Home » , » THE HEIRS (2014) EPISODE 2-2

THE HEIRS (2014) EPISODE 2-2

Written By Regina Kim on Friday, November 28, 2014 | 8:42 PM


Drama: The Heirs (2014)
also known : The InheritorsHeritors
The One Trying to Wear the Crown, Bears the Crown – The Heirs
He Who Wishes To Wear the Crown, Endure Its Weight – The Heirs
One Who Wants to Wear the Crown, Bear the Crown – The Heirs
Those Who Want the Crown, Withstand the Weight of it – The Heirs

Genre : Romance,Comedy,Drama,School
Written by Kim Eun-sook
Directed by Kang Shin-hyo
Country of origin South Korea
Originallanguage(s) Korean
No. of episodes 20


CAST : 




SINOPSIS LENGKAP

Rachel kesal karena Tan tidak juga mengangkat teleponnya. Ia terpekur memandangi ponselnya yang membisu. Saat akhirnya ponselnya berdering, ia tersenyum puas. 

Tapi yang meneleponnya ternyata ibunya. Ibunya bertanya bagaimana tanggapan Tan atas pernikahannya. 

“Memangnya itu sesuatu yang patut dibanggakan,” ujar Rachel sinis. 

Presdir Lee berkata tetap saja Tan harus tahu karena Young Do dan Tan adalah teman baik. Rachel berkata mereka tidak berteman lagi. Lalu ia menutup teleponnya. 


Young Do tiba di hotel meliki keluarganya. Apa yang ia lakukan di sana? Mencuci piring. 

Ia sadar para pegawai berbisik-bisik membicarakannya. Rupanya setiap musim panas Young Do ditugaskan mencuci piring sejak SMP. Semacam pelatihan untuk ahli waris. 

“Walau begitu ia melakukannya? Ia anak yang baik walau ia seorang chaebol,” puji pegawai yang baru tahu. 

“Baik apanya?” ujar pegawai yang sudah lama bekerja di sana. 


Manager mendatangi Young Do lalu menegurnya karena Young Do tidak memanaskan piring sebelum dihidangkan. Lalu ia juga mengomentari pakaian Young Do. Young Do meletakkan piring yang sedang dicucinya. 

“Aku sedang terlihat dalam mood baik?” 

“Kalau begitu apa aku harus membiarkanmu karena melalaikan tanggung jawabmu?” tanya manager. Ia mengancam hendak memberi tahu ayah Young Do. 

“Katakan padanya. Laporkan pada ayahku. Itu tugasmu. Jangan mengabaikannya,” Yougn Do melepas sarung tangan karetnya. “Saat aku menguasai hotel ini 10 tahun lagi, kau akan memerlukan pengalaman seperti itu untuk mencari pekerjaan baru.” 

Manager itu tak bisa berkata-kata selain menahan kekesalannya. Seorang pelayan melaporkan kalau Komisaris Polisi telah tiba. Young Do melepas celemeknya dan berkata ada tugas lain yang lebih cocok untuknya. 


Lee Hyo Shin sedang makan bersama kakeknya, ayahnya, dan juga para pamannya. Mereka sedang membicarakan ujian masuk Hyo Shin ke perguruan tinggi. Hyo Shin nampak gugup dan wajahnya pucat. 

Ayah Hyo Shin berkata Hyo Shin harus berusaha meningkatkan ranking nasionalnya dari tahun lalu. Pamannya berkata adalah perbuatan bodoh untuk menyalahkan kekurangan waktu. Sang kakek lebih suka jika Hyo Shin masuk SMA yang sama dengan SMA-nya. 

Paman Hyo Shin berkata SMA Empire lebih prestisius dan jamannya sudah berbeda dengan jaman kakak Hyo Shin. Kakek berkata ia tahu itu, tapi Korea menekankan garis keturunan. Walau SMA Empire lebih prestisius tapi sejarahnya terlalu pendek untuk menghasilkan para pemimpin di bidang politik, hukum, dan bisnis. 

“Kalau begitu Hyo Shin kita bisa menjadi sejarah Grup Empire,” kata pamannya. Hyo Shin hanya mengangguk. 

“Kau dengar kata pamanmu, kan?” kata ayah Hyo Shin. 

Sigh….belum apa-apa aku sudah bisa merasakan tekanan yang berat di bahu Hyo Shin  


Young Do masuk dengan mengenakan pakaian formal. Keluarga Hyo Shin sudah mengenalnya. Ia memberi salam dengan sopan pada mereka semua. Menteri kehakiman (sepertinya kakek Hyo Shin), ayah Hyo Shin yang adalah komisaris polisi , dan juga paman-paman Hyo Shin yang sama-sama memiliki kedudukan. 

Hyo Shin tidak nampak senang melihat kehadiran Young Do. Ayah Hyo Shin memperkenalkan siapa Young Do pada mereka semua. Mereka memuji Young Do yang dibesarkan dengan baik. Young Do berterima kasih lalu menuangkan air minum untuk mereka. 

Saat menuangkan minuman untuk Hyo Shin ia menuangkan air minum sampai penuh. Hyo Shin menatapnya. 

“Kau kelihatan haus,” kata Young Do penuh arti. 


Young Do kembali ke kamarnya yang merupakan salah satu kamar di hotel itu. Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Young Do membuka pintu dan melihat Hyo Shin. 

Hyo Shin hendak menggunakan kamar mandi Young Do. Begitu masuk kamar mandi, Hyo Shin langsung muntah-muntah. 

Ketika Hyo Shin keluar dari kamar mandi, Young Do berkata di lantai bawah juga ada toilet. Hyo Shin berkata ia tidak bisa ketahuan ayahnya saat muntah. 

“Kalau begitu kau tidak apa-apa ketahuan olehku?” tanya Young Do. 

“Jika kita berbicara tentang rahasia, bukankah aku lebih banyak tahu rahasiamu?” ujar Hyo Shin.“Sunbae, suaramu saat mengancamku terdengar indah,” kata Young Do tertawa. (Jadi Hyo Shin duduk di kelas 3 SMA, sementara Young Do sepertinya di kelas 2) 

Hyo Shin tersenyum. Suaranya lebih indah lagi saat bersumpah serapah. Apakah Young Do mau mendengarnya? Young Do tidak mau. Ia menawari Hyo Shin rokok. Hyo Shin berkata ia tidak melakukan hal yang tidak baik untuk tubuh. Hmm….jadi muntah itu bentuk stress? Atau sakit? 


Eun Sang membawakan kopi untuk Tan. Tan mengeluh Eun Sang pergi lama sekali. Eun Sang berkata ia hendak memberi waktu pada Tan untuk menerima telepon. Apa Tan sudah selesai menjual narkoba organik? Tan berdehem mendengar ledekan Eun Sang. 

Eun Sang berdecak kagum setelah mencicipi kopinya. Jangan lebay, kata Tan. Eun Sang berkata ia harus minum kopi Americano setidaknya satu kali di Amerika. Jika tidak, ia hanya akan memiliki kenangan buruk di sini. 

“Apa kau yakin kau hanya memiliki kenangan buruk?” tanya Tan. Menanti jawaban Eun Sang bahwa ia adalah kenangan baik. 


“Kalau dipikir-pikir….Sudah berapa lama kau tinggal di Amerika?” 

“Kenapa kau menghentikan pikir-pikirmu!” protes Tan. 

Eun Sang melihat beberapa orang menggunakan ponsel. Ia berkata mengapa hal ini tidak terpikirkan sebelumnya. Ia lalu meminjam ponsel Tan. Ia sekarang tahu cara untuk pulang. 

“Pulang? Ke Korea?” tanya Tan. 

Eun Sang menadahkan tangannya dengan tatapan memohon. Tan terpaksa memberikan ponselnya. Eun Sang mengetik pesan di Talkingbook ( semacam fb atau twitter gitu kali ya). Ia mengirim pesan pada White Hacker Yoon. Hmmm…White Chocolate Yoon Chan Young harusnya


“Siapa dia? Teman priamu (kekasihmu)?” tanya Tan. 

“Teman. Pria,” jawab Eun Sang. 

Tan berkata (dengan nada cemburu) kalau begitu seharusnya Eun Sang langsung menelepon, bagaimana jika ia tidak merespon pesannya itu. Eun Sang berkata nomor telepon temannya baru saja diganti dan ia tidak bisa mengingatnya. Dan lagi temannya akan pergi ke suatu tempat jadi ia tidak tahu apakah temannya di Korea atau tidak. 

“Kau meminta bantuan pada pria yang bahkan kau tidak tahu ia ada di mana?” 

“Ia ada di hatiku, kenapa?” ujar Eun Sang. “Itu bukan sesuatu yang akan kaumengerti.” 


Eun Sang berkata ia menghargai Chan Young sebagai temannya. 

“Memangnya ia melindungi negara atau menemukan Hangul (bahasa Korea)?” ujar Tan kesal. “Menghormati teman? Bagaimana jika ia tidak merespon?” 

Eun Sang yakin Chan Young akan merespon. Tan yang cemburu segera berjalan pergi. 


Mereka pulang menggunakan taksi. Eun Sang terus menerus bertanya apakah Chan Young sudah membalas pesannya. Tan menunjukkan ponselnya dengan kesal. Belum ada respon. 

“Apa kau yakin kalian berdua dekat?” tanyanya. 

“Kami sudah saling mengenal separuh hidup kami.” 

“Apa kalian berpacaran?” 

“Sudah kubilang bukan.” 

“Apa kau pernah berpacaran dengannya?” 

Eun Sang protes mengapa Tan membuat masa lalu palsu dari persahabatannya. Ia berkata anggap saja Tan sedang menyelamatkan orang, dan memintanya sering-sering mengecek pesannya. “Ia adalah harapan terakhirku. Ya? Kumohon.” 

Hehe…Eun Sang ini pintar membujuk. Tapi clueless…. 


Mereka tiba di rumah Tan. Tan memberikan kuncinya pada Eun Sang dan menyuruhnya masuk. Sementara ia sendiri naik kembali ke taksi. Ia akan mengambil mobil yang mereka tinggalkan karena melarikan diri tadi. 

Di taksi, Tan memeriksa profil Eun Sang di Talkingbook. 

“Cha Eun Sang,” akhirnya ia tahu nama Eun Sang. 


Lalu ia melihat pesan yang dikirim Eun Sang pada Chan Young: Aku tahu ini sulit dipercaya, tapi aku ada di Amerika dan aku dalam masalah. Aku memerlukan bantuanmu. Hubungi aku sesegera mungkin. 

“Pekerjaan kantoran dengan gaji 2 juta won sebulan. Aku juga menyukainya.” 

Tan terus asyik melihat deretan status Eun Sang di medsos itu bahkan ketika ia telah naik ke mobilnya sendiri. 

“Aku berharap Freddy dan Jason berbaikan.” (Freddy Krueger dari film A Nightmare on Elm Street dan Jason dari film Halloween) 

“Aku benci pergi bekerja. Pada musim hujan seperti ini, aku harus menonton Texas Chainsaw Massacre.” Ha. Eun Sang ternyata pecinta film horror. Dia nonton Master’s Sun ngga ya

Tan tersenyum melihat selera film Eun Sang. 


Lalu Eun Sang pernah memposting dirinya saat bekerja lalu menulis status: “Anak-anak, aku di tempat kerjaku lagi. Ini ada alah Je-shi-kyeo Alba (buat ia bekerja) dan bukannya Jessica Alba. “ 

Tan bertanya-tanya berapa banyak pekerjaan paruh waktu yang dijalani Eun Sang. 

Lalu ada foto Chan Young, yang ditulis sebagai “pelayan menyebalkan nomor 1” 


Tan tahu Chan Young ini yang diminta bantuannya oleh Eun Sang. Ia memperhatikan percakapan di antara keduanya dalam medsos itu. 

“Apa pelayan menyebalkan ini cute?” tulis Chan Young. 

“Apa kau gila?” gumam Tan seakan bicara pada Chan Young. 

“Pergilah! (Kkeo Joo! Aaaa jadi inget Joong Won)” balas Eun Sang. 

“Benar!” seru Tan senang. 


“Kau telah bekerja keras hari ini. Tetaplah kuat, Cha Eun Sang.” Chan Young memberi semangat. 

“Benar, mereka tidak mungkin hanya teman,” kata Tan. 

Status berikutnya membuat Tan tertegun. 

“Aku benci ibuku bekerja begitu keras. Aku harap grup Empire bangkrut.” 


Polisi mengetuk kaca jendela mobil Tan. Ia mengembalikan paspor Eun Sang dan berkata ini hanya kesalahpahaman. Tan berkata ini bukan pertama kalinya polisi itu salah paham. Tan menjalankan mobilnya. 

Bo Na mengeluh Chan Young tidak menjawab teleponnya. Myung Soo memanas-manasinya dengan berkata di Amerika banyak gadis seksi. 

“Setelah melihat kayu seperti dirimu, melihat wanita dengan lekuk tubuh. Bayangkan bagaimana indahnya tubuh mereka,” kata Myung Soo. 

“Hei, apa kau pikir Chan Young ku sepertimu?” 

“Itulah masalahnya. Ia tidak sepertiku. Tapi mengapa ia tidak menjawab teleponnya?” 

Bo Na berkata mungkin saja Chan Young sibuk atau tidak tahu kalau ia meneleponnya. Myung Soo bertanya mengapa wanita selalu saja meributkan hal yang sudah mereka ketahui jawabannya. Karena itu membuat kami merasa lebih baik, ujar Bo Na. 


Young Do masuk. Ia berkata Myung Soo beruntung karena menjadi putera dari pendiri sebuah firma hukum. Karena Myung Soo tidak becus belajar, Myung Soo tidak akan dikirim ke sekolah hukum. Dengan begitu Myung Soo tidak perlu bekerja paruh waktu di firma itu untuk mewarisinya kelak. Myung Soo berkata Young Do tidak tahu betapa melegakannya ia tidak pintar. 

Young Do melihat Bo Na yang terus cemberut. Ada apa dengannya? Bukan urusanmu, jawab Bo Na ketus. Ia bertanya bisakah Young Do berhenti tertarik padanya. 

“Bagaimana bisa? Kau terlalu cantik,” ujar Young Do. 

Myung Soo menatapnya. Sementara Bo Na berpikir ia memang layak diperjuangkan, lalu ia kembali menelepon Chan Young. Young Do melirik Myung Soo yang nampak kesal mendengar komentar tadi. 


Kali ini Chan Young mengangkat teleponnya. Bo Na protes kenapa Chan Young tidak meneleponnya. Dengan ringan Chan Young berkata itu karena Bo Na selalu mendahuluinya. 

Bo Na cemburu begitu mendengar Chan Young berbicara dengan seorang wanita. Padahal wanita itu adalah kasir yang sudah pasti bukan tipe Chan Young. Ia meminta Chan Young membiarkan wanita itu bicara di telepon. 


“Ia sudah bicara di telepon (Bo Na). Aku tidak bisa belajar karena aku sangat merindukanmu,” kata Chan Young tersenyum. Aww…kamu so sweet dech  

Bo Na berkata ia sangat bahagia. Ia bertanya apakah Chan Young sudah memeriksa SNS-nya, ia mengirim foto ia sedang menangis. Chan Young berkata ia mematikan SNSnya karena ia tidak bisa berkonsentrasi. Bo Na merengek agar Chan Young melihatnya. 

Young Do berkata hanya Bo Na yang bisa tetap cantik walau selalu merengek seperti itu. 


Chan Young berjanji akan melihatnya dan menelepon Bo Na nanti. Namun begitu ia membuka ponselnya, yang terlihat olehnya adalah pesan dari Eun Sang. Chan Young menelepon Eun Sang tapi teleponnya tidak aktif. 


Eun Sang membawa kopernya keluar dari kamar. Saat ia menaiki tangga ia mendengar suara pintu. Ia mengira Tan yang datang dan berkata ia akan pergi. 

Tapi yang muncul di hadapannya adalah seorang gadis. Mereka saling bertanya: “Siapa kau?” Eun Sang mengenali gadis itu yang ditemuinya di airport. 

“Memangnya kenapa? Apa kau senang melihatku lagi?” ujar Rachel ketus. “Siapa kau? Aku adalah tunangan pemilik rumah ini.” 

“Tunangan? Dia masih anak sekolah,” kata Eun Sang. 


Rachel berkata mereka bertunangan tahun lalu saat mereka berusia 17 tahun. Ia bertanya siapa Eun Sang. Berapa kali ia harus bertanya mengapa Eun Sang ada di rumah tunangannya? 

Eun Sang berusaha menjelaskan ia menginap di sini karena ada situasi mendesak. Dan ia baru saja akan pergi. Eun Sang berkata Rachel salah paham akan situasinya. 

“Tunggu. Mengapa kunci rumah ada di tanganmu?” Rachel merebut kunci dari tangan Eun Sang. 


Eun Sang berkata ia menitipkan barangnya pada Tan, lalu ia pamit. Rachel berjalan turun dan sengaja mendorong koper Eun Sang hingga jatuh berguling-guling ke lantai. 

Eun Sang berlari turun. Ia melihat kopernya rusak. Dengan kesal ia bertanya apa yang Rachel lakukan. 

“Kesalahan. Sama seperti kau dan aku bertemu di sini,” kata Rachel tenang. 

Eun Sang berkata ia sudah bilang tidak terjadi apapun yang bisa menyebabkan kesalahpahaman. Ia akan menahan kemarahannya demi kebaikan pemilik rumah ini padanya, yaitu Tan. 

“Apa kau bergurau? Kau tidak bisa pergi begitu saja. Kau memiliki kunci rumah di saat pemiliknya tidak ada. Bagaimana aku bisa tahu tidak ada barang yang hilang? ”   


Ia menyuruh Eun Sang membuka kopernya. Bukankah Eun Sang tidak mau ada kesalahpahaman? Eun Sang berkata ia akan membuka kopernya. Tapi apa yang akan Rachel lakukan jika tidak ada apapun di sana? 

“Tidak mungkin tidak ada apa-apa,” kata Rachel sinis. 

Eun Sang akhirnya membuka kopernya. Puas? 

Rachel berjalan turun lalu mengangkat koper Eun Sang hingga seluruh isinya keluar. Eun Sang marah. 

“Aku sedang memeriksanya. Tidak ada apa-apa. Pergilah.” 


Ia berjalan sambil menyingkirkan barang Eun Sang dengan kakinya. “Dan bawa sampah ini bersamamu. Sebelum ia kembali. Segera.” 

Eun Sang berusaha menahan kemarahannya, rasa malunya, dan air matanya sambil membereskan barang-barangnya. 


Ia keluar dari rumah Tan dan duduk di taman. Ia melihat sekelilingnya. Keluarga yang bahagia, anak-anak yang berlarian dengan riang. Eun Sang tersenyum, namun hatinya terasa sakit. Eun Sang merenung lalu berjalan pergi. 


Bo Na mondar-mandir menanti telepon Chan Young. Myung Soo dan Young Do memperhatikannya. Ada apa, tanya Myung Soo tak tahan lagi. 

“Bagaimana mungkin? Aku sudah bilang aku mengupload fotoku yang sedang menangis. Bagaimana mana bisa tidak ada respon setelah 2 jam?” celotahnya. 

“Aku berbicara sebagai oppa-mu…” Young Do angkat bicara. “Tidak ada oppa yang kukenal yang menyukai foto menangis.” 

“Kalau begitu apa yang mereka sukai?” 

“Daripada selca, dia akan lebih menyukai hal dewasa,” kata Young Do sambil tertawa. “Kirimkan foto yang memperlihatkan banyak kulitmu.” 


“ Aku berani bertaruh segalanya Yoon Chan Young akan langsung naik ke pesawat,” kata Myung Soo. 

“Hei, Chan Youngku tidak seperti itu! Minta maaf padanya sekarang juga! Amerika di arah mana? Membungkuklah ke arah itu!” 

Myung Soo berkata jika Chan Young tidak seperti itu maka Chan Young tidak normal. Chan Young kan baru berusia 18 tahun. 

“Putuskan saja. Putus dan berpacaran dengan Myung Soo,” kata Young Do. 

“Aoa kau gila? Yang benar saja…Apa aku makan nerkoba?” kata Bo Na tak percaya. 

“Hei, kau tidak perlu menolakku sebanyak 3 kali,” protes Myung Soo. “Tapi kau boleh juga.” 


“Mengapa kalian melibatkan aku dalam hubungan kalian? Kalian berdua tampak serasi. Kalian seharusnya berpacaran,” kata Bo Na. 

Myung Soo berkata Young Do boleh juga. Apa kau mau mati, ujar Young Do. Myung Soo pura-pura marah dan bertanya apa Young Do pilih-pilih gender saat membicarakan cinta? 

“Kita putus,” katanya genit. 

“Aigoo..aku bahkan tidak bisa memukulmu karena kau sangat cantik,” balas Young Do. Heh….percakapan ini? 

Myung Soo langsung melancarkan jurus cute-nya. Bo Na pura-pura hendak muntah. Gurauan seperti itu hanya lucu di awalnya lalu melewati batas. 


Myung Soo berkata garis batas memang harus dilewati. Contohnya Rachel yang melewati batas hingga pergi ke Amerika untuk menemui Tan. 

Mendengar nama Tan, senyum Young Do perlahan lenyap. Myung Soo berkata jika Bo Na rindu pada Chan Young maka pergilah ke sana. 

“Hei, sudah kubilang jangan sebut-sabut nama Kim Tan di depanku,” kata Bo Na. Ia berkata kenapa Young Do diam, bukankah Young Do juga tidak suka mendengar tentang Tan. 

“Myung Soo berkelahi lebih baik dariku. Karena itu aku tidak bisa melakukan apapun,” kata Young Do. 

“Dan Bo Na berkelahi lebih baik dariku,” Myung Soo kembali bercanda. 

Keduanya tertawa. Dan dihadiahi lemparan batal Bo Na. 


Eun Sang mencoba hendak membeli tiket tapi uangnya kurang. Ditambah lagi paspornya tidak ada. 

Tan telah kembali ke rumah dan mengetahui Eun Sang telah pergi. Ia bertanya pada Rachel ke mana Eun sang pergi dan apakah ia membawa barang-barangnya. 

“Kim Tan, kita tidak bertemu selama 6 bulan dan itu hal pertama yang kaukatakan padaku?” kata Rachel kesal. “Untuk apa aku peduli ke mana gadis…. 


“Kau bertambah cantik,” ujar Tan. 

“Aku tahu.” 

“Apa kau mengusirnya?” 

“Itu adalah hakku sebagai tunanganmu.” 

Tan bertanya apa Rachel memberitahu Eun Sang kalau mereka bertunangan. Tentu saja, kata Rachel, seharusnya Tan yang memberitahu Eun Sang. 

“Kalau begitu kenapa kau tidak membiarkannya tinggal. Aku bisa memperkenalkanmu padanya,” kata Tan. 


Rachel bertanya apakah Tan tidak tahu mengenai kedatangannya. Tan berkata ia sudah tahu. Rachel bertanya kenapa Tan tak menjemputnya di bandara. 

“Terlalu panas.” 

“Kalau begitu kau harus ke Korea. Di sana musim gugur.” 

“Terlalu jauh.” 

“Apa kau tahu kita ulang tahun pertunangan hari ini.” 

“Ya.” 

“Ya? Hanya itu yang bisa kaukatakan? Kalau begitu mengapa kau bertunangan denganku jika kau akan bersikap seperti ini?” kata Rachel kesal. 

Tan menjawab setidaknya ia bisa bertunangan dengan Rachel agar tidak perlu menikahinya (maksud Tan adalah jika ia setidaknya sudah bertunangan namun tidak mau menikah akan lebih bisa diterima daripada sejak awal Tan menolak). Rachel tak bisa berkata apa-apa lagi. 


Terdengar bunyi bel di pintu. Eun Sang melihat melalui kaca Tan sedang berjalan menghampirinya. Eun Sang buru-buru berjalan pergi. Mungkin ia tadi menekan bel untuk melihat apakah ada orang di rumah atau tidak. 

Tan malah menyusulnya. 

“Kau mau ke mana? Jika kau akan pergi setidaknya kau harus memberitahuku,” tegur Tan. 


Eun Sang berkata ia ketinggalan kartu nama petugas polisi (yang menahan paspornya). Tan berkata kenapa Eun Sang mencarinya. Rachel muncul dan berkata ia telah membuangnya ke tempat sampah di luar gerbang (Hmmm...walau ia melihat Tan memarahi Eun Sang tapi jelas itu menunjukkan perhatian. Tadi Tan menunjukkan rasa bosan dan tidak peduli saat bicara dengannya). 

Eun Sang hendak mengambilnya. Tan berkata tidak usah dan hendak mengatakan paspor itu ada padanya. Tapi Eun Sang sudah berlari pergi. 

“Kau membuangnya?” tanya Tan kesal. 


“Membuang apa? Aku bahkan tidak melihatnya.” 

Tan berkata ia mengerti situasi ini menyebalkan untuk Rachel tapi Eun Sang tidak bisa pulang ke Korea karena kehilangan paspornya dan itu karena dirinya. 

“Apa hubungannya denganku?” kata Rachel ketus. 

“Tidak ada hubungannya denganmu tapi ada hubungannya denganku. Jadi, jangan ikut campur.” 


Tan pergi menyusul Eun Sang. Rachel masuk ke rumah dengan kesal. Ponsel Tan berbunyi. Ia melihatnya. Pesan Chan Young untuk Eun Sang. 

“Amerika? Di Amerika bagian mana? Aku juga sedang di Amerika! Ada apa? Aku bisa langsung pergi jadi hubungi aku begitu kau membaca pesan ini. Ini nomorku. Telepon aku sekarang juga!” 

Rachel memikirkan sesuatu. Eeepp…ia mengenal Chan Young dan Bo Na pastinya kan? Mereka sekolah di sekolah yang sama. Apa yang akan ia lakukan? 


Eun Sang membongkar tempat sampah dan hampir panik saat Tan menemukannya. 

“Tidak ada di sana,” kata Tan. 


“Iya, tidak ada,” kata Eun Sang sambil menangis. “Bagaimanapun aku mencarinya tidak ada di sini.” 

“Apa kau menangis?” 

“Aku berusaha untuk tidak menangis, tapi keadaan selalu….benar-benar…aku datang ke Amerika untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Tapi aku berakhir di tempat sampah lagi. Kehidupan seperti yang bahkan tidak berubah?” 

Kim Tan meminta maaf dan menyuruh Eun Sang berdiri. Eun Sang berdiri, bertanya mengapa Tan meminta maaf. 

Tan menyerahkan paspor Eun Sang. Ia berkata ia baru saja menemukannya. Eun Sang langsung memeluk paspornya. 


Tiba-tiba sebuah taksi berhenti di depan rumah Tan. Beberapa orang asing keluar nampak mencari seseorang. Tan dan Eun Sang bersembunyi di dekat tempat sampah tapi orang asing itu melihat mereka. 

Tan dan Eun Sang kembali melarikan diri. Para orang asing itu mengejarnya. Dan berbeda dari dua pria gemuk tadi, mereka jelas lebih kuat berlari. 


Mereka berlari dan terus berlari. Akhirnya Tan menarik Eun Sang masuk ke dalam sebuah bioskop untuk bersembunyi. Eun Sang melihat sekeliling bioskop yang gelap itu. 

“Apa yang kaulakukan?” tanya Tan. 

“Biasanya pembunuh berantai muncul dari belakangmu,” kata Eun Sang. 


“Berhentilah menonton film aneh.” 

Eun Sang bertanya mengapa orang-orang itu mengejar Tan. Apa Tan benar-benar pengedar narkoba? 

Tan berkata ia tidak mau menyia-nyiakan hidupnya seperti itu (menjadi bandar narkoba). Ia balik bertanya mengapa mereka mengejar Eun Sang. Eh…jadi para pengejar itu tidak jelas siapa dan mengejar siapa? 

Tan menyuruh Eun Sang menonton film yang sedang ditayangkan di ruangan bioskop itu. Ia juga membutuhkan istirahat. 

Tan menyandarkan kepakanya di kursi lalu memejamkan matanya. Eun Sang mencoba menonton tapi tidak mengerti apa yang dibicarakan para tokohnya. 


Sambil tetap memejamkan mata Tan menerjemahkan apa yang dikatakan para tokohnya. 

“Untuk bisa mempercayaimu, aku perlu tahu siapa dirimu.” 

“Kau tidak tidur?” 


Tan menegakkan kepalanya. 

“Tapi ia bertemu seorang gadis semalam. Nama gadis itu Cha Eun Sang,” Tan tidak lagi menceritakan film tapi cerita mengenai pertemuannya dengan Eun Sang. 

“Bagaimana kau tahu namaku?” 

“Aku penasaran mengenai Cha Eun Sang. Apa mungkin….aku menyukaimu?” tanya Tan. 


(Bersambung)

Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Google Translate

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Love and Like Movie - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger