Also known as : You Who Came from the Stars,You from Another Star,My Love from the Stars,My Love from Another Star,Man from the Stars,Man from Another Star
Genre : Romance,Comedy,Drama,Sci-Fi
Written by : Park Ji-eun
Directed by : Jang Tae-yoo
Country of origin South Korea
Originallanguage(s) Korean
No. of episodes 21
Production : Executiveproducer(s) Choi Moon-suk
Producer(s) Moon Bo-mi
Location(s) Korea
Cinematography Lee Gil-bok, Jung Min-gyun
Camera setup Multiple-camera setup, Running time 70 minutes
Productioncompany(s) HB Entertainment
Broadcast : Original channel SBS and regional affiliates
Picture format 1080i (HDTV), Original run 18 December 2013 – 27 February 2014
STARRING :
SINOPSIS LENGKAP :
Min Joon melangkah dengan penuh perhitungan dan kewaspadaan, seakan tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Jadi saat sebuah mobil melaju kencang ke arahnya, ia langsung menghentikan waktu sehingga mobil itu berhenti tepat di hadapannya.
Waktu berhenti dan semuanya hening.
Namun sedetik kemudian mobil itu kembali melaju kencang. Min Joon terbelalak, terlalu terkejut hingga tak sempat menghindar. Tubuhnya menghantam kaca mobil dan terpental ke udara, jatuh dengan kepala terbentur aspal jalan yang dingin.
Darah mengucur dari kepala Min Joon yang hampir tak sadarkan diri. Tapi ia masih bisa melihat seseorang mengambil USB dari tangannya dan berlalu pergi.
Malam itu salju turun dan jalanan sangat sepi. Ketika sebuah mobil lewat dan melihat Min Joon tergolek di aspal, pengendara mobil itu langsung menelepon 119 untuk meminta pertolongan karena ada seorang pria muda tertabrak mobil.
Tapi setelah polisi dan ambulans datang, mereka tak dapat menemukan Min Joon.
Satu jam sebelumnya, terjadi percakapan antara Song Yi dan Se Mi.
“Dengan alasan kau menunggu pria itu dan kau pasti bisa menemuinya lagi, kau membuat Hwi Kyung, si pria bodoh itu hanya terus-terusan melihatmu. Jadi kenapa kau sekarang tak bisa mengenalinya?” Se Mi mencemooh Song Yi.
Song Yi tak mengerti siapa di mana pria yang dimaksud oleh Se Mi. Dan Se Mi seperti mengayunkan wortel ke depan mulut kuda, berkata kalau pria itu ada di samping Song Yi. Bagaimana mungkin Song Yi tak mengenalinya? “Apa kau tak ingin tahu?” tanyanya penuh nada menang.
“Tidak. Tidak sama sekali,” Song Yi menjawab tanpa mengalihkan pandangan matanya dari Se MI. “Tapi setidaknya aku mengetahui satu hal. Kau suka pada Hwi Kyung, kan?”
Se Mi tertegun, rahasia hatinya terbuka. Ia mengalihkan pandangan saat Song Yi bertanya sejak kapan Se Mi menyukai Hwi Kyung. Ia pun akhirnya menjawab, “Benar. Aku menyukainya sejak ia mulai menyukaimu. Kenapa kau menanyakan hal ini?”
“Jadi seperti itu mulanya. Kau pasti sangat membenciku,” Song Yi menatap Se Mi dengan iba. Ia sekarang mengerti mengapa Se Mi mengungkit masalah identitas pria 12 tahun yang lalu yang menurut Se Mi ia tahu siapa orangnya. “Aku tak akan bertanya siapa dia dan bagaimana kau menemukannya. Bahkan jika kau sangat ingin mengucapkan, jangan katakan.”
Se Mi terkejut mendengar perubahan hati Song Yi. Tapi Song Yi memiliki alasannya. “Bagaimana mungkin aku bisa mempercayai ucapanmu. Walau kita berteman lebih dari 15 tahun, kau tak pernah sekalipun jujur padaku.”
“Chun Song Yi,” tegur Se Mi tak suka.
“Iya, Yoo Se Mi. Kau menyukai Hwi Kyung dan karena itulah kau sangat ingin menemukan pria dari 12 tahun yang lalu agar aku menjauh darinya. Aku mengerti semuanya,” kata Song Yi. “Sebagai bekas temanmu, aku kasihan padamu.
“Beraninya kau..” potong Se Mi marah.
“Tapi itu tak ada gunanya,” Song Yi tetap meneruskan ucapannya. “Pria 12 tahun yang lalu itu sudah tak penting lagi bagiku. Aku memang penasaran karena pria itu yang menyelamatkanku di malam ketika ayah pergi. Tapi aku sekarang bukan gadis kecil lagi yang kelayapan di jalan menangisi ayahnya Jadi jangan mengancamku dengan cara itu. Dan juga jangan menarik orang dari sisiku, menjadikannya sebagai orang asing.”
Se Mi terperangah melihat recananya tak berhasil karena Song Yi berkata kalau ia tak peduli apakah ia akan mengenali pria itu atau tidak.
Ia tertegun mendengar kata-kata Song Yi berikutnya yang menusuk perasaannya.
“Aku pernah mendengar sebuah teori. Ketika orang melihat orang lain yang berada di posisi yang lebih baik darinya, bukannya ia bertekad untuk naik ke posisi yang sama dengan orang itu, tapi ia malah mengajak orang itu untuk ke neraka bersamanya. Maaf, tapi aku tak akan turun ke neraka kebencian yang kau sedang kau tinggali. Aku tak mau turun ke sana. Jadi berhentilah memintaku untuk turun menemanimu. ”
Song Yi meninggalkan Se Mi yang shock mendengar ucapan Song Yi yang tepat menusuk perasaannya. Ia mendengar suara pintu ditutup, tanda Se Mi sudah pergi dari apartemennya.
Ia mencoba menelepon Min Joon tapi tak diangkat. Maka ia pun mengirimkan pesan : Ada yang ingin kukatakan. Teleponlah aku. Tapi tetap tak dibalas.
Song Yi keluar kamar dan mendengar bunyi handphone. Ia kira suara itu dari handphone-nya. Ternyata bukan. Suara itu dari handphone Yoon Jae yang baru pulang sekolah.
Bukannya mengangkat panggilan itu, Yoon Jae malah mematikan dan kembali main game. Song Yi heran melihat kelakuan Yoon Jae. Kata Yoon Jae, si penelepon itu adalah penguntitnya. Ada SMS masuk, tapi Yoon Jae malah cuek dan terus bermain. Penasaran, Song Yi bertanya mengapa Yoon Jae tak membaca pesan itu.
“Nggak penting. Aku sudah tahu apa isinya. Kata-kata semacam ‘ada yang ingin kukatakan padamu’ atau ‘kumohon teleponlah aku’”, jawab Yoon Jae cuek.
Ha. Song Yi melongo mendengar kata-kata adiknya yang seperti menyindirnya. Muncul satu pesan lagi. Yoon Jae tetap tak membukanya, malah berkomentar, “Benar-benar menjengkelkan.”
Plak! Song Yi memukul belakang kepala Yoon Jae. Yoon Jae marah, tapi Song Yi lebih marah lagi.
“Mungkin memang ada yang ingin dikatakan gadis itu. Apa susahnya menjawab panggilan teleponnya? Apa susahnya menjawab SMS? Bagaimana kalau orang itu menunggu jawabanmu? Menjengkelkan? Apa ia memintamu untuk menyelamatkan negeri ini? Apa su..” Song Yi terdiam.
Tanpa melanjutkan ucapannya, ia langsung masuk kamar, meninggalkan Yoon Jae yang kebingungan dengan sikap kakaknya.
Song Yi menatap LINE-nya yang tak berbalas. Ia teringat kembali ucapan Se Mi yang sebenarnya ia merasa penasaran pada orang yang dimaksud Se Mi. Tapi ia meyakinkan diri sendiri kalau ia tak akan ingin tahu, karena jika ia ingin tahu berarti dia kalah.
Song Yi mencoba menelepon Min Joon lagi, tapi tetap masuk mail box. Ia pun pergi ke apartemen sebelah. Betapa kagetnya ia melihat darah yang menempel di pegangan pintu apartemen Min Joon. Buru-buru ia memencet password dan masuk ke dalam.
Betapa terkejutnya ia mendapati Min Joon terkapar di ruang tengah dengan darah berceceran di lantai. Darah mengucur dari kepala Min Joon.
Di bawah sadarnya, Min Joon yang sedang berada di tepi sungai, mendengar teriakan Song Yi yang memanggil namanya. Ia berbalik dan melihat Song Yi di seberang sungai, terus berteriak memintanya untuk tidak pergi.
Ia menghilang dan muncul di hadapan Song Yi. Song Yi tak kaget melihat hal itu. Min Joon meraih tangan Song Yi dan menggenggamnya.
Min Joon tersadar dan mendengar Song Yi ternyata memang memanggil namanya. Memang tak berteriak tapi nadanya penuh kekhawatiran. Melihat Min Joon membuka mata, Song Yi sedikit lega. Ia mengajak Min Joon untuk ke rumah sakit namun Min Joon menolaknya. “Aku tak bisa pergi ke rumah sakit. Aku tak bisa.”
“Kenapa?” Song Yi gemetar menahan panik. “Kenapa kau tak bisa? Kau tak akan mati, kan? Ya, kan? Kau..”
Belum sempat Song Yi menyelesaikan ucapannya, Min Joon terkulai tak sadarkan diri lagi. Song Yi panik dan ketakutan, “Do Min Joon-ssi, Do Min Joon-ssi! Bangunlah. Bagaimana denganku?!”
Song Yi memanggil Pengacara Jang. Walau mereka sudah berhasil menghentikan perdarahan, tapi ia masih merasa Min Joon perlu dibawa ke rumah sakit. “Ia tak akan meninggal, kan?”
Pengacara Jang menjawab tak tahu. “Akan lebih baik jika ia tak ikut campur. Maka semuanya ini tak akan pernah terjadi.”
Song Yi tak mengerti apa maksud Pengacara Jang namun Pengacara Jang pun tak menjelaskan lebih lanjut. Ia berterima kasih tapi juga meminta Song Yi untuk pulang ke rumah karena ia yang akan menunggui Min Joon. Song Yi enggan meninggalkan Min Joon dan ingin menunggui hingga Min Joon sadar, tapi Pengacara Jang bersikeras agar Song Yi segera pergi.
“Aku sebenarnya sudah ingin mengatakan hal ini. Min Joon akan pergi.” Ucapan Pengacara Jang itu membuat Song Yi kaget. Apakah Min Joon akan pergi ke luar negeri? Pengacara Jang tak menjelaskan lebih lanjut, tapi menyarankan Song Yi agar mempersiapkan perasaannya. “Kupikir akan lebih bagimu jika kau tak berada di dekatnya lagi.”
Song Yi tertegun mendengar ucapan Pengacara Jang yang ia kenal sebagai ayah Min Joon. Karena itu, ketika Song Yi kembali diminta untuk segera pergi, Song Yi pun menurut. Di ruang tengah, ia kembali melihat tanaman rumput-rumputan milik Min Joon menjadi layu.
Song Yi bukannya masuk rumahnya sendiri. Ia malah mondar-mandir di lorong, menunggu dengan khawatir.
Pengacara Jang tak berniat kejam mengatakan hal seperti itu. Dari kamera depan rumah, ia merasa sedih melihat Song Yi yang terus menunggui Min Joon dari luar.
Jae Kyung menyodorkan kontrak perjanjian pada ibu Song Yi yang. Melalui ibu Song Yi, ia meminta agar Song Yi menandatangani perjanjian itu. Ibu sangat gembira membaca kontrak ekslusif itu.
Jae Kyung menerima telepon dari asistennya tentang hilangnya Min Joon setelah ditabrak. Paras Jae Kyung langsung berubah, membuat ibu Song Yi ingin tahu apakah ada hal buruk yang terjadi.
Kembali memasang wajah penuh senyum, Jae Kyung menjawab ada anjing gila yang lepas dari penampungan hewan, tempat ia menjadi relawan. Ibu Song Yi terkejut dan bertanya bukankah hal itu berbahaya jika ada anjing gila yang lepas?
Jae Kyung setuju dengan pendapat ibu. “Karena itu kami harus menangkapnya dan menjinakkannya.” Kembali pada masalah Song Yi, Jae Kyung meminta ibu Song Yi untuk tak khawatir lagi. Perusahaannya akan melakukan yang terbaik untuk membantu Song Yi hingga ia terkenal kembali.
Hwi Kyung sedang ada di halaman saat ia tak sengaja mendengar suara asisten Jae Kyung. Yang melaporkan kalau ia telah mendapatkan USB itu, tapi tak dapat mengetahui isinya karena diproteksi. Hwi Kyung yang mulanya tak tertarik mendengar percapakan mereka, menoleh dan mulai menguping saat Jae Kyung bertanya tentang kondisi Min Joon.
Asisten itu yakin kalau ia jatuh dan tak sadarkan diri. Tapi Min Joon lenyap saat ambulans datang. Jae Kyung sangat tak senang mendengar hal itu. Ia menyuruh asisten itu pergi dan berjalan masuk ke dalam rumah. Tapi ia merasa ada seseorang dan segera menoleh ke arah Hwi Kyung.
Hwi Kyung buru-buru menyembunyikan diri di balik pohon. Tapi Jae Kyung masih curiga dan mendekati pohon itu. Untungnya orang tua mereka muncul untuk berjalan-jalan malam. Jae Kyung pun masuk ke dalam rumah.
Pengacara Jang memeriksa kondisi Min Joon dan tersenyum melihat wajah Min Joon, “Apakah Anda sedang bermimpi indah?”
Min Joon yang sedang tak sadarkan diri bernarasi, “Aku memang sedang bermimpi indah.”
Ia membuka mata saat Song Yi mengecup pipinyanya dan sambil tersenyum, berkata, “Bangunlah..”
Min Joon enggan bangun, malah menarik Song Yi ke tempat tidur lagi.
Song Yi kemudian memasak, namun masih ceroboh dan hampir menjatuhkan piring. Tapi kali ini Min Joon dapat menangkap piring itu hingga tidak pecah. Min Joon menawarkan diri untuk memasak, menggantikan Song Yi. Tapi Song Yi tak mau. “Aku ini sudah berangan-angan memasak dengan memakai celemek. Kau hanya perlu makan, tak peduli bagaimana rasanya.”
Mereka bersantai dengan Song Yi tiduran di pangkuan Min Joon, menonton saluran Home Shopping. Song yi bersikeras membeli produk yang ditawarkan dengan alasan kalau barang itu sedang diskon satu gratis satu. Min Joon menolaknya. Ia sudah katakan kalau ia tak suka membeli barang yang tak berguna.
Tapi Song Yi sudah memencet nomor telepon home shopping itu, membuat Min Joon kesal karena lagi-lagi Song Yi terjebak dengan promo satu gratis satu. Maka terjadilah perebutan. “Cepat berikan padaku. Waktu diskonnya sudah mulai habis!”
Mereka juga ada di danau tempat dulu Min Joon menolak Song Yi, namun kali ini Min Joon menemani Song Yi main skating dan membuat malaikat salju. Kali ini Min Joon mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan Song Yi.
Song Yi ingin makan es krim, tapi Min Joon mengingatkannya, “Kau nanti akan tambah gemuk.” Song Yi langsung panik dikatai gemuk. Min Joon geli melihat kelakuan Song Yi, “Kau kan hamil. Tentu saja berat badanmu naik. Tapi kau tetap cantik.”
Aww… Song Yi hamil. Berarti Min Joon bermimpi menikahi Song Yi. Maka wajar saja jika malamnya, Song Yi menunggui Min Joon yang masih membaca buku dan setelah Min Joon meletakkan bukunya, ia memeluk Song Yi. Mereka pun tertidur dengan masih berpelukan.
“Dan aku menyadari, mimpi indah hanya membuatku tak bahagia saat aku bangun. Seharusnya aku tak bermimpi indah sejak awal,” kata Min Joon menutup narasinya.
Hwi Kyung menemukan Song Yi terpekur di depan apartemen Min Joon. Melihat wajah Song Yi yang pucat, ingatannya kembali pada apa yang dibicarakan Jae Kyung dan asistennya. Ia langsung bertanya apakah terjadi sesuatu pada Min Joon?
Song Yi curiga, mengapa Hwi Kyung dapat mengetahui hal itu? Hwi Kyung berdalih kalau semua orang yang melihat wajah Song Yi sekarang langsung bisa menebak hal itu. Ia mengajak Song Yi untuk kembali ke rumah.
Hwi Kyung membuatkan teh untuk Song Yi dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Song Yi sendiri tak tahu dengan pasti tapi ia minta agar Hwi Kyung tak memberitahukan hal ini kepada siapapun. “Jika ia tak ingin pergi ke rumah sakit, ia pasti memiliki alasan tersendiri.”
Ibu Song Yi muncul dan tak dapat menyembunyikan kegembiraannya melihat Hwi Kyung ada di rumah, berdua dengan putrinya. Ia sebenarnya ingin menelepon Hwi Kyung untuk mengucapkan terima kasih. Berkat Hwi Kyung, Jae Kyung berniat untuk membuat agency eksklusif khusus untuk Song Yi.
Hwi Kyung malah kaget mendengarnya. Ia malah curiga karena teringat permintaan Min Joon untuk melindungi Song Yi dari kakaknya. Jadi saat Song Yi menolak tawaran itu dan ibu Song Yi memintanya untuk membujuk putrinya, Hwi Kyung memihak Song Yi.
“Kakakku telah lancang meminta hal ini tanpa bertanya pada Song Yi terlebih dahulu.” Hwi Kyung menoleh dan tersenyum pada Song Yi, “Jika kau tak mau melakukannya, jangan lakukan.”
Detektif Park mendatangi apartemen Min Joon untuk menyelidiki kasus Jaksa Yoo. Untungnya yang membuka pintu adalah Pengacara Jang yang mulanya menolak dengan sopan, memberitahu kalau Min Joon sedang dalam kondisi tak bisa menerima tamu.
Tapi Detektif Park memaksa untuk bicara dengan Min Joon dengan alasan Min Joon-lah yang meminta bertemu dengan Jaksa Yoo, “Jadi akan mencurigakan jika ia menghindari interogasi.”
Pengacara Jang langsung bersikap tegas. “Bukannya tadi Anda ingin menanyai Min Joon-ssi sebagai saksi? Jadi kenapa ucapan Anda seakan ia adalah pelaku?” Detektif Park langsung membantahnya, tapi Pengacara Jang tak percaya.
Dengan sikap resmi, Pengacara Jang menyatakan kalau saksi tak memiliki kewajiban untuk memberikan kesaksian. Dan seharusnya Detektif Park membawa surat resmi jika ingin menanyai Min Joon. “Lagi pula, tak ada bukti yang mengarah pada Do Min Joon sebagai pelaku kejadian. Hal ini bertentangan dengan azas praduga tak bersalah. Jika kau ingin menyelidiki, kau harus membawa surat perintah resmi.”
Detektif Park bengong mendengar ucapan orang di hadapannya ini. Ia bertanya, “Anda siapa?” Pengacara Jang mengeluarkan kartu namanya dan menjawab, “Aku adalah pengacaranya. Mulai sekarang kau hanya bisa bicara melalui aku.”
Tak berhasil menemui Min Joon, Detektif Park menemui Song Yi. Kali ini lebih mudah karena Song Yi bersedia menemuinya dan menjawab pertanyaannya tentang tetangga Song Yi, yaitu Do Min Joon. Ia tahu kalau Song Yi dan Min Joon berteman. Jadi apakah Song Yi melihat Min Joon ada di kapal pesiar saat terjadinya kecelakaan?
Song Yi membantahnya karena semua yang hadir adalah tamu undangan. Mendadak ia ingat semua yang dulu ia anggap sebagai mimpi karena ia mabuk. Ia melihat sosok Min Joon di geladak kapal dan ingat ciumannya saat di kamar. Tapi ia tak memberitahukan hal itu pada Detektif Park. Tak mungkin Min Joon ada di tempat itu dan tak ada sesuatu yang mencurigakan dari Min Joon.
Namun saat ditanya apakah Han Yoo Ra memiliki hubungan dengan Min Joon, Song Yi langsung membantahnya karena Yoo Ra dan Min Joon bahkan tidak saling mengenal.
Saat makan malam, Jae Kyung menerima SMS dan ia membuka handphone-nya. Hwi Kyung melirik saat kakaknya memencet password dan mengingat-ingatnya.
Setelah makan malam, ia pun masuk ke kamar Jae Kyung dan menggunakan password yang sudah ia ingat, ia mencatat nomor telepon K di secarik kertas. Mendengar suara gemerisik keluar dari kamar mandi, ia buru-buru memasukkan kertas itu ke sakunya. Tapi handphone Jae Kyung malah jatuh tersenggol hingga baterai-nya lepas.
Dengan cepat ia menyatukan handphone dengan batarerinya, dan selesai tepat saat Jae Kyung muncul. Jae Kyung sedikit curiga melihat handphone-nya tergeletak miring. Tapi ia tak bertanya lebih lanjut dan bertanya mengapa Hwi Kyung ingin menemuinya.
Hwi Kyung menjawab ia ingin membicarakan kontrak eksklusif yang ditawarkan pada Song Yi. Song Yi menolaknya karena tak mau menerima bantuan tanpa alasan yang jelas. Jae Kyung bertanya apa perlu ia yang bicara pada Song Yi. Hwi Kyung menjawab tak perlu, karena percuma. Song Yi orangnya keras kepala. Sekali ia berkata tidak pasti tetap akan tidak.
Song Yi mengatakan ia tahu siapa pacar rahasia Yoo Ra. Ia pun menceritakan apa yang dilihatnya malam itu, yang terjadi antara Yoo Ra dan Jae Kyung. Detektif Park langsung mencatat kesaksian Song Yi dengan detail. Detektif Park bertanya apa hubungan Song Yi dengan Min Joon. Song Yi menjawab jujur, “Aku tak tahu.”
Hwi Kyung menelepon nomor telepon K, dan tersambung ke RSJ Haneul. Ia teringat kalau K, si penelepon wanita itu meminta Jae Kyung untuk melepaskannya dari tempat itu karena ia tidak gila. Maka ia bertanya apakah ada pasien yang bernama Yang Min Joo (nama mantan kakak iparnya) di rumah sakit itu.
Si penerima telepon menjawab tak ada dan langsung menutup telepon.
Tengah malam, Pengacara Jang melihat Min Joon sudah sadar dan sehat kembali. Bahkan luka di kepalanya juga sudah sembuh. Tapi Pengacara Jang merasa sangat ketakutan sekali saat tahu Min Joon bisa tertabrak mobil, “Kenapa Anda tak menghentikannya?”
Min Joon pun mengaku terkejut dengan ketidakmampuannya itu. Hal ini belum pernah terjadi. Ia tahu kalau kondisi tubuhnya sedang tidak prima, tapi saat itu ia tak dalam tahap tak memiliki kekuatan. “Tapi aku tak dapat melakukan apapun. Seolah-olah aku tak dapat mengendalikan kekuatanku. Kenapa hal ini bisa terjadi?”
Pengacara Jang menduga hal ini berkaitan dengan Min Joon yang sekarang bisa merasa kedinginan. Min Joon juga menduga hal seperti itu. Mungkin ia mulai kehilangan kekuatannya karena sudah mendekati waktu kepergiannya.
Pengacara Jang mengaku kalau akhirnya ia turun tangan akan masalah Min Joon. “Saya telah memberitahukan kalau Anda akan segera pergi dan ia harus menjauh dari Anda.”
Min Joon menegur Pengacara Jang karena lancang. Tapi Pengacara Jang berkata ia telah menghabiskan separuh hidupnya untuk melindungi Min Joon. Itu adalah hal yang paling berarti dalam hidupnya. Jadi ia tak dapat tinggal diam melihat Min Joon berada dalam situasi yang membahayakan bahkan sampai terluka.
“Anda terus menunjukkan siapa diri Anda. Dan jika Anda memang tak bisa menggunakan kekuatan Anda..” Pengacara Jang tak sanggup meneruskan kata-katanya. Terlalu menyakitkan baginya. “Anda selalu mengatakan walau Anda mencampuri urusan manusia, semua yang seharusnya terjadi, tetaplah terjadi. Dan Anda bahkan semakin memperburuknya.”
Pengacara Jang mengambil contoh gadis yang tak dapat Min Joon selamatkan 400 tahun yang lalu. Juga kasus Song Yi. Walaupun Min Joon membantunya, masalah Song Yi juga tak semakin membaik.
Pengacara Jang : “Akan semakin sulit bagi Anda untuk melupakannya jika Anda terus melihatnya setiap hari. Kenapa Anda tak pindah rumah? Anda pun nanti juga akan menjualnya. Saya mengurus masalah hukum Anda. Saya juga akan membantu masalah pribadi Anda.”
Keesokan harinya Song Yi mencoba mencari tahu kondisi Min Joon dengan cara menguping ke pintu apartemen Min Joon. Mendadak Pengacara Jang muncul. Song Yi kaget, namun ia bertanya bagaimana kondisi Min Joon sekarang. Pengacara Jang menjawab singkat sebelum berlalu pergi, “Ya, dia sudah membaik.”
“Apakah Ayah akan pergi? Jika Ayah ingin pergi, aku bisa menjaga Min Joon. Aku bisa melakukannya dengan baik karena aku pernah melakukannya sebelumnya,” Song Yi menawarkan diri dan separuh memohon.
Tapi Pengacara Jang mengatakan tak perlu. Ia juga memberitahu kalau ia akan menjual apartemen itu. Tentu saja Song Yi sangat kaget, tapi Pengacara Jang mengingatkan kalau Min Joon kan memang berniat ingin pergi, “Jadi kumohon, tinggalkan Tuan Do.. maksudku tinggalkan anakku sendirian.”
Song Yi tak dapat berkata apa-apa, mendengar ucapan ayah Min Joon yang seperti teguran keras padanya. Ia mencoba membuka pintu Min Joon dengan memencet password-nya, tapi tak terbuka. Sekali lagi ia memencet, tapi tetap pintu itu tetap terkunci. Min Joon sudah merubah passwordnya.
Ia memencet bel berkali-kali, tapi tak ada jawaban. Tak bisa menemui Min Joon, akhirnya Song Yi bertanya di depan kamera pintu. “Do Min Joon-ssi.. Apakah kau melihatku sekarang? Apakah kau baik-baik saja?” tanya Song Yi lirih, tak dapat menahan air matanya. “Banyak yang ingin kutanyakan padamu, tapi aku tak ingin tahu lagi.”
Min Joon berdiri di depan layar. Hanya pada saat seperti ini ia bisa menatap wajah Song Yi tanpa menyembunyikan perasaannya. Dan ia bisa menyentuh wajah Song Yi walau hanya di layar. Song Yi berkata kalau ia tahu Min Joon sekarang sudah sadar, dan itu sudah cukup baginya, “Aku merindukanmu.”
Detektif Park menemui Jaksa Yoo yang sekarang sudah sadar dan bertanya apakah Jaksa Yoo ingat akan kejadian itu? Jaksa Yoo menjawab kalau ia tak ingat karena semua itu terjadi sesaat setelah ia keluar dari mobil.
Detektif Park pun juga tak bisa menyelidiki karena saat kejadian itu ada 2 truk muncul dan menutupi kamera CCTV, seakan pelakunya menyadari dimana letak kamera itu dan truk yang digunakan adalah truk curian. Tapi ia menemukan sebuah pena di tempat kejadian tapi mereka belum bisa menemukan siapa pemiliknya. Walau begitu, ia menemukan sebuah petunjuk.
Dan hal itu membuat Jaksa Yoo bekerja kembali, walau hal itu tak disetujui oleh ibunya. Tapi ibu tak dapat berkata lebih banyak lagi karena Dokter mengijinkan Jaksa Yoo keluar walau mengingatkannya untuk berhati-hati dengan kepalanya.
Ibu pun bertanya pada Detektif Park, apa yang dikatakan oleh Detektif Park sehingga membuat anaknya ingin lekas bekerja. Detektif Park merasa tak enak ditegur seperti itu. Tapi ia hanya menjawab singkat kalau yang mereka bicarakan hanyalah masalah pekerjaan. Ia pun memuji ibu yang sangat cantik sehingga pantas saja Yoo Se Mi mewarisi kecantikannya.
Ibu pergi ke lokasi syuting Se Mi dan menceritakan kalau kakak Se Mi sudah keluar dari rumah sakit. Tapi ia sempat mendengar apa yang dibicarakan mereka, kalau sebenarnya Han Yoo Ra tak bunuh diri, melainkan dibunuh. Ada yang menjadi tersangkanya, tapi ibu tak mendengarnya.
Yang menjadi kekhawatirannya bukan itu, tapi jika polisi mengumumkan temuannya kalau Han Yoo Ra tak bunuh diri, maka reputasi Song Yi mungkin akan pulih. “Kau sudah melakukan semua iklan Song Yi dan kau sekarang sudah sangat berhasil. Jujur, aku tak ingin Song Yi bisa kembali lagi.”
Se Mi termenung mendengar ucapan ibunya.
Se Mi menemui sutradara yang akan membuat film baru dengan ia sebagai pemeran utamanya. Ia pun bertanya siapa aktris yang akan menjadi sahabat pemeran utama itu? “Bisakah Chun Song Yi yang memerankannya?”
Manajer Se Mi terkejut mendengar Se Mi menyebutkan nama noona-nya. Ia cukup berharap, tapi ia kecewa saat sutradara itu menjawab kalau Song Yi masih belum siap karena masalah Han Yoo Ra.
Se Mi memberitahu kalau mungkin polisi akan berhasil menguak kasus itu. Tapi tentu tak mudah bagi Song Yi untuk kembali dan karena itulah ia ingin membantu Song Yi. “Dulu Song Yi sering membantuku. Dan karena ini adalah pertama kalinya aku menjadi peran utama dalam sebuah film, aku merasa lebih nyaman jika Song Yi yang berada di sampingku.”
Sutradara memuji Se Mi yang sangat setia kawan dan berjanji untuk mempertimbangkannya. “Tapia pa kau pikir ia akan mengambil peran itu setelah ia selalu muncul sebagai pemeran utama?”
“Kenapa tidak? Karena ia temanku, apa ia tak mau melakukannya?” Se Mi balik bertanya dan tersenyum. “Aku sudah melakukan hal itu selama 15 tahun.”
Apartemen Min Joon sudah mulai ditawarkan dan makelar itu (cameo yang menjadi kasim Hyung Sun di Moon Embraces The Sun dan menjadi makelar tanah di jaman Joseon) sedang menawarkan kepada salah satu calon pembeli. Ia menjelaskan betapa apartemen memiliki interior yang mengesankan dan banyak mendapat sinar matahari karena menghadap selatan.
Saat Song Yi keluar lift, makelar itu berbisik kalau gedung apartemen ini juga banyak artis, dan Chun Song Yi bahkan tinggal di sebelah apartemen itu. Song Yi dapat mendengar bagaimana si makelar itu membujuk calon pembeli untuk segera mengambil rumah ini.
Ia pun berbalik dan menyapa mereka. Ia bergumam cukup keras, bertanya-tanya apakah ia harus memberitahukan hal ini pada calon tentangganya? “Gedung ini sedikit..” Song Yi tak meneruskan ucapannya.
Ha. Kata-kata ajaib untuk menimbulkan rasa ingin tahu. Tentu saja Nyonya itu jadi penasaran. Maka Song Yi pun meneruskan. “Entahlah. Kurasa ada aliran air yang melintasi bawah gedung ini. Aku tak dapat tidur pada malam hari, dan saat bangun tubuhku sakit semua.”
Makelar itu langsung menghentikan ucapan Song Yi. Tak mungkin hal ini terjadi. Keluarganya turun temurun sudah menjual property selama 10 generasi dan tempat ini sudah dikenal sebagai tempat yang bagus sejak jaman Joseon.
Song Yi melepas kacamatanya dan mengungkapkan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. “Apa Anda tahu bagaimana karirku hancur? Semua itu terjadi setelah aku pindah kemari. Semuanya tak pernah berhasil sejak aku tinggal di sini.”
Song Yi kembali menggumam sambil berjalan masuk ke dalam rumah, “Di sini aku kehilangan teman, uang dan kesehatan..” Song Yi terbatuk-batuk dan berjalan dengan terhuyung-huyung, membuat Nyonya itu ketakutan dan menatap si makelar meminta penjelasan.
Makelar itu salah tingkah dan hanya mampu mengeluarkan argumen lemah, “Itu kan hanya tahayul.”
Hahaha.. bukan Chun Song Yi namanya kalau tak berbuat sesuatu untuk mempertahankan Min Joon dengan caranya sendiri.
Song Yi berkonsultasi dengan Bok Ja yang menganggap Min Joon mencurigakan. Min Joon tak mau ke rumah sakit dan ada detektif yang bertanya tentang dirinya. Ayahnya juga berkata kalau Min Joon akan segera pergi. Jurnalnya juga tertulis tentang sisa waktu yang Min Joon miliki. Song Yi pun tak tahu siapa sebenarnya Min Joon.
Bok Ja pun menyimpulkan, “Siapapun dia, kau harus menyerah. Kedengarannya ia adalah seorang buronan.” Song Yi membantah, tak mungkin Min Joon seperti itu. Tapi Bok Ja menunjukkan bukti-bukti yang memberatkan, “Kenapa ia tak bisa ke rumah sakit? Itu karena ia sedang dicari. Kenapa juga polisi mencarinya? Tiga bulan? Itu mungkin adalah batas waktu penyelidikan. Apa sebaiknya kita panggil polisi saja?”
Song Yi langsung bangun dan menolak mentah-mentah. Bok Ja menakut-naikuti kalau Song Yi akan ikut dihukum jika terbukti menyembunyikan buronan. Tapi Song Yi sudah tahu cara pencegahannya. “Aku sudah mencari di internet. Menyembunyikan buronan itu tak melanggar hukum jika kami menikah.”
Haha.. otaknya Song Yi ini..
“Jadi kau ingin menikah agar tak melanggar hukum?” tanya Bok Ja heran. “Kau ini kenapa sih? Kau ini kan Chun Song Yi. Sesuka apa dirimu pada pria itu, kau harus jaga martabatmu!”
Perhatian Bok Ja langsung beralih saat melihat Yoon Jae muncul. Bok Ja terkesima dan bertanya pada Song Yi, siapa pria tampan itu? Song Yi bersungut-sungut mendengar pujian Bok Ja. Itu adiknya. Bok Ja merasa iri pada temannya, “Dan kau setiap hari melihat wajahnya? Benar-benar beruntung.”
Bookkk.. itu adiknya... Mana mungkin Song Yi merasa beruntung bisa ngeliatin wajah tampan adiknya? Gak bolehh..!!
Belum sempat Bok Ja bicara lagi, bel berbunyi dan Song Yi membukakan pintu. Dan Bok Ja kembali terkesima melihat wajah tampan berikutnya.
Hwi Kyung. LOL. Slow motion-nya Hwi Kyung dan wajah Bok Ja yang hampir ngeces itu bener-benar speechless.. Apalagi saat ia bertanya tanpa malu-malu di depan Hwi Kyung, “Omo.. siapakah pria tampan dengan tubuh aduhai ini?”
*Haha.. I know, I know.. lebay banget saya dengan kata aduhai. Di sub, cuman tertulis perfect body, tapi saya gatel aja pengen nyantumin kata aduhai
Song Yi heran karena Bok Ja tak mengenali Hwi Kyung teman SMP mereka. Bok Ja tak malu memuji Hwi Kyung yang tumbuh dengan baik.
Ia memperkenalkan diri sebagai Bok Ja, tapi nama itu tak terekam dalam memori Hwi Kyung. Bok Ja mengingatkan Hwi Kyung sebagai gadis yang wajahnya disikut Hwi Kyung saatsekolah dulu sehingga ibu Hwi Kyung membelikan banyak alat tulis untuknya. Hwi Kyung minta maaf tapi tetap tak ingat.
Lagi-lagi Bok Ja menggerutu, berkata kalau Song Yi sangat beruntung karena Hwi Kyung membawakan sushi untuk makan siang Song Yi.
Tak buang waktu, Jaksa Yoo dan Detektif Park menemui Jae Kyung untuk membicarakan kasus kematian Yoo Ra. Ada saksi yang memberitahu mereka kalau Jae Kyung adalah pacar Yoo Ra. Jae Kyung heran darimana mereka mendapat kabar itu.
Detektif Park tak bisa menyebutkan sumbernya, tapi orang itu melihat Jae Kyung berbicara dengan Yoo Ra pada hari kematiannya. “Dapatkah Anda menceritakan apa yang terjadi saat itu?”
Jae Kyung mengingat kejadian malam itu setelah pertengkaran mereka di toilet. Ia mengundang Yoo Ra untuk bertemu dalam sebuah kamar yang sudah ia siapkan dengan bunga dan suasana romantis. Saat bersulang, mulanya Yoo Ra tak mau minum, tapi Jae Kyung meyakinkan kalau minuman itu tak beralkohol.
Yoo Ra pun minum dan Jae Kyung tersenyum padanya. Yoo Ra memuji Jae Kyung yang sangat baik dan perhatian, makanya ia heran mengapa mantan istrinya melakukan itu. “Karena itu dia dihukum olehmu. Dia pantas mendapatkannya,” Yoo Ra tersenyum menggoda, “Aku pastikan kalau aku tak akan berkhianat padamu.”
“Benar. Kau tak bisa mengkhianatiku. Aku tahu,” jawab Jae Kyung penuh makna.
Yoo Ra sedikit pusing dan bertanya apakah minuman itu benar-benar tak beralkohol? “Kenapa aku merasa sedikit mabuk?”
Jae Kyung tersenyum dan membelai rambut Yoo Ra, “Kau tidak mabuk, tapi kau lumpuh.” Tangannya turun membelai lengan Yoo Raa, “Setelah ini, kau tak akan bisa merasakan tangan dan kakimu. Nafasmu semakin cepat. Lidahmu akan kelu sehingga kau tak bisa bicara. Dan kemudian kau akan tertidur. Ini adalah reaksi yang sama jika kau minum obat tidurmu.”
Senyum Jae Kyung semakin lebar. Ia tak khawatir jika polisi mengetahui adanya obat saat otopsi karena Yoo Ra akan dianggap sebagai seorang selebriti yang ingin bunuh diri.
Yoo Ra meletakkan gelasnya bertanya apakah Jae Kyung sedang bercanda. Tapi reaksi yang tadi diucapkan Jae Kyung mulai muncul. Ia gemetar dan jatuh terduduk. Dengan kaki yang mulai mati rasa, ia pun keluar kamar mencari pertolongan. Jae Kyung hanya mengawasinya tapi tak mengejarnya, malah meminum anggurnya kembali.
Kembang api mulai berpijar dan para tamu mulai riuh mengagumi pijar api yang spektakuler itu. Mereka tak memperhatikan seorang aktris yang terhuyung-huyung berjalan dengan berpegangan pagar, mencoba memanggil bantuan, tapi tak ada suara yang keluar dari mulutnya.
Yoo Ra melihat asisten Jae Kyung mendatanginya, dan ia pun mundur ketakutan. Yoo Ra berusaha sekuat tenaga menyeret kakinya yang sudah mati rasa, menjauhi asisten itu.
Dan kita melihat pemandangan yang sama dengan apa yang dilihat oleh Min Joon. Saat kembang api kembali berpijar di udara, kaki bersepatu perak terhuyung-huyung mundur dan jatuh dari pagar kapal. Didorong oleh asisten Jae Kyung.
Itulah yang sebenarnya terjadi. Tapi di hadapan Jaksa Yoo dan Detektif Park, Jae Kyung menjelaskan kalau Han Yoo Ra bukanlah pacarnya. Ia adalah brand ambassador dari department store S&C. Tapi tahun ini mereka memutuskan untuk mengganti Yoo Ra dengan aktris lain. Karena itu saat di kapal ia bicara dengan Yoo Ra mengenai penggantian itu.
Jaksa Yoo dan Detektif Park diam mendengarkan penjelasan Jae Kyung. Jae Kyung memutar-mutar cincinnya.
Jae Kyung menemui Min Joon yang menghubunginya lebih dulu. Ia tak menyangka Min Joon sudah sehat kembali, “Kau ini apa?”
Min Joon tak menggubris pertanyaan Jae Kyung. Mereka bertemu karena ia ingin mengajukan penawaran. “Aku akan melakukan apa yang kau mau. Kau ingin menimpakan kesalahan padaku dan ingin aku lenyap, kan? Aku akan melakukannya. Jadi, apakah kau mau berhenti sampai di sini?”
Jae Kyung menatap Min Joon dan tersenyum kecil.
Karena tak bisa menemui Min Joon lewat pintu, maka Song Yi pun memutuskan untuk menemui Min Joon melalui jendela. Dan karena mereka tinggal di apartemen, jendela yang dimaksud adalah balkon yang tingginya 23 lantai alias 69 meter. Haduuhhh… Ini berani apa nekat, ya?
Song Yi sudah berancang-ancang untuk memanjat taman kecil di antara balkon mereka. Tapi angin yang berhembus di ketinggian 69 meter itu cukup kencang membuat Song Yi sedikit gentar. Tapi tentu saja seperti kata Christina Perri di A Thousand Years, How to be brave, How I can love when I’m afraid to fall?
Maka Song Yi pun memberanikan diri memanjat taman itu. Namun di tengah-tengah ia berdiri di taman kecil, handphone-nya berbunyi. Dari Min Joon. Tentu saja Song Yi mengangkat telepon walau suara gemetarnya terdengar hingga ke suaranya.
Min Joon bertanya Song Yi sedang apa dan dijawab, “Aku sedang mempertaruhkan nyawa untukmu.” Ha. Tentu saja Min Joon bingung. Ia menelepon karena ia ingin bertemu dengan Song Yi.
Song Yi langsung bersedia. Ia segera kembali ke kamar untuk memilih baju dan berdandan secantik mungkin.
Di bawah, Min Joon sudah menunggui Song Yi. Ketika Song Yi keluar dari gedung, sesaat ia memandangi Song Yi namun ia segera mengalihkan pandangan sebelum Song Yi melihat perasaan yang akan tampak dari pandangannya. Ia langsung masuk ke dalam mobil tanpa menunggu Song Yi mendekat.
Song Yi sedikit kesal karena Min Joon langsung masuk tanpa membuka pintu untuknya. Tapi ia menyingkirkan perasaan itu dan kembali ceria, “Kurasa aku yang harus membuka pintu itu sendiri. Kayak aku nggak punya tangan saja.”
Di mobil, Song Yi tak dapat menyembunyikan kegembiraannya melihat Min Joon sudah sehat kembali. Min Joon bertanya bukankah ada yang ingin ditanyakan oleh Song Yi? Song Yi mengiyakan, tapi itu dulu. Sekarang ia sudah tak ingin tahu lagi. “Sekarang sudah tak masalah lagi siapa dirimu atau apa yang terjadi di masa lalumu. Atau apapun yang kau tak mungkin ceritakan padaku.”
Song Yi menoleh pada Min Joon, “Aku sama sekali tak peduli. Yang penting kau sekarang sudah sadar. Dan kau ada di sisiku. Hanya itu yang penting.”
Min Joon terdiam mendengar ucapan Song Yi. Ia teringat pada percakapannya dengan Pengacara Jang saat ia sadar. Saat itu Pengacara Jang mengusulkan untuk melupakan Song Yi, seolah semuanya tak pernah terjadi.
“Aku..Kenapa aku harus melakukannya? Aku hanya punya waktu kurang dari dua bulan untuk bisa melihatnya. Aku menyukainya,” Pengacara Jang tertunduk saat Min Joon mengakui perasaan sukanya.
Song Yi bertanya dalam dua bulan ini, ke mana Min Joon akan pergi. Apakah sangat jauh seperti di Eropa?
“Kau tahu aku tak masalah jika kita menjalani hubungan jarak jauh. Aku tak masalah jika harus pergi ke luar negeri. Kalau aku harus syuting iklan di luar negeri, aku hanya perlu bekal kimchi saja dan itu sudah cukup. Jadi yang ingin kukatakan adalah kau tak perlu menjauhiku jika kau harus pergi ke suatu tempat.”
Sama seperti Song Yi yang hanya ingin bersama dengan Min Joon, Min Joon pun menangis dan mengakui hal yang sama kepada Pengacara Jang.
“Tak apa-apa walau hanya dua bulan… atau satu bulan saja. Aku hanya ingin bersama dengannya. Dan jika saat itu aku tak bisa kembali, seperti kata-katamu Pengacara Jang, dan mati di dunia ini.. selama aku tak bangun dari mimpi indah ini.. aku akan melakukannya.”
Pengacara Jang menatap Min Joon yang bertanya pilu, “Apakah aku boleh melakukannya? Apakah kau pikir aku tetap tak bisa melakukannya?” Tanpa sadar Pengacara Jang meneteskan air mata saat melihat Min Joon yang bertanya seakan memohon, “Apakah aku benar-benar tak bisa?”
Hati-hati, Song Yi mengungkapkan kecurigaan Bok Ja pada Min Joon. Min Joon bukan buronan, kan? Waktu yang tertera di jurnal itu bukan batas waktu penyelidikan, kan? Melihat Min Joon hanya terdiam, Song Yi pun tertawa canggung dan membersihkan jaket Min Joon pura-pura melihat ada sesuatu menempel.
Min Joon membawa Song Yi ke museum tempat binyeo Yi Hwa disimpan. Song Yi heran mengapa Min Joon membawanya ke museum dan bukannya makan malam. Ia mengeluh belum makan siang karena walaupun Hwi Kyung membawakan sushi, ia tak ada selera untuk makan.
“Kau sudah kuperingatkan untuk tak mempercayaiku,” ujar Min Joon tiba-tiba. “Aku membawamu kemari untuk menunjukkan rahasia apa yang dimiliki pria yang sangat kau percayai ini.”
Song Yi terperangah melihat wajah serius Min Joon. “Kau tak perlu memberitahukan padaku. Jika wajahmu menakutkan seperti itu, lebih baik aku tak mendengarnya.” Song Yi membuang muka.
Tapi Min Joon menariknya hingga Song Yi memandangnya lagi. “Apakah kau ingin tahu siapa yang menyelamatkan nyawamu 12 tahun yang lalu? Pria itu adalah aku.” Jika Song Yi terkejut, maka aktingnya brilian karena ia tak menunjukkannya.
Min Joon memberitahukan alasannya menyelamatkan Song Yi, “Itu karena kau mirip dengan gadis 400 tahun yang lalu, pemilik binyeo ini.” Min Joon memandang tusuk rambut yang terpajang di belakang mereka.”Kau benar-benar mirip dengannya sehingga aku tak bisa membedakan kalian berdua.”
“Apa yang sedang kau bicarakan?” suara Song Yi hampir berbisik. “Pemilik binyeo 400 tahun yang lalu? Bagaimana kau bisa melihat wajahnya? Kau ini hidup 400 tahun yang lalu atau apa?”
“Ya. Aku datang kemari dari planet lain 400 tahun yang lalu. Aku tak dapat kembali ke planet asalku, aku harus hidup selama 400 tahun yang lalu.”
Wajah Song Yi tak menyiratkan ekspresi apapun, hanya air mata yang merebak di matanya. Suaranya sedikit bergetar saat meminta agar mereka pulang saja karena kelihatannya Min Joon masih belum sembuh.
Ia berbalik untuk pergi, namun langsung reflek menunduk saat mendengar suara ledakan kaca yang pecah. Ia menoleh pada Min Joon yang menatapnya, seakan tak kaget mendengar ledakan itu.
Perlahan Min Joon maju, membuat Song Yi mundur mengambil jarak. Min Joon berkata tajam, “Katamu kau tak peduli siapa diriku sebenarnya. Inilah diriku sebenarnya. Apakah kau masih tak peduli?”
(Bersambung)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !