata sampai sekarang Won masih belum juga mempercayainya. Ia berbalik pergi. 


“Jangan merasa aman. Berapa lama kaupikir Ayah akan menemukan gadis yang kausembunyikan?” 

“Aku tahu. Aku yakin ia akan menemukannya dengan cepat. Tapi aku tidak peduli. Aku hanya berusaha memperlihatkan padanya. Delapan belas tahun ini, aku menyayangi Ayah dan Kakak sampai mati. Tapi cinta itu telah berakhir. Dan satu-satunya yang tersisa bagiku, hanyalah gadis itu satu-satunya.” 

Won terdiam. 

“Karena itu tidak peduli siapa aku, aku terlahir sebagai apa, berapa usiaku, aku tidak peduli semua itu. Aku akan menggunakan semua yang kumiliki untuk melindungi gadis itu. Jadi ini peringatan agar kakak tidak menyentuhnya,” kata Tan. 


Eun Sang berjalan-jalan tanpa tahu Young Do diam-diam mengikutinya. Eun Sang tersenyum melihat sepatu couple. Ia melihat sepasang kekasih dengan gembira memilih sepatu. Ia teringat perkataan Tuan Kim. 

“Adalah kesalahanku mengira gadis sepintarmu akan menyadarinya. Aku sekali lagi lupa kalau orang yang terlahir tanpa memiliki apa-apa tidak memiliki kesopanan. Bagaimana bisa cinta anak umur 18 tahun tak memiliki rasa takut dan tidak tahu malu? Karena kau, Tan kehilangan Rachel, keluarganya, dan menjadi bahan tertawaan dunia. Seberapa jauh kau berencana untuk merusak Tan?!” Tuan Kim memarahi Eun Sang. Tet tot….huuuuuu…memangnya siapa yang merusak Tan???? 


Eun Sang termangu di depan toko. Young Do mengawasinya dengan khawatir. Tan tiba dan langsung memeluk Eun Sang. Eun Sang tersenyum. 


Melihat Eun Sang tertawa seperti itu bersama Tan, Young Do pergi dengan hati terluka. 


Tan dan Eun Sang memakai sepatu yang sama. Eun Sang terus memperhatikan sepatu mereka sambil tersenyum dan mengetuk-ngetuk sepatu Tan dengan sepatunya. 

“Apa kau begitu begitu menyukainya?” tanya Tan geli. 


“Ini adalah barang couple kita yang pertama. Aku selalu ingin melakukan hal seperti ini.” 

“Kalau begitu kenapa kau membeli barang seperti ini? Kau selalu sembrono dalam mengeluarkan uang,” ledek Tan. 

Hmm…sepatu ini dibeli Eun Sang. Apa ia tahu kalau memberi sepatu bisa mengakibatkan perpisahan? (ini adalah takhyul di Korea) Atau ia memang sengaja? 

Eun Sang mengajak Tan jalan-jalan untuk memamerkan sepatu mereka. Tan setuju, karena ia juga ingin memperlihatkan sesuatu. 


Tan membawa Eun Sang ke apartemen yang telah disediakan Won. Dreamcatcher pemberian Eun Sang tergantung di sana. Eun Sang bertanya rumah siapa ini. 

“Rumahmu.” 

“Apa?” 

Tan meminta Eun Sang keluar dari rumahnya karena ia khawatir dengan ayahnya. Ia meminta Eun Sang dan ibunya pindah ke apartemen ini besok. 


Eun Sang bertanya apakah Tuan Kim tahu. Tan berkata ayahnya pasti akan segera tahu. Tapi meskipun begitu ia berjanji untuk memastikan ayahnya tidak mengganggu Eun Sang. 

“Apakah ini caramu untuk membantuku melewati semua rintangan di dunia ini? Ini adalah metodemu?” tanya Eun Sang. 

“Ini baru permulaan. Maaf jika ini membuatmu canggung dan bahwa seperti ini caranya. Maaf aku memutuskannya sendiri tanpa memikirkan pendapatmu. Aku akan memperbaikinya. Lain kali, aku akan memastikan kau dapat mengerti cara yang kugunakan. Aku akan berusaha lebih keras.” 

Eun Sang tidak mampu berkata-kata. Ia menoleh dan melihat dreamcather pemberiannya. Tan bertanya kapan Eun Sang akan pindah. Eun Sang berusaha mengendalikan dirinya. 

“Besok. Rapat pemegang saham akan dimulai, cepatlah pergi. Aku akan tinggal di sini sedikit lebih lama, baru pergi. Aku ingin mengambil foto untuk diperlihatkan pada ibuku dan melihat-lihat lebih banyak,” kata Eun Sang. 


Tan bertanya bagaimana cara Eun Sang pulang. Eun Sang mengingatkan ia adalah gadis yang pernah sendirian datang ke Amerika, jadi Tan tidak perlu mengkhawatirkannya. Tan mengalah, ia akan kembali nanti. 

Eun Sang mengantar Tan hingga ke pintu lalu melambaikan tangan sambil tersenyum. Tan membalas lambaian tangan Eun Sang. Ia bergurau mereka terlihat seperti pasangan yang menikah. 


“Kau yang bilang kita seperti pasangan yang menikah,” gumam Eun Sang. Dengan cepat ia mengecup pipi Tan. Seperti seorang istri mengantar kepergian suaminya. 

Tan terkejut, bisa-bisanya Eun Sang menciumnya tanpa memberitahunya dulu. Eun Sang berkata Tan juga tidak pernah memberitahunya sebelum melakukan sesuatu. Ehm…iya juga sih >,< 


Tan tersenyum. Mereka akan bertemu lagi di rumah. Eun Sang tersenyum. Ia akan menunggu di rumah. 

Tapi begitu Tan pergi dan pintu ditutup, tangis Eun Sang tidak terbendung lagi. 


Rapat pemegang saham. Keluarga Kim duduk berderet dalam satu meja. Won melirik Presdir Choi, yang tersenyum untuk meyakinkannya. Won melirik ayahnya. Tuan Kim tersenyum sambil memandang ke depan. 

Pemungutan suara mulai dilakukan. Dan hasilnya: 3% menyetujui pemecatan Won, 95% menolak, abstain 2%. Dengan begitu proposal untuk memecat Won ditolak. 


Won terkejut dengan perolehan suara sebesar itu. Ia menoleh dan melihat ayahnya tetap tersenyum. Sama sekali tidak seperti orang yang baru saja kalah. Tan pun merasa aneh. 

Won keluar diikuti yang lainnya. Mereka semua tak mengerti apa yang terjadi. Presdir Choi berkata Tuan Kim baru saja menjinakkan anaknya. Tapi berkat itu, ia memiliki deal dengan Jeguk Grup, jadi berpikirlah positif. 

Jadi sebenarnya posisi Won sama sekali tidak dalam bahaya. Namun ketika ayahnya mengatakan ada proposal untuk memecatnya, Won langsung panik dan melobi orang-orang, bahkan menyetujui deal dengan Presdir Choi untuk mempertahankan kedudukannya. Padahal tanpa melobi dan menyetujui permintaan mereka pun, posisi Won tetap aman. Dalam hal ini Won telah dipermalukan. 


Tuan Kim keluar dari ruangan. Ester langsung pergi dengan sebal begitu melihatnya. Tuan Kim berkata untunglah proposal itu ditolak. 

“Selamat, Presdir Kim,” Tuan Kim menepuk punggung Won. 

Won mengelak. Dengan nada sinis ia berkata ayahnya benar-benar mengesankan. Ia pergi dengan marah. 


Nyonya Jung bertanya apakah Tan mengerti situasi yang sedang terjadi? Tan bertanya apa ini sebenarnya sebuah pertunjukkan (yang sudah direncanakan Tuan Kim)? Nyonya Jung berkata Tan ternyata bisa berpikir juga. Ia mengingatkan kalau Won tidak bisa melampiaskan perasaan dengan kata-kata, jadi sebaiknya Tan jangan mendekati Won dulu. 

Tuan Kim menoleh. Ia bertanya pada Tan bagaimana rasanya mengikuti rapat pemegang saham untuk pertama kalinya. Dengan kesal Tan bertanya apa yang baru saja dilakukan ayahnya pada kakaknya. 

“Aku hanya membuatnya sedikit dipermalukan. Bukan hanya pada kakakmu, aku juga melakukannya padamu. Aku membicarakan Eun Sang, gadis yang kausembunyikan. Ia meninggalkan Korea satu jam yang lalu.“ 


Tan berusaha menelepon Eun Sang tapi telepon Eun Sang tidak aktif. 

“Nyonya, terima kasih telah mengurusku selama ini. Aku minta maaf telah membuat Nyonya merasa tidak nyaman selama ini. Aku benar-benar minta maaf karena pergi tanpa berpamitan. Jagalah kesehatan Nyonya. Selamat tinggal.” 

Nyonya Han menangis membaca surat perpisahan dari ibu Eun Sang. 

Tan pulang dan langsung menanyakan Eun Sang dan ibunya pada Nyonya Han. Sambil menangis Nyonya Han berkata mereka sudah pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal. Tan pergi ke kamar Eun Sang. Kamar itu kosong. 


Tan pergi ke tempat kerja Eun Sang. Bos Eun Sang mengatakan Eun Sang telah berhenti dari pekerjaannya. Tan pergi ke sekolah. Loker Eun Sang kosong. 

Ia mencari ke sana kemari. Bertanya pada Chan Young namun Chan Young tidak tahu apapun. 


Akhirnya ia pergi ke apartemen yang diberikannya untuk Eun Sang. 

“Jangan lupakan hari ini. Karena pedang yang kauayunkan, hari ini kau kehilangan dia,” Tan teringat perkataan ayahnya tadi. 

Air mata membanjiri wajah Tan. Ia berlutut menangis di apartemen yang gelap dan kosong itu. Segelap dan sekosong hatinya saat ini. 


(Bersambung)
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Google Translate

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Love and Like Movie - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger